Matahari seakan mulai tertidur namun langit senja sepertinya tak akan menyapa, tertelan awan mendung, tertelan kabut. Udara semakin terasa lembab, angin menghempas dedaunan seraya guyuran air pun mulai berjatuhan, kompak pula dengan bel yang berbunyi sebagai tanda berakhirnya kegiatan belajar bagi para pelajar tingkat akhir menengah atas hari ini.
Gadis itu menutup rambut sebahunya dengan tudung jaketnya dan melintas ke luar gerbang menembus hujan sembari melambaikan tangannya memanggil sebuah taksi.
"Ke perumahan cluster ya pak" sesampainya masuk ke dalam taksi sambil sibuk mengusap-usap jaketnya yang terkena guyuran hujan.
"Siap.." balas supir itu dengan ramah.
Gadis itu menengok lewat kaca mobil yang remang tertutup embun, hujan sangat deras dan jalan terlihat sangat padat. Maklum saja, waktunya bertepatan dengan selesainya jam kerja pada kebanyakan karyawan yang hendak pulang ke rumah. Rumahnya tidak terlalu jauh tapi sepertinya akan membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai.
'Hari ini akan jadi hari yang cukup panjang', batinnya sambil menghela nafas.
Altha, seorang gadis remaja biasa yang hidupnya hanya mengenali warna hitam, putih dan abu-abu. Selama ini tidak ada sesuatu yang membuatnya benar-benar merasa bahagia, meski jauh dari masalah, hal itu lah yang membuat hidupnya terasa monoton. Yang sering ia lakukan hanyalah menjalani apa yang harus ia jalani, menjauhi apa yang harus ia jauhi. Ingin rasanya Altha keluar dari zona amannya, namun sifatnya yang ragu-ragu dan penakut itulah yang membuatnya tetap terdiam diposisinya. Tidak ada yang membantunya ataupun menyemangatinya. Merasa sendiri ditengah kerumunan orang, merasa kesepian ditengah keramaian.
Sekali lagi ia menghela nafas, hingga membuat Pak supir meliriknya lewat kaca kemudi. Altha meraih handphone disakunya, yang kemudian tergelincir dari tangannya yang lembab. Saat hendak mengambilnya, pandangannya justru tertuju ke sebuah benda yang unik. Itu adalah sebuah arloji antik berwarna metallic dengan ukiran yang indah.
"Pak, ini arloji punya bapak?"
"Wah bukan dek, mungkin punya penumpang sebelumnya! Semoga yang punya segera menghubungi, soalnya susah kalau ada barang ketinggalan begini"
Semakin tertarik dengan barang antik tersebut, gadis itu pun menekan tombol diatasnya hingga penutupnya terbuka. Jarum jam menunjuk ke angka 4, sambil mengamati dengan seksama tiba-tiba jarum itu pun berotasi ke arah yang berlawanan.
'Ini kenapa? Jangan-jangan rusak!' batinnya mulai panik.
Gerakanya pun bertambah semakin cepat, membuat matanya sakit dan seolah penglihatanya menjadi kabur hingga mengharuskannya memejamkan mata sejenak.
Ia pun mengernyit.
***
Hai, ini cerita perdana yang aku publish, jadi masih bau kencur. Setelah sekian lama gak nulis, jadi ragu-ragu mau publish. Tapi akhirnya aku publish juga, hehe.
Jangan lupa follow, vote & kasih komentar kalian ya, biar jadi penyemangat dan bantu aku jadi lebih baik lagi.
Thank youuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass | Fall Into Another World
FantasyAwalnya Altha mengira semua hanya mimpi dan tak butuh waktu lama ia akan terbangun, menghentikan semua keanehan yang ia alami. Tapi tidak semudah itu, semua terasa seperti nyata. Apa ia telah terbawa arus waktu?. Entahlah. Altha tak kunjung mengerti...