Setelah di perjalanan. Hanya keheningan yang tercipta. Aku dan dia sama sama tidak bersuara hingga akhirnya kuputuskan untuk memecah keheningan dengan bertanya "kak, btw rumah kakak searah dengan rumahku?" "Ya ngga lah, rumah gue tu di perumahan hijau muda lah lu di perumahan cemara." Sahutnya. Aku merasa heran karna rumahnya berada di ujung kota sebelah selatan sedangkan rumahku berada di ujung kota sebelah utara, kenapa dia rela mengantarku pulang padahal jarak rumah kita sangat jauh.
"Terus kenapa kamu mau kalau tau jarak kita jauh?" Tanyaku keheranan.
"Karna matahari gak akan meninggalkan bulan sendirian. Meski terkadang bulan mengabaikan kepedulian sang matahari." Sahutnya.Dan kali ini, jawaban yang ia berikan bukan membuatku paham namun justru terdengar membingungkan bagiku.
"Udah gausah terlalu dipikirin, suatu saat lo juga akan paham." Lanjutnya.Hujan tiba tiba turun. Karna aku tidak membawa jas hujan, jadi kami putuskan untuk menepi barang sebentar. Mungkin hujan ini tidak akan bertahan lama, pikirku. Di tepi jalan ini, aku menanyakan beberapa hal kepadanya. Selain untuk mengetahui kepribadiannya, aku juga harus mengenalnya karna bagaimanapun juga dia sudah baik mau mengantarku pulang.
"Kak." Sapaku. "Iya?" Katanya sembari mengibaskan seragamnya yang sedikit basah terkena air hujan. "Kalau boleh tau, nama kakak siapa ya?" Tanyaku sembari melihat kearah langit yang masih tertutup awan gelap. "Oiya, kita belum berkenalan yaa, nama gue Nathanael. Panggil aja El." Jawabnya sembari terkekeh pelan dan mengulurkan tangannya.
"Namaku Lia kak." "Lia? Kayak panggilannya milea di film dilan ya," lagi lagi dia tertawa. Tidak apa, aku suka melihat senyumnya. Entah mengapa tawanya membuatku merasa bahagia. Mungkin karna tawa itu disebabkan olehku. Padahal aku tidak sedang melucu.***
KAMU SEDANG MEMBACA
J.E.D.A
Non-Fiction"Matahari gaakan ninggalin bulan sendirian," -El. "Tapi matahari juga gaakan bisa bersatu sama bulan kak," -Lia.