" Ke jatinangor yuk. Lihat bidadari. " Raden bangkit dari duduknya, tadinya kami hanya berbincang tentang negara sebelah, lalu berujung membicarakan beberapa kisah dengan gadis-gadis di universitas ternama juga di kota Bandung.
" Hayukkkkkkk gas " Ilman yang memang memiliki obses dengan para gadis di Jatinangor itu bergegas menyalakan sepedah motornya
" Heh, rek kamana sih dieu weh" Kata ku
" Mar, emang kamu teh tidak tertarik sama bidadari unpad? Ih saya mah yakin kamu pasti bisa dapat. Atuh Eris itu kan anak Unpad kamu aja dulu bisa tuh pacaran sama si Eris." Ucap Alumna
" udah mah cantik-cantik parinter pula, masa depan dijamin cerah "Sahut Raden
" Cantik mah relatif." kataku
" Ya abdi kan bilang parinter pula Mar,"
" Hayu atuh Mar, main di Jatos "
Aku hanya mengangguk tidak bisa menolak permintaan para teman-teman ku yang nyatanya sudah obses dengan para gadis di sana.
Jatinangor, hanya sebuah kecamatan namun dipenuhi berjuta perasaan. Begitu yang dikatakan beberapa mahasiswa disini untuk mengambarkan apa itu jatinangor, ya aku juga pernah memiliki perasaan pada salah satu mahasiswi yang ada di sana, kalian sudah tau kampus yang berada disana. Kampus itu memang terkenal di kecamatan itu, tentu juga isinya bidadari dari berbagai penjuru indonesia. Tapi, aku juga memiliki beberapa kenangan indah disana. Bukan hanya kenangan indah bermacam-macam rasa pernah ku rasakan saat tinggal di kota itu. Jadi memang sebelum berkuliah di kampus tercinta yang terkenal dengan motto In harmoni progresio ini aku sempat merasakan mengenyam pendidikan di fakultas kedokteran gigi Universitas Padjajaran Bandung ya tepatnya berada di Jatinangor, Sumedang. Karena suatu hal akhirnya aku memutskan untuk mengundurkan diri dan mengikuti seleksi tes masuk di Institut Teknologi Bandung, memang aku bukan anak pintar ya mungkin sebagian keberhasilan ini adalah bentuk nyata dari doa seorang ibu.
Erisa Kinanti, nama itu kembali membawa ku dalam ingatan lalu. Iya dia adalah mantan kekasih ku, dulu kami berada di fakultas yang sama. Pertemuan awal kami memang sangat random haha, aku melakukan kesalahan saat hendak pulang ke Buah Batu kala itu. Saat itu di parkiran motor aku yang sedang terburu-buru lalu ku nyalakan motor vespa maroon milik ku yang bahkan sampai detik ini masih menjadi si motor kesayangan. Beberapa kali ku coba memasukan kuncinya namun tidak pas, aku yakin itu adalah motor ku. hingga pada akhirnya datang gadis berambut coklat bermata indah mengarah ke tempat ku. Dia cantik, dan aku tau dia adalah teman di satu fakultas ku.
" Ini motor aku "
Aku masih diam karena parasnya memang sulit untuk ku gambarkan, dia cantik! sangat cantik! sialnya aku malah berlagak seperti manusia aneh dan bodoh di hadapannya kala itu.
" Kenapa Teh? " kata ku masih tidak mengerti maksudnya
" Punten a, ini motor saya. "
" Astagfirullah. Maaf pantes dari tadi saya colokin kuncinya gak bisa-bisa"
Dia tertawa, dan aku langsung loncat berlari mencari motor ku yang entah aku lupa memarkirkannya dimana. Semua memang karna Rere, dia menelfon ku menyuruh untuk segera pulang karena dia harus pergi keluar kota sehingga rumah kosong lalu dia mengorbankan ku untuk menjadi si penunggu rumah untuk beberapa hari ke depan.
***
Jadi itu lah awal dari pertemuan ku dengan Eris, semenjak kejadian memalukan di parkiran, Eris semakin mengenal ku, bahkan kita beberapa kali makan siang bersama di kantin fakultas. Aku mengenal Eris lebih dalam sejak kami di satukan dalam sebuah projek tahunan fakultas. Eris seorang perantau dari Malang, dia tinggal bersama kakaknya di kota ini. Eris menghabiskan sekolahnya sejak SMP-SMA di Jepang karena orang tuanya bertugas di kedutaan indonesia yang berada di jepang. Eris fasih menggunakan beberapa bahasa, dia pintar, memiliki pemikiran yang kritis namun positif, tutur katanya santun, senyumannya manis dan memiliki hati yang hangat.
" Kamu kenapa mau jadi Dokter? " Eris bertanya sembari membawa baso tahu yang sudah ia pesan di kantin saat makan siang itu.
" Disuruh, " Singkat ku
" Cuma itu? "
" Iya, paling juga tahun depan aku mau ikut tes lagi di ITB, mau jadi anak teknik aja"
Eris tertawa lalu menatap ku.
" Iya kamu pintar Mar, lakukan apa yang kamu ingin lakukan terkadang mimpi kita harus terhalang oleh keadaan. Entah dari sisi orang tua, atau sisi financial, sisi keadaan banyak. "
" Er, kamu hanya perlu meyakinkan untuk mematakahkan halangan itu. Keyakinan kerja keras akan membuat kamu merasa puas lalu tersenyum saat berada di puncak mimpi itu, saat mimpi yang kamu buat menjadi nyata, lalu kamu lihat bagaimana perjalanannya itu akan menjadi semua kebanggaan. "
" Sekarang aku tanya balik, apa mimpi mu? "
" Jadi penulis." Ucap Erisa tegas
" Nulis, beberapa tahun lagi aku bakalan ketemu kamu disana, di toko buku lalu melihat nama kamu dalam list rak buku best seller. Valid no debat."
Kami hanya tertawa bersama saat membahas beberapa hal kecil yang menjadi receh, Erisa juga mampu membuat mood yang tadinya buruk menjadi baik kembali dengan beberapa candaannya yang garing tapi menurut ku itu sisi manis dari dirinya. Mencoba berusaha menghibur manusia lain, lalu ikut tertawa bersama. Aku mulai menyukainya karena sifat dan sikapnya bukan karena parasnya sejak saat itu.
Kami berpacaran kurang lebih 5 bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk berpisah. Perpisahan itu karena memang keadaan bukan suatu masalah besar bahkan hal-hal buruk lainnya. Erisa mutuskan untuk menjalani kehidupannya sendiri tanpa hubungan lebih dari sosok lain, aku menghargai keinginannya. Saat meminta berpisah aku dan Erisa sungguh sama sekali tidak memiliki fikiran negatif tentangnya.
Tapi semua akhirnya terbongkar, sebelum meminta berpisah 3 bulan lalu aku dan mapala fakultas melakukan pendakian ke salah satu gunung yang berada di bandung, saat itu Erisa juga ikut untuk pertama kalinya aku mengajak seorang perempuan berstatus kekasih melakukan pendakian bersama, sungguh aku sangat senang!
Saat itu Erisa merasa kurang enak badan, sementara aku ditunjuk sebagai seorang ketua dalam perjalanan ini karena memang di antara yang lainnya hanya aku yang menguasai perjalanan di gunung. Aku titipkan Erisa oleh seorang teman di pos tempat kami mendirikan kemah. Yang lain ikut melihat sunrise. Aku berat untuk meninggalkannya, namun aku juga harus bertanggung jawab pada anggota ku dan membawa mereka naik ke puncak.
Dan sepulang dari pendakian aku dan Erisa menjadi semakin jauh, entah apa yang terjadi hingga Erisa memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus karena alasan orang tuanya yang harus pergi lagi menetap di Vienna kali ini. Aku tentu menerima keputusannya untuk berpisah, aku hargai apapun keputusannya. Sampai pada akhirnya aku mengetahui semuanya
Erisa hamil, aku tidak akan menyebutkan siapa laki-laki itu terlebih juga aku tidak begitu dekat dengannya. Setelah mengetahui semua keadaan yang pahit, aku mulai hilang semangat hingga akhirnya aku pun memutuskan mengundurkan diri dari kampus lalu memulai kehidupan baru lagi merancang mimpi yang telah lama aku dambakan. Perlahan tapi pasti aku mendapatkan satu per satu jalan menuju mimpi itu. Memutuskan berhenti dari dunia pendakian dan alam sempat membuat ku menjadi sosok pendiam dan tertutup hingga akhirnya aku bertemu dengan Raden si manusia aneh namun sungguh Raden lah yang mulai membuat ku untuk menutup luka lama itu dan kembali berjalan seperti biasa.
Aku sempat menceritakan tentang hal ini pada Raden, ia mengerti itu dan tidak memaksa ku untuk kembali ke Alam, Raden bilang jika aku sudah siap aku boleh kembali, namun jika belum maka aku butuh banyak waktu di darat untuk memulihkan diri sebelum akhirnya kembali ke puncak.
" Semua bakalan berjalan kedepan. Kejadian itu ada di belakang. Peristiwa yg menyakitkan itu disana Mar tertinggal sangat jauh. Kamu berdiri sekarang disini lalu kamu akan jalan maju sampai akhir tujuan kamu. Bukan berbalik arah kebelakang lalu bertemu lagi dengan beberapa hal menyakitkan. Tidak seperti itu konteksnya. Perlahan beberapa hal yg menyakitkan itu hilang dengan sendirinya dan kamu akan menemukan hal baru "
Kalimat itu masih selalu akan ku ingat, aku bersyukur memiliki sahabat seperti Raden yang memang selalu berusaha membantu ku keluar dari lingkaran masalalu. Dan saat ini juga aku bersyukur dipertemukan oleh Lisa. Ah rasanya aku merindunya, sepertinya bagian ini cukup untuk menceritakan kisah ku di Jatinganor dan Erisa.
Untuk mu Erisa, bahagia selalu aku tidak membenci mu dan tidak akan pernah. Semua manusia tidak sempurna dan pasti memiliki kesalahan. Sehat selalu jika kamu membaca kisah ini ya.
YOU ARE READING
Titik Temu
Romantikbagiku cinta adalah mukzizat yang tuhan berikan, aku jatuh cinta dengan seorang yang ku kenal untuk pertama kali. Yang ku tau tidak semua senja meninggalkan ada pun senja yang akhirnya tinggal untuk bahagia. Terimakasih. Senjaku kini menjadi menyena...