Bagian 1 - Pahlawan Kesiangan

8 2 0
                                    

Raskal menatap samsak di depannya setelah lelah memukul benda besar berwarna hitam itu berkali-kali. Napasnya menderu, pandangannya teralih ke Rachel yang memanggilnya dari arah samping, gadis itu tengah terduduk di sebuah gazebo.

"Kal, liat deh, video kita ini banyak yang nonton masa."
Raskal masih terdiam di tempatnya. Kembali memukul samsak itu keras-keras, tak menghiraukan antusiasme Rachel akan video makeup bersama Raskal yang 2 hari lalu baru saja diunggah di akun Youtubenya.

Melihat respons Raskal, Rachel hanya merengut.

"Cel, tadi gue ketemu cewek. Cakep banget, kayak barbie mukanya."

Rachel yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, langsung menatap Raskal lekat. "Siapa, Kal?"

"Enggak gue tanya namanya." Raskal menjawab, masih dengan suara napas yang menderu, tangannya tak berhenti bermain.

"Lo ketemu di mana?"

Raskal kembali berhenti memukul. "Pas berangkat tadi, gue lewatin gang sepi gitu. Gue liat dia lagi di deketin sama preman. Terus gue bantuin aja dia, untungnya gue jago berantem terus tuh preman langsung pada pergi. Eh tapi tuh cewek gue tolongin nggak bilang makasih, langsung pergi masih ketakutan." Raskal menarik napas untuk kesekian kalinya. "Kayaknya dia bukan mau dirampok atau digodain, deh."

"Hmm... pantesan tadi telat sama acak-acakkan banget baju lo. Anak SMA dia?"

"Iya. Nggak tau tapi anak SMA mana. Kasian banget dah mukanya, Cel."

"Kal... Kal... lo tuh jangan baek-baek napa jadi orang. Gara-gara nonjokkin Andre 2 minggu lalu, lo jadi di skors kan? Hampir aja beasiswa lo mau dicabut."

Raskal terkekeh. "Ya gue enggak suka aja ada orang semena-mena kayak dia."

"Ya, tapi kan enggak sampe mukulin juga. Gue mah bodo amat orang mau nganggep gue apa, kan yang penting gue enggak kayak yang mereka omongin."

Raskal berdecak. "Gara-gara kejadian itu aja, temen-temen lo sekarang pada ilfeel kan sama lo?"

"Bodo amat. Yang penting masih ada lo yang mau jadi temen gue." Rachel tertawa, membuat Raskal mau tak mau juga tertawa. "Lo tuh kalo nolongin orang, suka nggak mikirin diri lo sendiri. Kalo lo mukulin preman yang ganggu tuh cewek, bisa-bisa tuh preman yang dendam tau sama lo."

"Tenang, gue jago berantem, Cel."

"Dih, sombong. Dasar pahlawan kesiangan."

Rachel kembali fokus dengan ponselnya, kembali menonton video "That's Boy Does My Makeup", kembali juga Rachel tertawa dengan tingkah Raskal yang polos dengan alat-alat makeup. Padahal alat-alat makeup yang dimiliki Rachel cukup standar dan tidak terlalu ribet, tapi hasil riasan Raskal benar-benar absurd.

Tangan Rachel pun beralih men-scroll ke atas, melihat deretan kolom komentar, sebagian dari orang tak dikenal, sebagian lagi kebanyakan dari teman sekolahnya. Cukup banyak yang terhibur dengan video tersebut. Berbagai macam komentar dilontarkan, ada yang menyebut kalau Rachel dan Raskal cocok sebagai pacar, ada yang tertawa dan enggak sanggup sama tingkah kocak Raskal, ada pula yang terpana akan ketampanan Raskal, ada yang mencoba memberi saran ke Raskal untuk lebih banyak belajar tentang makeup, dan masih banyak lagi. Tapi yang paling banyak ialah komentar seputar tentang hubungannya dengan Raskal.

[[SOMEONE]]

Raskal pikir dengan melewati jalan yang sama keesokan harinya, dia akan bertemu lagi dengan perempuan berwajah barbie dengan rambut pirang panjangnya itu. Tapi nyatanya tidak. Walaupun hampir telat demi menunggu cewek itu, pagi ini Raskal kurang beruntung.

Ditegaknya minuman soda sampai habis. Dari dalam supermarket, Raskal terdiam memandang langit yang terlihat abu-abu. Menandakan tidak lama lagi, hujan akan turun, mungkin deras.

"Bentar ya, mbak." Di belakangnya seseorang sedang kepayahan mencari dompet untuk membayar belanjaan di kasir.

"Ada nggak?" Mbak-mbak kasir mulai terlihat kesal, namun mencoba ditahan. Cukup lama anak SMA di depannya ini merogoh saku dan tas, tapi tak juga menemu uang untuk membayar. Sementara pengunjung lain juga sudah mengantre, terlihat kesal dan tak sabar.

"Dek, kalo enggak ada duit enggak usah beli lah. Di belakang udah banyak yang ngantri. Minggir dulu kalo gitu." Mbak kasir kembali protes, suaranya sukses membuat Raskal menoleh.

Mata Raskal yang semula menatap wajah kesal mbak kasir, lantas beralih ke arah cewek yang tengah panik tidak bisa membayar belanjaannya, wajah yang cukup Raskal kenali.

Melihat kejadian itu, dengan kepekaannya, Raskal berjalan ke arah kasir, menanyakan berapa total belanjaan si cewek SMA itu, lalu menyodorkan sejumlah uang pas.

Raskal dan cewek itu menepi ke pojok supermarket, tempat Raskal sebelumnya berdiri sambil menatap langit.

Cewek itu tampak terkejut, lagi-lagi Raskal yang menyelamatkan hidupnya.

"Makasih, ya. Dompet gue kayaknya ketinggalan di rumah."

"Sama-sama." Raskal tersenyum. "Nama lo siapa kalo boleh tau? Gue Raskal, SMA Bintang Raya."

"Gue Anastasya. Biasa dipanggil Anas." Raskal manggut-manggut. "Oh iya, gue ganti uang lo lewat mana ya?"

"Gue boleh minta nomor HP lo nggak? Nanti kita ketemuan lagi aja. Gimana?" Sebenarnya Raskal takut dan nggak yakin Anas akan memberikan nomornya, karena kalau dilihat-lihat cewek itu agak susah didekati. Tapi nyatanya Anas meminta ponsel Raskal untuk kemudian dia ketik nomornya di layar.

"Makasih, ya. Lo udah nolongin gue dua kali. Sorry kemaren gue udah lupa bilang makasih." Anas tersenyum. Senyuman yang menurut Raskal sangat manis. Mungkin orang yang baru bertemu dengan Anas akan mencap cewek itu judes atau jutek. Tapi nyatanya tidak, untuk minggu-minggu berikutnya, setelah Raskal sudah mengenal Anas, menganggap cewek itu manis dan penuh perhatian.

[[SOMEONE]]

"Udah jadian, Kal?" Rachel yang sudah mengetahui gerak-gerik Raskal, setelah cowok itu menumpang rumahnya untuk mengerjakan tugas, langsung memberikan pertanyaan tanpa basa-basi. "Udah tau gue lo lagi deket sama cewek. Siapa siapa?"

"Cewek yang waktu itu gue tolongin dari preman-preman."

"Wih, udah jadian?" Rachel mengulang pertanyaannya.

"Belum, lah. Baru deket 2 minggu."

"DUA MINGGU? Gila lo, 2 minggu tapi enggak ngasih tau gue?"

"Belum jadian, kok."

Rachel geleng-geleng kepala, merasa kecewa. "Tapi kan cerita gitu. Kalo gue enggak liat lo diceng-cengin sama Opi, nggak bakal tau kali gue."

"Maap, Cel. Kalo udah jadian juga gue cerita."

Rachel terdiam, menatap Raskal yang kali ini sibuk dengan laptopnya, membuat design poster untuk sebuah event di luar sekolah yang sudah menjadi pekerjaan freelance cowok itu. Rachel memicingkan matanya. "Emang lo serius suka sama tuh cewek, Kal? Cepet banget lo suka sama orang. Biasanya susah."

"Ya gue pengen kenal lebih dalem aja sama dia. Anaknya juga asik, nggak ribet."

"Syukur deh. Akhirnya seorang Raskal Rasmana bisa suka juga sama cewek."

"Sialan lo. Normal kali gue."

###

Park Solomon as Raskal Rasmana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Solomon as Raskal Rasmana

SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang