AUTHOR POV
"Selamat lagi ayah!" Sapa Hunt begitu sampai di ruang keluarga dan melihat calon mertuanya sedang duduk membaca koran.
"Lo pagi-pagi udah di sini aja!" Sela Alano yang baru keluar dari dapur membawa kopi untuk ayahnya dan dia sendiri.
"Bersikap yang sopan sama calon adek iparmu!" Sahut Hunt sambil mencium tangan Alejandro.
"Kebalik woy, lo yang kudu sopan sama gue. Gue kakaknya lo adiknya!"
"Terima kasih kopinya!" Tanpa memperdulikan Alano, Hunt langsung meminum kopi yang tadi di bawa Alano.
"Orang ini pagi-pagi udah ngangguin ketenangan rumah orang aja!" Sahut Alano kesal. Tapi kesal biasa ya, mereka sebenarnya sahabatan.
"Udah ini kok malah berantem. Hunt mau ngajak Alo keluar?" Tanya Alejandro.
"Iya yah, mama minta kami buat coba baju yah!"
"Oh yaudah, kak Alan panggil adek dulu sana, sekalian kita makan pagi dulu. Kak Alan sudah masak kan?" Perintah Alejandro membuat Alan menggerutu tapi tetep menjalankan perintah ayahnya.
"Lo lain kali kalo dateng kurang pagi bosku!" Sindir Alan sambil berjalan menuju ke lantai dua.
"ADEK BANGUUUUN!" Teriak Alan begitu masuk ke dalam kamar adeknya membuat Aloise terlonjak kaget.
"Ya Tuhan ayaaaah ini kak Alan suruh balik ke Amrik aja ih!" Teriak Alo yang kembali menutup matanya.
"Ini ayah yang suruh bangun tuan putri. Buruan bangun, mandi, trus turun sarapan!"
"Kakak ini masih pagi udah cerewet gini. Pantes jokut!"
"Apaan tuh jokut?"
"Jomblo akut!"
"Dasaaar ya. Ayo bangun, gadis perawan jam segini masih tidur!" Omel Alano persis emak-emak bangunin anaknya. Alano menarik selimut Alo membuat Alo mendesis kesal.
"Pangeran lo di bawah adek, bisa kakak pastiin kalo kamu gak dengerin kakak, tuan besar akan marah!" Ancam Alan.
Alo terlonjak dari tidurnya dan langsung duduk begitu mendengar kakaknya bilang pangerannya dia dateng. Dia tau yg dimaksud pangeran itu Hunter, calon suaminya.
"Denger pangerannya dateng aja langsung bangun. Jangan bilang kamu jatuh cinta pada pandangan pertama ya sama dia!" Selidik Alano.
Alo diam saja membuat Alano yakin dia benar.
"Receh banget sih cinta lo dek, liat ganteng dikit langsung klepek-klepek. Kek gak pernah liat orang ganteng aja. Padahal udahsering liat gue!" Kata Alano sambil mencubit hidung gemas adiknya.
"Iya keknya kak, abis dia gantengnya bikin jantung Alo deg deg gitu. Mana kaya, keren, perfect, siapa yang gak bakal klepek-klepek. Sayang sikapnya dingin banget kak, orangnya kejem ya? Apa dia ada rasa sama Alo ya? Kan kita mau nikah, kasihan Alo dong kalo dia ngga cinta sama Alo!" Cerocos Alo dengan polosnya membuat Alano gemas. Adeknya ini emang lugu, polos, dan bego. Meskipun sebenarnya cerdas, tapi saking cerdasnya sampe mendekati bego.
"Makanya kamu harus bisa bikin dia jatuh cinta sama kamu!"
"Emang bisa? Bukannya orang kayak dia sukanya yg badannya kek gitar Swiss.."
"Gitar Spanyol adek!" Alano membenarkan.
"Eh iya gitar Spanyo. Apalah daya Alo yg badannya kek angklung!"
"Kok angklung?"
"Iya kan ramping!" Jawab Alo jujur membuat Alano tertawa.
"Kamu ini, sudah sana mandi trus turun. Dia ngga suka menunggu terlalu lama. Kakak tunggu di bawah!"