"Apasih lo kok ngomongnya gitu?"
"Gue mau lo janji sama gue Ra. Gue mau lo inget gue apapun yang terjadi kedepannya," Barra menghela nafas berat. "Lo harus inget bahkan kalau gue pergi, lo akan selalu ada dihati gue Ra. Lo juga harus inget sejauh apapun gue pergi, Barra tetep punyanya Zara." Barra tertawa renyah.
"Bar lo kenapa sih?"
"Makasih ya Ra, selama ini lo udah sabar banget ngadepin gue," Barra menatap bola mata Zara yang sudah mulai berkaca-kaca. "Besok, gue pergi ke Jerman. Gue harus jagain oma gue disana, gue juga rencananya bakal ngelanjutin pendidikan gue disana. Doain gue ya Ra,"
Bulir-bulir air mata mulai membasahi pipi Zara, tangisnya pecah.
"Permintaan gue cuma satu Ra, gue mohon lo jangan terlalu larut dalam kesedihan lo itu karena lo tau, gue juga sedih Ra harus pisah sama lo,"
"Janji sama gue ya Ra, lo harus tetep bahagia," Barra tertawa. "Terus satu lagi ya Ra, inget."
"Apa?"
" Makan itu kebutuhan Ra. Lo harus makan biar lo ga sakit lagi abis itu minum Ra, biar ga seret."
"Barra ih! Bisa-bisanya ya lo becanda pas lagi sedih begini." Zara ikut tertawa.
"Nah gitu dong Raaa ketawaa kan cakep." Barra tertawa. "Ra, besok gue berangkat jam delapan lo harus temenin gue ke airport pokoknya. Gue maksa ya ini." Lanjut Barra dan hanya dibalas anggukan oleh Zara.
Yap, esoknya Zara mengantar Barra ke airport. Zara bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan manusia seperti Barra. Karena dari Barra, Zara belajar sangat banyak hal. Karena Barra, Zara jadi tahu bahwa tidak semua yang terlihat buruk itu benar buruk. Dari Barra, Zara belajar bahwa kita seharusnya merelakan bukan melupakan. Dan bahkan dari Barra, Zara belajar bahwa cinta itu tidak harus memiliki.
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
e u n o i a
Teen Fiction"Janji sama gue ya Ra, lo harus tetep bahagia," Barra tertawa. "Terus satu lagi ya Ra, inget." "Apa?" " Makan itu kebutuhan Ra. Lo harus makan biar lo ga sakit lagi abis itu jangan lupa minum Ra, biar ga seret."