pagi menyapa dengan hamparan rindu
menebas segala titah pagi dengan pahatan senyumtak perduli langit penuh jelaga
tak perduli jemari mendingin kakutak perduli bernafas tanpa ozon atmosfirmu
sesak ini begitu menghunus kalbumembuncah hingga mencabik dinding sukmaku
ku tulis kalimat rindu pada aliran darahku rasakan rindu itu juga mengekang jiwamu
pada dinding gemeretak rasa itu terlukis jelasbiarlah kerinduan menjadi indah
pada jiwa yang terdalam penuh sesakbiarlah rasa yang mendingin membantu menjadi indah
dalam pahatan cinta yang tak lekang waktudengarlah bisikan rindu pada dedaunan
yang terkirim lewat tetes tetes embun pagijangan pernah katakan kau menjauhiku
ku genggam jemarimu dalam mayakuagar kau tak lagi terlunta dalam titah aksaramu
menarilah bersamaku dalam kanfas kaca yang membiruair mata aksaramu penuh rindu, dalam terjal yang terpahat
ku mengerti dirimu, karena aku ada dalam kata rindumu
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu
PoetrySungguh kerinduan ini selalu datang dan pergi, tiba tiba menyerbu Menguatkan segala kenangan-kenangan masa kecil dulu Betapa polosnya pikiran kanak-kanak aku dan kamu