"Aku merindukanmu, Tsuma" Sasuke menatap langit yang terlihat cerah, yang berbeda jauh dengan keadaan hatinya saat ini. Mungkin jika di lihat dari luar, Sasuke nampak baik-baik saja. Tapi, jika kau mendekatinya dan melihat sorot matanya, maka kau akan menemukan sebuah kesedihan yang begitu mendalam disana.
Ia telah kehilangan, untuk sekali lagi dalam hidupnya.
Tidak ada siapa-siapa lagi. Ia hanya sendirian di dunia ini. Dan entahlah, rasanya ia merasa suatu ketidak adilan dalam hidupnya. Padahal baru setengah tahun, tapi kenapa? Kenapa hanya sebentar saja ia merasakan apa itu keluarga, apa itu bahagia. Istrinya sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Ia belum rela. Dan tidak akan pernah rela. Enam bulan belum cukup baginya. Belum cukup untuk menebus semua dosa yang di milikinya pada istrinya.Mengingat masa lalu, ia teringat jelas jika dirinya dulu hampir membunuh Sakura. Membunuh perempuan yang sedari dulu begitu memujanya. Dan seandainya saja saat itu Naruto tidak datang menyelamatkannya, mungkin dia akan membunuh dirinya sendiri saat itu pula. Karena sudah membunuh gadis yang sudah di cintainya. Meskipun tidak sengaja, tapi itu adalah kesalahan terbesarnya pada Sakura yang tidak dapat di ampuni. Sampai sekarang, rasa bersalah masih menggelutinya. Dan melihat gundukan tanah di depannya saat ini, ia tahu. Jika dia, sekarang sudah mati. Jiwa Uchiha Sasuke telah mati. Dunianya terasa sudah tidak berarti lagi.
Sebelumnya, ketika ia mengetahui Sang istri mendapat serangan dari ninja pelarian dari negeri sebrang, ia langsung bergegas menyusul istrinya yang saat itu mendapat misi solo untuk pergi ke Sunagakure karena disana ada wabah penyakit yang tidak diketahui. Tapi apalah daya, ia terlambat. Sakura sudah dalam keadaan tak bernyawa ketika ia sampai disana.
Ia tidak akan mau mengingat lagi bagaimana tragisnya kematian Uchiha Sakura. Meskipun, ya meskipun sekilas kilasan gambaran bagaimana kondisi Sakura yang saat itu ia lihat. Tapi ia tak mau menggambarkan seperti apa detailnya. Biar ia sendiri yang tahu. Bahkan saat Naruto bertanya padanya mengenai bagaimana bisa Sakura mati, ia hanya diam mematung karena masih shock. Bahkan untuk berbicara pun ia tak mampu. Apa lagi berbicara panjang lebar untuk menjelaskan secara detailnya. Dirinya sendiri tidak mengetahui, kenapa ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Rasanya sangat berat hanya untuk sekedar mengeluarkan suara. Ia tidak bisa.
Sasuke hanya melihat ada Ino, Hinata, dan Naruto yang masih tetap berada di pemakaman, sedangkan yang lainnya sudah memilih meninggalkan kawasan pemakaman itu dari beberapa waktu lalu. Dan mereka masih menangisi kepergian Sakura-nya, ini sudah cukup lama mereka untuk menangis.
"Menangislah! Aku tahu kau pasti sangat sedih karena kehilangan Sakura-chan! Jangan di tahan, Sasuke. Keluarkan emosimu!" Naruto menatap khawatir Sasuke dengan wajah sembabnya. Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi sahabatnya itu.
Sasuke masih bergeming, tidak peduli apa yang dikatakan oleh Naruto kepadanya.
Namun tiba-tiba Naruto tersentak mendengar bentakan dari Sasuke "Apa yang kau katakan, Naruto. Sakura masih hidup. Dia belum mati, sialan! " dan ia pergi menjauh dari mereka setelah itu.
Naruto terkejut, dan bukan hanya dirinya saja yang terkejut. Baik Ino dan Hinata, mereka berdua juga terkejut dengan mata membulat melihat jejak Sasuke yang menghilang dalam sekejap.
🍒
Sasuke berniat akan membantai habis pembunuh yang membunuh istrinya. Dimanapun mereka, dia pasti akan mengejar dan menemukan mereka. Sampai ke ujung duniapun, dirinya akan mencarinya dan akan mencabut nyawa mereka satu per satu dengan cara yang mungkin tak akan bisa dibayangkan oleh siapapun. Mereka harus mati ditangannya.
Pagi ini Sasuke pergi menuju gedung Hokage, menemui sahabatnya yang menjabat sebagai Hokage, sekaligus untuk berpamitan demi memenuhi keinginannya.
Ia berjalan tanpa peduli bisik-bisik dari semua orang yang di lewatinya. Ia muak pada mereka. Ia tidak butuh di kasihani, sama sekali tidak butuh. Yang ia butuhkan adalah Sakura. Istri tercintanya. Bukan rasa kasihan dari mereka. Mendecih dalam hati, ia mempercepat langkahnya menuju gedung Hokage."Ino, apa kau sudah memberitahu Sasuke, jika Sakura sedang mengandung anaknya?"
Tubuh Sasuke menegang seketika. Ia terkejut dibalik pintu ruangan Hokage. Didalam sana, mereka membicarakan istrinya, Uchiha Sakura.
"Belum, saat Sakura mengetahui dirinya sedang hamil, Sasuke dalam misi saat itu. Sakura bilang setelah kepulangannya dari suna, ia berniat akan memberi tahu Sasuke sendiri. Tapi-" Ino sontak langsung menangis mengingat sahabat dari kecilnya itu "-aku belum ada kesempatan untuk berbicara pada Sasuke" Ino berusaha menahan air matanya agar tak tumpah, walaupun itu terlihat percuma saja "Kau tahu sendiri, Sasuke baru pulang dari misi ketika kita mendapat kabar Sakura mendapat serangan dari-" suara Ino tercekat dengan kedua tanganya yang membekap mulutnya"-mereka"
Rahang Sasuke mengeras, ia berbalik pergi begitu saja. Meninggalkan mereka, dan juga-
meninggalkan Konoha.
🍒
"Sakura, bangun! Ini sudah siang" Mebuki menggedor-gedor pintu kamar putri bungsunya. Tak peduli apa kata kata tetangga mendengar keributan di pagi yang indah ini.
"Ya ya aku bangun, Ibu" mendumbel dalam hati karena pagi ini ia ada ulangan. Ok, ucapkan terima kasih pada ibu yang membangunkannya.
"Kalau mau berangkat bersama, cepat selesaikan sarapanmu. Aku tunggu di mobil" Sasori, kakak baby face yang Sakura miliki. Wajah tampan dengan rambut merah dan banyak di gilai perempuan di konoha high school. Dia satu tahun di atas Sakura.
"Pinky! Cepat atau aku tinggal" Sakura yang masih menyantap sarapannya pun langsung bergegas menghampiri Sasori sambil menggerutu tak jelas. Teriakannya itu loh yang bikin gimana gitu. Rotinya kan belum sepenuhnya habis. Susunya pun hanya terminum seteguk doang.
"Buru-buru amat sih kak" katanya setelah memasuki mobil. Sasori langsung memakaian sabuk pengaman pada adik tercintanya.
"Sudah besar, tapi masang ginian aja tidak bisa" maksudnya sabuk pengaman. Sedangkan Sakura hanya tertawa mendengarnya "kan ada kakak yang memasangkannya"
Mendengkus bosan melihat pola adik merah mudanya ini.
"Aku ada praktek pagi ini. Jadi terburu-buru" jawab Sasori tadi yang belum sempat menjawab pertanyaan Sakura, seraya menyetir menuju ke tempat mereka menimba ilmu.
"Bagaimana ulanganmu, sudah matang bahan-bahanmu?"
Sakura hanya mengangguk-anggukan kepalanya, sesaat kemudian ia menjawab "Dunia lain itu apa benar ada? Menurut kakak bagaimana?"
"Tanya saja pada cerpenmu. Jadi kau serius akan membacakan cerpen sebagai bahan ulanganmu?"
"Tentu saja"
"Kekanakan, masih percaya cerita dongeng"
Sakura mengerucutkan bibirnya saat mendengar ledekan dari Sasori
"Kakak percaya keajaiban?"
"Aku tidak tahu" Sasori fokus menyetir. Sesekali menoleh pada adiknya yang duduk di sebelahnya.
"Jadi kau percaya?" Jalanan padat karena ini hari pertama mereka masuk setelah hari minggu. Lumayan macet. Itu yang di amati oleh Sakura.
"Tidak tahu juga sih. Hehe. Tapi, katanya kalau kita percaya dengan keajaiban, maka keajaiban itu pasti akan terjadi pada kita. Katanya kita hanya perlu meyakininya saja dalam hati"
"Kata siapa?"
"Hehe, itu kata buku, Kak" beritahunya dengan tertawa kecil. Tapi sebenarnya ia memang mempercayai itu. Karena ia percaya, Tuhan akan mendengar semua do'a dan keinginan dari umatnya.
Keajaiban itu memang ada
Tamat
Apaan ini? 🤣🤣