Hold Me Tight

8.3K 871 162
                                    

"Apa kau bodoh?" Tanya Jimin dengan rahang mengeras, "Jangan membuang waktumu! Tinggalkan saja dia Taehyung!"

Taehyung menghisap rokok dicepitan jarinya, lalu menghembuskannya perlahan, matanya tidak lepas dari kekasihnya, Jeon Jungkook yang kini bersama oranglain, Kim Yugyeom, pemuda yang dia kira adalah sahabat Jungkook— dulunya— sekarang Taehyung tidak tau lagi apa status kedua orang itu. Ada yang retak setiap kali mata Taehyung melihat keduanya. Mereka sudah seperti perangko dan amplop yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan terang-terangan menebar kemesraan didepan hidung Taehyung sendiri.

"Kau tau itu tidak mungkin Jimin-ah." Pemuda berambut cokelat itu menghisap rokoknya sekali lagi, "Dia adalah hidupku. Dia adalah bahagiaku."

Jimin merebut rokok dijari Taehyung lalu menginjaknya, matanya menatap Taehyung dengan marah, "Lalu bagaimana dengan bahagiamu? Kau juga berhak bahagia."

"Tidak apa-apa. Aku bisa menahannya. Bahagia Jungkook adalah bahagiaku juga."

Jimin memandang kearah lain, bibirnya menggumam, "Dasar pembohong."

"Jiminnie." Taehyung memperingatkan. Tapi Jimin tidak mendengar, dia mengepalkan buku jari hingga memutih.

"Lalu bagaimana dengan bahagiaku?" Ujarnya getir, "Aku merelakan kau untuknya, sementara dia menyakitimu."

"Jimin kita sudah membahas ini—"

"Jujur saja Taehyung." Potongnya sebelum Taehyung sempat menyelesaikan kalimat, "Kau tidak pernah bahagia. Yang kau lakukan hanya menipu dirimu sendiri, berpura-pura bahagia padahal nyatanya tidak."

Kursi bergeser mundur saat Jimin berdiri, raut wajah sedih, marah, sakit, kecewa, tergambar jelas diwajah pemuda itu, dia memandang Taehyung dengan sorot terluka, "Karena itulah yang selama ini aku lakukan."

Taehyung memandang nanar punggung Jimin yang menjauh, bibirnya menggumam kecil, "Kau salah, Jeon Jungkook adalah malaikatku, hadiah terindah yang diberikan Tuhan untukku."

____

"Darimana saja? Kenapa baru pulang? Kenapa teleponku tidak kau angkat? Kenapa kau tidak membalas pesanku?"

Taehyung bertanya menuntut, kedua lengannya bersidekap didepan dada. Ini sudah jam dua pagi dan Jungkook baru pulang. Sudah berpuluh kali Taehyung menelepon, dan sudah beratus kali dia mengirimkan pesan yang tidak dibalas. Dia sangat khawatir pada Jungkook.

Jungkook berjalan melewati Taehyung begitu saja, "Bukan urusanmu."

Taehyung mengejar Jungkook memasuki kamar, menarik tangan sipemuda kelinci dan memojokkannya ke dinding, "Tentu saja itu urusanku." Napas Taehyung memburu, kemarahan perlahan naik ke ubun-ubunnya, "Apa kau tau seberapa khawatirnya aku?
Tidak bisakah kau mengangkat telepon? Apa membalas pesanku sesulit itu?"

"Cih," Jungkook membuang muka kearah lain, mata Taehyung menyipit saat melihat ada lebam keunguan dipipi kekasihnya juga darah disudut bibirnya yang sobek. Seketika kemarahan Taehyung lenyap berganti dengan kekhawatiran yang luar biasa.

"Astaga— kook, pipimu!" Taehyung berseru panik, ditariknya Jungkook untuk duduk diatas pinggiran kasur sementara dia bergegas mengambil kotak P3K diatas nakas.

"Kau berkelahi?" Tanya pemuda berambut cokelat, dia membubuhkan antiseptik keatas lebam Jungkook dengan kapas. Pemuda kelinci meringis perih.

"Maafkan aku." Ujar Taehyung, dia mengusap lebih hati-hati, "Perih sekali ya?"

Jungkook menampik tangan Taehyung, dengusan keras keluar dari mulutnya, "Tidak usah berpura-pura peduli padaku. Aku mau tidur." Balasnya dingin. Dia merangkak naik ketempat tidur dan berbaring miring membelakangi Taehyung.

Hug Me - taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang