Tengah makan malam bersama Ibu, aku berbenguk, memikirkan aktingku dengannya. Benar, aku mengidolakannya, tapi sewajarnya. Ah, alufiru. Kekacauan ini terus menyerang pikiranku, membuatku merasa kosong dan altruis. Terus berbenguk sampai Ibuku juga berbenguk memandangku.
Pertanyaannya,
Apakah aku jatuh cinta padanya? Tidak! Jangan sampai aku jatuh cinta padanya, nanti orang-orang akan merendahkanku dan menganggapku dara murahan! Tidaak! Oh, hati, jangan berbuai di lautan cintanya! Kau tahu? Ini akan merusak citranya! Hati, tolong jangan ahmak!
“Hei, makan yang benar, Swara!” bentak Ibu. Itu mengejutkanku, langsung makan secepat kilat karena takut Ibu marah lagi. Ah, ya ampun!
______
Keesokan harinya, aku mendatangi rumah Sanskar. Di dalam, terlihat Sanskar shock menonton acara televisi. Aku terkejutnya setengah mati. Itu Navya bersama mantan suamiku! Mereka berdua menyanyikan lagu yang kutulis. Apa maksudnya ini?! Bahkan ini akan segera kulakukan, tapi dia sudah merebutnya terlebih dahulu! Bajiran dasar! Ahmak!
Aku menghampiri Sanskar, kemudian memakinya secara habis-habisan. Aku berbuntang padanya, tapi ia justru murung, matanya berkaca-kaca.
“Kenapa kaulakukan ini padaku, Sanskar? Penghianat! Penipu!”
“Bukan aku yang melakukannya. Tolong.”
“Jangan berbukan padaku, aku tahu semuanya!”
“Aku bahkan terkejut mendengar ini, Neetu. Percayalah padaku,” pintanya, memohon padaku.
“Aku bersumpah, dara itu akan menjadi bajir seumur hidup! Hidupnya akan hancur! Untukmu Sanskar, aku kecewa padamu. Itu lagu yang kuperjuangkan selama ini, tapi kau biarkan dia yang bernyanyi dengan mantan suamiku? Hah! Itu lagu motivasiku darimu, tapi kau? Kau justru memberiku dinding pembatas atas motivasiku! Ini bainah kalau dinding teretas, tangga terpasang!” Tanpa basa-basi lagi, aku berlalu darinya dengan merentan hati. Ya, hati yang sudah hancur ini.
Sanskar bergegas menyusuli, menahan lengan, kemudian menarikku ke pelukannya. Bertatapan.
“Aku juga pernah menyalami ini, Neetu. Maafkan aku yang egois ini,” lirihnya, menatapku.
“Tentu. Kau egois, aku altruis. Ini karena kita. Kita sama-sama ahmak. Maafkan aku yang gila di abun-abun ini.” Kutepis dia perlahan, lalu pergi tanpa peduli ia memandangku pergi.
______
Merentang hati. Terus begitu. Setiap hari. Sama. Hal itu membuatku kesulitan tidur, agripnia, sehingga insomnia, terlalu banyak memikirkan kejadian itu, termasuk masa laluku.
Tak lama kemudian, kudengar suara ketukan pintu yang diikuti suara seseorang yang berpinta. Aku malas, merasa tak berotak sekarang ini.
“Neetu, aku benar-benar tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Aku sudah menyimpannya baik-baik, tapi dia mencurinya. Dia sudah mengakuinya, Neetu! Ini bainah! Tolong, Neetu, buka pintunya!”
Aku geram. Langsung membuka pintu itu dengan wajah yang datar, tidak memandangnya namun mataku mengerling padanya.
“Apa?” tanyaku malas.
Dia diam.
“Kau tidak mengatakan apa-apa saat aku sudah membuka pintu, memandangmu di sini, di hadapanmu, heh?” Aku menambahkan.
Suasana hening. Hanya aku dan dia saja sekarang. Berdua.
Kedua tangannya memegang daun telinganya, menunjukkan wajahnya yang memelas konyol itu. “Sorry.”
Aku tersenyum miring, bersandar di pintu sambil menyilangkan kedua tangan. “Kau tahu? Karena kau, aku jadi agripnia!”
Dia bercekikik. “Alasan kau agripnia, karena kau menyukaiku, kan?”
“Sudah lama, sih. Aku ini idealisme, selalu berkhayal, berfantasi untuk apa yang kuharapkan. Ya, bisa dibilang haluisme.” Aku tertawa kecil. “Tapi kau pandai membuatku impresi padamu.”
“Supaya kau tidak seperti ajnabi lagi,” jawabnya.
“Itu saja? Kau tidak membiarkanku saadah, begitu? Membiarkanku ber-alufiru, heh?” geramku dalam cumbuan.
“Eh, eh, sorry!” Lagi-lagi kedua tangannya memegang daun telinganya, menunjukkan wajahnya yang memelas konyol. Ah, dasar ahmak.
Aku tersenyum lebar. Senang. Langsung memeluknya erat. Dia pun membalas pelukan itu. Sama-sama merasa nyaman. Ini seolah-seolah dua hati telah saling bergamit.
_____

KAMU SEDANG MEMBACA
A Sky Full of Stars
Short Story(Cerita Sudah Lengkap) Perjuangan hidup dalam karir menunjukkan seperti apa nasib yang sedang kujalani saat ini.