3•(Olahraga)

35 4 2
                                    


Hari ini pelajaran olahraga

Dan gue nggak suka OLAHRAGA.

Walaupun olahraga bikin badan sehat, tapi jujur gue orang yang mageran apalagi kalau disuruh olahraga

Gue dikelas jadi misuh-misuh sendiri malas dengan pelajaran olahraga.
Mau pura-pura sakit, tapi masalahnya Zeline dan Jovanka pasti tau kalau gue cuma pura-pura sakit.

Tring...tring...tring.
Bel berbunyi menandakan kelas pertama akan dimulai. Gue naruh kepala diatas meja sambil nutup mata, nggak lama kemudian

"Hansaaa.."teriakan itu buat telinga gue sakit dan gue yakin itu suara Jovanka dan Zeline.
"Hansa ayo, pak Dion udah nungguin kita dilapangan nanti kalau terlambat kita bisa dihukum" kata Zeline narik-narik tangan gue.

"Gue mau ke toilet dulu"
"Mau kita temani?" tanya Jovanka.
"Nggak usah gue sendiri aja nanti kalian dihukum lagi kalau terlambat".
"Yaudah kita tunggu dilapangan" kata Jovanka lagi.

Palingan kayak biasa disuruh pemanasan sendiri doang.

*
Disaat gue mau kelapangan dari jauh gue lihat anak-anak kelas udah selesai pemanasan dan gue sangat terlambat. Dari muka sih kayaknya pak Dion marah lagi nih.
"Maaf pak saya terlambat".

"Kamu lagi yang terlambat,keliling lapangan sepuluh kali" kata pak Dion buat gue kaget.
"Sekarang pak?".
"Nggak, besok".
"Oh ok pak".
"Hansaaaa" geram pak Dion.
"Iya..iya pak".

HELLO...demi Neptunus, ini matahari lagi terik-teriknya dan gua disuruh lari?,
Ditambah ada kakak kelas lagi main basket dan gue lari sendiri tambahlah rasa malu ini.

Jadilah anak-anak kelas nyorakin gue dari pinggir lapangan.
"Semangha...semangat Hansa"
"Hansa..Hansa..Hansa"
"Buah mangga buah manggis
  Nyarinya kesana kemari
  Oiii si Hansa manis
  Sini abang temani"
"Eaaa...si Hentai kumat lagi".

Teriakan mereka buat gue jadi pusing dan ini baru sampai putaran ke empat tapi kaki gue udah nggak sanggup buat lari lagi.

Padahal biasanya di drama itu  adegan lari dilapangan kalau nggak ditemani cogan pasti pingsan dan diangkat sama cogan juga. Tapi sekarang gue pengen rasain yang namanya pingsan tapi nggk bisa.
Hadeuhhh... Emang ya no halu no life.

Disaat gue udah lari sambil ngosngosan, gue ngerasa ada yang ikut lari disamping gue dan saat noleh ternyata dia Arrion. Mungkin dia juga dihukum sama pak Dion.

Baru mau diajak ngomong si Arrion malah pergi, emang ta*k tuh anak.

Bughhh..
"Anj*ng" Reflek gue balik ngambil bola dan nyari orang yang udah ngelempar nih bola ke kepala gue.

Nggak lama satu cowok datang
"Gue mau ngambil bola"katanya.
"Lo yang ngelempar nih bola?".
"Bukan".
"Suruh yang ngelempar ambil bolanya sendiri".

Satu cowok datang lagi
"Siniin bolanya, kita mau main" kata dia seenak jidat.
"Kata maaf susah ya buat lo ucapin?" tanya gue.
"Ok..maaf".
"Udah basi".
"Terus lo maunya apa?".

Dasar kakak kelas belagu.
Langsung aja gue buang tuh bola sejauh mungkun.
"Cewek sinting" kata dia.

Disaat dia mau ngambil bola,dengan sengaja gue gatek kaki dia sampai jatuh nyium lapangan.
"Hahahahahahaha" ketawa gue pecah gitu aja. Anak-anak kelas mandangin gue dengan heran dari pinggir lapangan.

Saat gue mau lari lagi dia malah narik kaki gue dan akhirnya gue ikutan jatuh juga. Sial nih anak, karena lagi emosi langsung gue jambak rambut dia.

Alhasil anak-anak lain bantu ngelerai gue dari nih cowok.
"Hansa udah".

Gue Hansa nggak bakal mau lepas gitu aja. Mungkin saking kerasnya gue jambak rambut dia,dia malah balik ngecakar muka gue dan disitulah gue makin gencar buat ngerusak muka dia.

Dan dengan tiba-tiba badan gue diangkat sama cowok, lebih tepatnya dia adalah si Arrion gila. Dia ngangkat badan gue layaknya sebuah karung.

Hei ini orang bukan karung. Karena malu gue berusaha untuk berontak tapi sayangnya NGGAK BISA.

"Badan lo kecil, tapi berat juga" kata Arrion ngeledek gue. "Sekarang cepat turunin gue!" suruh gue, tapi nggak dihiraukan.

Dia bawa gue ke kelas dan anak-anak lain pada ikutan.

"Arrion maksud lo apa ngangkat gue kayak tadi? Sok banget jadi cowok" kata gue.

Tapi Arrion malah langsung keluar kelas, apa coba maksudnya?.

"Hansa...itu tadi sosweet banget" kata Zeline mau teriak tapi tertahan.
"Susah emang punya teman yang otaknya gesrek kayak lo berdua".
                    
"Hansa lo kenal sama kakak cowok yang lo jambak dilapangan tadi?" tanya Jovanka.
"Nggak"

"Hansa lo kemana aja?, dia itu termasuk dalam daftar cowok famous disekolah ini dan nama dia itu Nedy"

"Bodo amat" balas gue singkat.

                       ***
Saat sampai dirumah tanpa ganti baju gue langsung tiduran dikasur empuk gue.
Akhirnya bisa istirahat dengan tenang. Istirahat maksudnya tidur bukan mati.

Baru mau tidur hp gue malah bunyi. Demi apapun jangan sekarang, dengan terpaksa gue liat hp dan ternyata itu notifikasi dari Group Paparazzi.
Mereka nyuruh kumpul sekarang disekolah.

Gue rasanya mau GILA kenapa disaat gue udah sampai dirumah.

                         ***

a/n

Gimana ceritanya plis komen disini. Kalau suka sama ceritanya jangan lupa tekan bintang. Jangan jadi silent riders.

Dan jangan bosan untuk tunggu cerita ini.

Salam
tirzaaa_d

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Emergence Of A FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang