5 tahun yang lalu,
Badai hama melanda kota. Sebelum badai menghadang, kota kami merupakan kota yang damai dengan penduduk sekitar 500 ribu orang menghuni kota tersebut. Kami tinggal di pinggiran kota dekat dengan pemandangan yang lebih indah dibandingkan pemandangan di dalam kota. Dikarenakan terdapat persawahan sejauh mata memandang terhampar di langit sore hari membelakangi kota yang megah.
Saat itu sekitar jam 5 sore kami, yaitu saya dan seorang adik perempuan yang berbeda 3 tahun dariku pergimenikmati suasana sore hari di petak-petak sawah. Sambil mengusir burung-burung yang ingin memangsa padi dengan menggunakan ketapel yang sejak tadi. Adikku dengan lincah mengejar seekor itik di sawah. Akan tetapi sesuatu menghampiri kota kami.
Sebuah awan gelap menghampiri pusat kota. Kemudian tiba-tiba terlihat kepanikan dari arah perkotaan. Terlihat juga awan hitam yang menuju ke arah kami. Kami pun bergegas meninggalkan pematang sawah tidak lagi sempat memandang matahari tenggelam. Kemudian terlihat kekacauan dari pusat kota terlihat asap hitam tebal naik ke atas permukaan.
Banyak kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi melewati jalan di depan kami dari arah pusat kota dengan tergesa-gesa. Tidak sampai sedetik kemudian, terjadi kecelakaan tak terhindarkan, di karenakan ada ternak yang melintas.
Mobil pun menabrak tiang. Ambruk menutupi keseluruhan badan jalan. Kemacetan pun tak terhindarkan. Rombongan kendaraan dari arah pusat kota berbaris ingin keluar dari kota. Namun kemacetan semakin menjadi-jadi
Situasi memburuk.
Banyak orang yang berlarian meninggalkan kendaraannya melewati kemacetan. Kemudian para tetangga kami yang keheranan pun berusaha mencari tahu apa gerangan yang terjadu.
Namun terlihat awan badai hitam yang semakin mendekat, semua orang panik lari melewati persawahan. Awalnya kami mengira akan ada awan badai yang mendekat. Akan tetapi semakin dekat kumpulan awan tersebut ternyata merupakan kumpulan serangga seperti lebah namun 4 kali lipat lebih besar, bermulut runcing seperti nyamuk dan membentuk sebuah formasi untuk menyerang.
Berpuluh-puluh detik kemudian mereka mereka menyambar banyak rumah dan bangunan dan mengubahnya menjadi tempat tak layak huni. Orang-orang yang tertinggal di belakang pun tak pelak menjadi makanan bagi para serangga itu. Banyak orang berteriak dan lari dari kejaran lebah tersebut. Namun naas banyak orang yang mati karena manusia lari dalam kerumunan menjadi sasaran empuk hewan liar tersebut.
Para lebah ikut memangsa semua makhluk hidup di depannya. Semua tempat yang disinggahi lebah tersebut meninggalkan kumpulan mayat-mayat yang telah tercincang habis dan kerusakan yang amat parah.
Ada yang berlarian masuk ke dalam rumah, ada yang mengambil kendaraannya dan membawa kendaraannya. Namun kemacetan menghentikan semuanya.
Pada saat itu, kami mencoba lari dari lokasi saat itu menuju tempat aman. Tapi tidak ada tempat yang bisa di sebut aman ditempat tersebut. Setelah melihat ke segala arah, banyak orang telah berhasil lari dari sekumpulan lebah dengan berlari sendirian menuju. Para lebah tidak tertarik mengejar manusia yang berlarian sendiri.
Saya bergegas menarik tangan adikku untuk bergegas berangkat mengikuti yang lain,
Tiba-tiba ada sekumpulan lebah datang dari arah depan menyebabkan sekumpulan orang terpojok di tempat tersebut termasuk saya dan adikku.
Lalu bersama 12 orang yang telah terpojok termasuk kami pun ada yang nekat membakar mobilnya sendiri dengan jerigen bensin mencoba menghalau kumpulan lebah yang berterbangan.
Ternyata berhasil.
Saya pun berinisiatif membakar mobil di depanku. Saya meminjam korek api elektrik pada orang yang berada disebelahku. Dengan membuka tangki bensin mobil di depanku saya memberikan aba-aba kepada yang lain untuk segera menjauh dari mobil itu.
Ketika serangga tersebut mendekat mendekati mobil di hadapanku kemudian saya melemparkan korek api elektrik yang telah dinyalakan dengan menggunakan ketapelku yang sejak tadi ku genggam, ratusan lebah pun terhempas ke belakang.
Mobil yang terbakar memberikan kami waktu untuk menyelamatkan diri. Tiba-tiba terlihat rombongan mobil dengan mobil truk pembersih salju berada di depan membersihkan antrian panjang kemacetan. Dengan "tanduk"nya dengan mudah melewati mobil-mobil yang menghadang jalan.
Rombongan mobil itu telah dilengkapi alat pelontar api sehingga bisa dengan mudah menghalau lebah-lebah merusak kendaraan. Kemudian mobil-mobil itu berhenti dihadapan kami. "Ayok cepat naik" kata seorang yang membawa mobil salju tersebut.
Kemudian di belakang mobil tersebut terdapat 5 mobil lainnya. 1 bus dan 2 kendaraan tentara dan 2 mobil penduduk yang kota yang selamat. Kami ber12 pun naik ke atas bus yang berada diantara mobil penduduk dan tentara. Mobil pun menginjak gas dengan keras meninggalkan sekumpulan lebah yang tertahan oleh api mobil yang terbakar, menuju ke tempat yang lebih aman. Sekilas saya mengengok ke belakang melalui kota yang porak—poranda oleh lebah. Mobil pun meninggalkan kota dengan aman.
Bersambung ....
YOU ARE READING
Ketika Semua Berubah
Science FictionIni adalah novel buatan pertama menceritakan tentang badai hama yang melanda kotaku