Hunian

22 15 2
                                    

     Seusai hujan reda, aku dan kak El melanjutkan perjalanan pulang menuju ke rumahku. Di jalan, kami berbincang tentang masa depan.

     "Hidup itu keras, jadi lu harus kuat hadepin masalah yang ada." Kata dia, seseorang yang berada didepanku. "Maksudnya? Maaf aku gak paham kak." Sahutku. "Dasar bocah" ejeknya sekali lagi setelah apa yang ia katakan di taman siang tadi.

     Sesampainya di rumah, mama sudah menyambut kedatangan kami didepan teras. Sekarang pukul 19.00. Aku tau, mama pasti cemas karena menungguku pulang. Seolah mengerti dengan keadaan, kak El melangkah mendekati mamaku, bersalaman lalu berkata "Tante, maaf ya Lia baru sampai di rumah. Angkot nya lagi pada demo, mungkin biar aku bisa nganter Lia pulang hehe. Maaf juga pulangnya telat, tadi hujan jadi kami berteduh terlebih dahulu. Oiya, nama saya El, saya kakak kelasnya Lia di SMA tan,"  Aku tidak tau apa yang mama pikirkan ketika kak El sedang berusaha menjelaskan, yang jelas entah mengapa hatiku merasa tenang. Aku merasa tenang karna mendengarnya menjelaskan semua tentang hari ini dan humornya tentang angkot yang demo agar ia bisa mengantarku pulang.
"Iya gapapa nak El, makasih ya sudah mau mengantar Lia pulang. Maaf kalau merepotkan nak El ya," kata mama menjawab penjelasan kak El.

     Setelah itu, kak El bergegas pulang, tapi sebelum pulang, "Ini jaket, pake aja jaketku. Masih kering kok kak, habis dicuci juga jadi dijamin bersih, biar kakak gak kedinginan" tawarku. "Iya sini, udah kayak di film film ya haha"

     Lalu motornya beserta ia perlahan menghilang dari pandanganku. "Hati hati dijalan kak" kataku menepis kesunyian ditengah gerimis hujan. Aku gak berani mengatakannya didepan kak El. Baru berani waktu dia udah gabakal denger haha. Konyol ya.

***

J.E.D.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang