Rachel terus mematut dirinya di depan kaca sejak 1 jam yang lalu. Merias wajahnya, menata rambutnya, mencari baju-baju yang cocok, hal tersebut dilakukannya berulang kali. Raskal yang awalnya tertidur di ranjang Rachel karena saking bosannya, sampai terbangun dan jengah melihat Rachel tak kunjung selesai.
"Lo kan cuma makan malem doang. Kenapa rempong banget, dah? Kagak kelar-kelar dari tadi," Raskal terus meracau sambil menggeleng-gelengkan kepala, sesekali menguap antara masih ngantuk dan bosan.
"Diem deh, Kal. Bantu pilihin baju, kek." Sahabatnya itu berdiri, kedua tangannya menggenggam dua pasang pakaian yang berbeda.
"Pake yang mana aja si. Jangan ngeribetin diri sendiri."
"Ih, enggak ngebantu banget. Tidur aja lagi sono."
"Lagian lo niat-niatin juga ujung-ujungnya cuma diajak ke tempat makan yang enggak jelas sama tuh cowok." Kali ini Rachel benar-benar kesal menanggapi Raskal. Dia hanya diam, membalik badannya untuk membelakangi cowok itu. Melihat ekspresi Rachel, akhirnya Raskal menghela napas dan mencoba bersikap tak menyebalkan. "Pake yang mana aja, Cel. Yang enggak berlebihan, cowok lebih suka. Tuh pake yang warna biru aja."
Raskal tahu kalau warna biru menjadi warna favorit Rachel, termasuk warna favorit Raskal sendiri.
Rachel bergumam, memandangi baju biru muda yang ada dia genggam di tangan kanannya. Kaos polos biru dongker yang lumayan gombrong dengan lengan sepanjang siku. "Bagus, sih. Tapi terlalu gelap ah kalo buat malem-malem."
"Terserah dah."
Raskal lalu menghampiri Rachel yang berdiri di depan cermin dan masih sibuk dengan pakaiannya. Dipandangi wajah Rachel yang menurut Raskal lumayan menor. Tak bisa untuk tak meledeknya sedikitpum, Raskal pun tertawa membuat gerakan Rachel terhenti sambil melemparkan raut wajah bingung ke arah Raskal.
"Jelek banget lo," olok Raskal masih tertawa. "Menor banget."
"Sialan lo." Rachel menatap dirinya di cermin, melihat wajahnya yang menurut Raskal terlalu menor. Rachel berbalik ke cowok yang memiliki tinggi badan 183 senti meter itu, lantas berniat menggebuk punggungnya yang masih naik turun karena tertawa.
Belum sampai tangan Rachel mendarat di punggung Raskal, tangan kekar Raskal langsung menangkap tangan Rachel.
"Enggak usah dandan juga lo udah cantik, Cel."
"Ish, ngeselin lo!"
[[SOMEONE]]
Meski kesal setengah mati, akhirnya Rachel memilih menuruti kata Raskal. Memilih menghapus makeupnya, hanya menggunakan liptint dan bedak tipis, serta memilih memakai baju biru dongker itu dengan bawahan celana jeans abu-abu terang.
Rachel terkikik geli. Satu jam cowok itu berada di kamarnya hanya untuk menungguinya berdandan, ujung-ujungnya saran cowok itu juga yang Rachel pakai. Wajar saja, ini pertama kali Rachel nge-date. Yang membuatnya senang kencan pertamanya ini dengan salah satu kakak kelasnya di SMA Bintang Raya yang cukup terkenal.
Sebelum benar-benar masuk ke sebuah restaurant Jepang mewah dan terkesan private, Rachel sekali lagi memastikan penampilannya tidak mengecewakan. Merapihkan rambut panjangnya, sampai akhirnya melangkah masuk ke dalam.
Di sebuah ruangan, Andre, kakak kelasnya itu sudah duduk di sebuah lantai kayu, di depannya juga berbagai macam menu makanan Jepang sudah terhidang di atas meja kayu setinggi badannya.
"Hai..."
"Hai, kak." Rachel tersenyum lantas terduduk di seberang tempat Andre berada.
Tak berlangsung lama, tangan Andre terulur untuk menggenggam tangan Rachel. Membuat suasana menjadi tambah gugup, terlebih lagi Rachel, yang sudah kehilangan kata-kata.
"Lo cantik banget.""Makasih, kak." Rachel terkekeh, padahal malam ini tidak ada yang spesial dari penampilannya. Tapi memang Rachel selalu terlihat manis dan sederhana.
Melihat reaksi Rachel yang nyaman dan tak menepis tangannya, Andre pun memajukan tubuhnya, dengan gerakan tiba-tiba Andre mengecup pelan bibir Rachel. Refleks, Rachel pun menjauhkan tangan dan tubuhnya ke belakang. Lalu dia menutup bibirnya, "Kak?" Sejujurnya Rachel ingin mengucapkan sesuatu yang lebih dari itu, dia membutuhkan penjelasan. Namun, karena masih terkejut hanya kata itu lah yang keluar dari mulutnya.
"Sorry, Cel. Gue enggak bermaksud apa-apa."
Meski sudah meminta maaf berkali-kali, mulai detik itu sampai acara makan malam selesai dan Rachel pulang ke rumah, cewek itu benar-benar langsung kehilanga kata-kata. Dia ingin sekali marah, dan meluapkan kekesalannya atas tindaka langcang Andre, tapi tetap yang dia lakukan diam seribu bahas.
Sampai dia mengerti, Andre sudah terlihat menjadi cowok brengsek di matanya.
[[SOMEONE]]
Dugaan Rachel benar, keesokan hari saat dia sudah tiba di sekolah, keadaan SMA Bintang Raya sudah ribut degan beredarnya foto Andre yang mencium Rachel.
"Gue cuma cium doang kali."
"Anjing!" Sudah mencapai titik didihnya, Raskal akhirnya melayangkan tonjokkan ke arah pelipis Andre. Melihat darah megalir di sudut bibirnya, Andre tak tinggal diam dan ingin balik memukul Raskal. Namun, Raskal sudah lebih dulu menghalau, menarik kerah Andre, kembali menghujam wajah kakak kelas paling populer itu dengan tonjokan di wajah dan perut.
"Tuh cewek aja enggak protes, brengsek!" Kali ini Andre berhasil meninju wajah Raskal, sama dengannya, bibir bagian bawah Raskal sudah mengeluarkan darah segar.
Namun, alangkah lebih baik Andre berhenti berbicara, karena itu hanya memancing emosi Raskal yang sudah tak terkendali. Gerakan tagan Raskal lebih brutal.
"Bangsat! Temen gue bukan cewek murahan, bangsat!" Satu pukulan mendarat lagi di pipi Andre. Satu-satunya hal yang bisa menghentikan Raskal hanyalah suara lengking nan menggelegar dari Bu Waro, kepala sekolah mereka.
Raskal lebih paham Rachel, dia bukan perempuan yang mudah untuk dirayu. Raskal juga tahu, pasti temannya itu sudah menangis di kelas karena foto yang sengaja Andre sebarkan.
Sejak kejadian itu, Raskal menjadi sahabat yang protektif lebih dari orangtua Rachel sendiri. Kejadian yang tak akan pernah mereka lupakan.
###
Kim Hyun Soo as Rachel
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE
Teen FictionRachel cukup nyaman dengan hubungan pertemanannya bersama Raskal selama 5 tahun lamanya. Tidak ada teman yang lebih baik dan setia selain Raskal. Begitupun sebaliknya. Raskal merasa selalu cukup jika hanya memiliki satu sahabat seperti Rachel di dun...