2 - RIFALDO ANANTA

91 9 5
                                    

Cella menatap setiap angka yang tertera dipapan tulis. Ia mencoba untuk tetap tenang dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Masih kelas dua SMA namun pelajaran yang ia lalui sudah serumit ini? Bagaimana di kelas tiga nantinya?

"Butuh bantuan, Cell?"

Cella menatap Faldo yang ternyata sudah sedari tadi memperhatikan dirinya. "Emang lo udah siap?"

Faldo mendekat lalu berkata, "kalau gue belum selesai. Ngapain nanyain lo, kan?"

Sementara Cella hanya terkekeh sambil mengangguk setuju.

"jadi, nomor berapa yang belum lo kerjain?"

"nomor tiga sampai lima, Fal. Gue ga tau rumusnya apaan," ucap Cella

Faldo menarik buku Cella dan memperhatikan setiap soal-soal nya.
Lalu ia mengambil kertas buram dan mulai mengerjakan beberapa soal tersebut.

Cella diam-diam mengamati Faldo yang tengah serius mengerjakan soal-soalnya. Entah kenapa, ada perasaan simpati yang Cella rasakan setiap melihat Faldo. Meskipun laki-laki itu sedikit usil dan senang sekali mengganggu teman-teman mereka, Cella tahu itu semua pasti ada sebabnya.

Dan ada satu hal lagi yang Cella kagum melihat Faldo. Anak itu memilki otak yang encer dalam mengerjakan tugas matematika. Maka tak heran ia sering diikut sertakan dalam olimpiade Matematika.

Orang-orang pada curiga, kalau Faldo sudah mendapat bimbingan khusus sejak ia masih dalam kandungan ibunya.

"Nah kelar juga tugas lo." Faldo mengembalikan buku tulis Cella.

"Gila! Cepat banget sih, Fal? Otak lo encer benar dah," puji Cella

"Lebay lo akh. Sebenarnya pelajaran itu jangan dipersulit, Cell. Cukup hidup kita aja yang rumit," ujar Faldo

"Ya abisnya gue heran aja sama lo, Fal."

"Nih, gue kasih tau rahasianya. Lo harus bisa pahami konsep dari materi tersebut. Terus rajin-rajin diasah. Pasti bisa kok." Jelas nya.

RETISALYA–


"RIFALDO KEMBALIIN PENA GUE!!!”

"Ambil sendiri dong beb. Manja amat."

"GUE GAMAU TAU, POKOKNYA BALIKIN PENA GUE SEKARANG JUGA!!” teriak perempuan itu sekali lagi.

Cella hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat sahabatnya, Lia tengah mengejar Faldo. Baru saja ia mengagumi laki-laki tersebut, namun sudah berulah kembali.

“DAPAT JUGA LO KAN!” Lia menarik baju Faldo cukup kuat dan menyeretnya menuju kelas.

“SAKIT WOI!  PELAN-PELAN MAINNYA!!”

“Diam lo!  Balikin pena gue sekarang.”

“Ya gausah sampai segininya dong Ferguso, perut indah gue jadi kelihatan sama perempuan-perempuan laen ini,” ucap Faldo mulai berdramatis.

Lia menghentikan langkahnya dan menatap Faldo tajam. “lo bilang gue apa barusan?”

“Ferguso, kenapa?  Ada yang salah??” tanya Faldo dengan tampang polos

“Lo benar-benar cari masalah sama gue, ya!” Lia semakin menguatkan tarikannya pada baju Faldo hingga mengenai perut indah yang dimaksud laki-laki itu.

“BAH!  MAKIN KENCANG KAU TARIK INI SAYANGKU CINTAKUUU..."



Bersambung...

RetisalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang