PART 4

51.5K 331 3
                                    

Aku sudah akan mengeluarkan sedan hitamku ketika sebuah mobil sports ferari silver metalik mengeram di ikuti bunyi keras decitan ban di depan rumah. Menolehkan leher. Seorang pria menawan nan tampan memakai kemeja lengan panjang ungu tua bergaris silver dengan celana kain hitam bermerk turun dari dalam mobilnya.

Rambut coklat cepaknya tampak tertata rapi, kilauan gel menghiasi kepalanya dengan jelas. Dari jarak jauh, aku sudah bisa mencium aroma khas tubuhnya. Kayu manis. Sepasang manik mata sewarna milikku memandangku hangat, senyum lebar menghiasi wajahnya.

" Kak Percy!" aku memekik kaget. Tanpa sadar sudah berlari keluar dari pagar dan memeluknya erat.

" Hai my little bird! Bagaimana kabarmu hah?" sapanya di iringi tawa renyah dan khas.

Berbeda jauh dari Kak Achie yang selalu menebarkan aura dingin, Kak Percy begitu hangat juga ramah, bahkan kadang, kelewat terbuka dengan alasan tertentu. Di antara kami bertiga, dia memang paling terbuka pada lingkungan sekitar serta mudah bergaul. Tak heran dirinya memiliki banyak teman. Sepertinya, dia mempunyai kawan nyaris di tiap titik sudut penjuru dunia ini.

Secara fisik Kak Percy nyaris serupa dengan Kak Achie. Perbedaannya hanya dia lebih pendek beberapa centi serta tubuhnya lebih kekar. Oh, juga garis raut wajah dan rahang perseginya, lebih lembut ketimbang Kak Achie. Mungkin efek samping dari suka tertawa serta jiwa humorisnya.

" Jangan bilang Kakak sengaja menjemputku karena takut aku tidak bakal datang" kataku sambil mencebiknya.

Kak Percy merangkul bahuku, jemarinya yang kasar menyentuh lembut kulit bahuku yang terbuka. " Coba lihat dirimu...." Dia sedikit memundurkan badannya untuk melihatku.

" Kamu tampak begitu....wowwww!!...." pujinya sungguh-sungguh.

Aku tersenyum nakal. " Terima kasih, aku tahu dari dulu kalau aku cantik" kataku sengaja menyombong.

Kak Percy tertawa cukup keras. " Narsis sekali kamu. Benar-benar seorang Artataneswara ya..."

Matanya menyapuku dari ujung rambut hingga kaki, harus ku akui malam ini aku sengaja tidak ingin tampil mencolok meski susah. Aku memakai gaun ungu muda bertali spaghetti di bagian punggung dengan bentuk V di depan. Gaun ini berbahan satin semi sifon yang jatuh tepat di tubuh mencapai betis. Menonjolkan secara jelas lekuk tubuh serta segala kelebihan yang ada di badanku. Di bagian pinggangnya terdapat hiasan bebatuan berwarna turquoise melingkar. Sepasang sepatu wedges turquoise dari Jimmy Cho setebal 7 centi mampu membuat kakiku tampak lebih jenjang. Kemudian satu set perhiasan emas putih dengan hiasan mutiara ungu kado dari Nenek 3 tahun lalu saat Natal menghiasi leher, tangan, telinga serta jemariku. Terakhir, clutch burberry ungu metalik berhiaskan ukiran mawar dari benang emas sebagai pemanis.

" Tahu tidak, sepertinya malam ini aku dan Achie bakal bekerja ekstra keras untuk mengawasi dan menjagamu dari mata-mata para lelaki bejat di dalam Pesta"

" Well, itu masalah kalian, bukan diri" kataku seraya mengangkat satu bahu dan menem-pelkan pipiku seraya mengerling nakal. Kebiasaan unikku sejak kecil jika sedang meng-goda orang.

Arfan bilang hal itu seksi. Tapi Reegan berkata bisa membunuh orang karena hobiku tersebut, dapat mengundang persepsi berbeda dari otak normal pria yang rata-rata kotor, jadi dia memintaku agar tak melakukannya di sembarang tempat. Namun peduli amat, toh sekarang dia tak ada di sini dan hanya Kakak kandungku yang kugoda.

HELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang