Bab 3

259 39 26
                                    

Sebenarnya sore ini aku enggan keluar, karena cuaca tidak menjamin kesehatanku.

Tetapi karena permintaan si belahan jiwa, pujaan hati berulam jantung. Aku melakukannya daripada kehilangannya, karena tidak menemuinya, lebih baik jatuh sakit setelah bertemu.

Karena semua penyakit, ada penawar dalam dirinya.

"Chae yeon-a"

Aku memeluknya dari belakang. Ia tengah berdiri di tepi sungai, sembari sedang asyik melihat ikan-ikan kecil berenang, kesana kemari bak lagi lomba renang.

"Op oppa, apa yang kau lakukan? Ini tempat umum."

Ucapnya terkejut dengan nada sedikit tinggi. Seraya merenggangkan ke dua tanganku, dan akhirnya aku mengalah dan melepaskan pelukan ku.

"Apa yang kau segani Chae yeon-a, mereka disini juga sedang pacaran. Liat yang di sana,dan yang di situ. Mereka bahkan tak menghiraukan kita"

Aku menunjuk ke arah beberapa pasangan, yang tengah menikmati kissing maut.  


"Oppa jangan samakan aku dengan mereka, biarkan mereka lakukan apa yang mereka inginkan, aku tidak peduli. Yang jelas kita harus saling menjaga agar tidak bosan"

Cetusnya jengkelkan.


"Arayo, mianeyo"

Jawabku lirih.

Sebenarnya semenjak kami menjalin hubungan, aku belum pernah menyentuh, bibir mungilnya yang selalu basah itu. Jangankan menyentuhnya, aku bahkan tak kuasa mengecup pipinya.

Ya karena aku tidak ingin dia marah padaku, dan berpikiran kotor tentangku. Selama ini yang pacaran hanyalah, tangan kami, setiap berjumpa hanya bisa saling berpegangan tangan.

         GREAAAK!!

Suara guntur mulai memberi sinyal, agar kami pulang biar tidak kehujanan.
Namun baru beberapa langkah, hujan mulai turun, membasahi dedaunan satu per satu, dan menular ke semua lokasi di taman ini.

Kami menuju cafe yang tengah ramai di huni, karena pada ke hujanan. Aku memesan makanan yang di inginkan kekasihku, dalam beberapa menit pesanan kami datang, dan kami mulai menikmatinya.

"Apa dia orangnya yang membuat mu.. makan tak habis, tidur tak nyenyak, mandi tak basah. Bahkan kau berani berpaling dari ku karena dia?"

Tiba-tiba ada suara yang bening, mengganggu kami yang sedang makan. Aku menoleh ke arah suara yang tak asing itu.

"Ya! Kau mau melihatku, mati keselek karena ini"

Timpalku sambil menunjukan, ceker ayam yang tengah ku nikmati.

"Oppa siapa dia"

Tanya Chae Yeon heran

"Aku pacar kekasihmu, karena kamu dia berpaling dariku, dasar PHO"

Jawab Ji Soo.

Alis mata Chae Yeon terangkat, pertanda heran saat mendengar ucapan, dari mulut Ji Soo.

Mungkin dia sempat berpikir, kalau aku mencintai sesama jenis. Ji Soo memang gila kalau ngomong, becanda nya di mana saja, terkadang bikin aku malu.

"PHO? apaan itu"

Chae Yeon menatap Ji Soo, dengan tatapan kesal.

"Perusak hubungan orang"

Ujar Ji Soo

"Sudahlah, jangan hiraukan dia, dia ini asmongsong"

Sahutku, setelah menghabiskan ceker ayam yang gurih itu.

"Apa itu asmongsong?"

Chae Yeon kembali bertanya.

"Asal ngomong kosong. Jadi apapun yang di katakannya, jangan terlalu di hiraukan. Nanti kita bisa terbawa arus kesesatan"

Ji Soo tersenyum, tanpa mengindahkan ucapanku. Dan ikut memesan sesuatu, ia pun bergabung dengan kami.

Suara hujan  semakin deras, sebagian terbawa angin masuk ke tempat kami duduk. Namun kami tak menghiraukan hal itu, dan masih asyik dengan obrolan ringan, dengan candaan aku dan Ji Soo, sehingga Chae Yeon tak henti- henti tertawa.

Sepertinya hari ini, adalah hari keberuntungan si pemilik cafe, sehingga kami semua terjaring ke cafenya, dan membuat beberapa pekerja nya sibuk.

TBC

Autumn Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang