1

4 2 1
                                    

Matahari telah tertidur digantikan cahaya singkat sang bulan. Aku berjalan pelan di jalanan sepi saat ini. Hujan telah usai tiga puluh menit yang lalu. Karena aku kehabisan payung aku harus menunggu hujan redah. Dan seperti saat ini dan di tempat yang sepi akan penduduk. Jarak yang cukup jauh dari kontrakan milikku. Jangan bertanya kenapa tidak naik angkutan umum. Sebenarnya gang kontrakanku ini sangat kecil dan hanya bisa di lewati pejalan kaki dan satu buah motor. Cukup jauh dari gang jadi aku harus berjalan kaki setiap turun dari angkutan umum. Untuk menaikin gojek atau ojek online aku harus berpikir dua kali untuk tanggal tua seperti saat ini. Ya kalian bisa bilang aku ini irit. Mau bagaimana mending uangnya dipakai untuk hal lain. Toh sampai rumah juga ga sampe setengah jam.

Aku memasuki pagar kontrakanku dengan pelan. Bunyi besi yang sudah tua yang harus di lumuri minyak setiap kali kering membuatku menahan ngilu. Ingatkan aku nanti pagi untuk memberikan pagar tua ini minuman. Mengambil kunci dari tas kecil di punggungku.

"Assalammualaikum" ucapku setelah itu masuk menyalakan ruangan yang gelap gulita. Membuka sepasang sepatuku dan menaruhnya diujung pintu. Bergegas membersihkan diri. Kontrakanku ini memiliki 1 buah kamar dan 1 kamar mandi serta dapur kecil. Ruang tamu sempit yang berdempetan dengan dapur di sebelah kiri yang hanya ku batasi gorden berwarna biru. Tak ada kursi hanya ambal dan lemari kecil di sudut kiri dengan jendela yang bertralis yang lupa ku tutup tadi pagi.

Aku memasuki kamarku yang lebih besar dari ruangan yang lain yang berada di sudut kanan disebelah dapur dari ruang tamu. Ada lemari dan kipas angin serta meja di sebelah kasur yang berada di lantai yang telah kulapisi ambal agar tidak terlalu dingin. Jendela kecil di sebelah kiri tempat tidur. Meski kecil ruangan ini sungguh amat nyaman. Aku keluar dari kamar membawa pakaian ganti dan masuk kedalam dapur karena kamar mandi yang berada tepat di sebelah kiri dapur.

"Saatnya untuk mandi" Ucapku dalam hati.

***

Saat ini jam sudah menunjukkan jam sembilan malam dan aku sungguh tidak bisa tertidur. Sebenarnya dari kemarin mimpi buruk itu telah hadir kembali. Tepatnya satu minggu yang lalu. Ketika tanpa sengaja aku melihat sosok yang dulu. Dan lebih parahnya dia bekerja di tempat yang sama denganku. Kenapa dunia sempit sekali. Aku baru saja nyaman dengan pekerjaan baruku disana meskipun hanya sebagai OG tapi aku sudah lebih dari satu tahun berada disana. Aku selalu berharap untuk tidak bertemu kembali dengan mereka bahkan salah satunya pun aku tidak ingin. Tapi sepertinya tuhan tidak membiarkanku hidup dengan damai untuk waktu yang lama. Atau mungkin tuhan ingin aku berdamai akan masa laluku. Aku menghembuskan nafas dan melangkah ke dapur mungkin secangkir teh hangat akan membuatku lebih tenang. Ternyata aku lupa mematikan lampu di ruang tamu. Aku segera mematikan lampu. Untuk menghemat biaya listrik. Aku harus pintar mengolah gajiku agar cukup untuk makan dalam sebulan bahkan lebih. Setelah menghabiskan secangkir teh aku langsung kembali ke kamar dan mematikan lampu. Cahaya dari tempelan-tempelan bintang yang berada dinding membuatku tersenyum. Aku mengintip ke jendela kamar yang pas tidak terlalu tinggi dan rendah memudahkanku untuk menopang dagu disana. Melihat kearah langit dengan bulan bulat penuh cahaya. Sinarnya membuat orang iri atau mungkin diriku yang iri. Aku tersenyum dan menutup korden lalu merebahkan diriku. Berharap akan tertidur tanpa masa lalu yang menghantuiku.

***

Hari ini aku berharap tidak bertemu dengannya. Atau bisa dibilang aku berharap dia tidak mengenaliku sama sekali. Yaaa mungkin saja dia telah lupa padaku. Karena itu kejadian empat tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas sebelas sekolah menengah atas. Tidak ada yang berubah dari orang itu. Tetap sombong dan semakin cantik. Sosok yang selalu menghantuiku dan membuatku takut hingga aku kabur dari desa dan mengadu nasib di kota ini. Sendirian tanpa uang dari keluargaku. Ah, bagaimana keadaan keluargaku di desa. Tindakanku di masa lalu memang cukup berbahaya.

Aku memasuki ruang ganti karyawan. Mengambil beberapa alat kebersihan. HT yang ku sematkan di pinggang. Aku berjalan ke arah papan nama mencari namaku yang hari ini akan terletak di lantai mana. Dan aku mengeram senang, lantai dasar. Itu adalah surga bagi kami para pekerja kebersihan. Kami tidak perlu naik turun tangga darurat ataupun lift(jika antara lantai 1-4). Aku bergegas mengambil sapu dan menyapa partnerku hari ini dengan riang.

***

Suasana kantin hari ini cukup ramai. Tidak seperti biasanya, aku mengambil tempat disebelah winda. Winda adalah salah satu teman yang aku kenal semenjak bekerja disini. Winda sosok pendiam bertolak belakang denganku. Dia lebih banyak menjadi mendengar setia namun dia juga mampu membuat kami tertawa dengan tingkah polosnya. Entahlah bisa dikatakan Winda polos atau bodoh. Karena dua hal itu hanya berbeda tipis. Aku membuka kotak bekalku, sama seperti Winda.

Winda menatapku dengan heran. Mungkin dia terkejut mendapati seorang Cinta Pelangi tidak se bawel biasanya. Aku tertawa pelan dan menatapnya yang masih juga menatapku dengan keingin tahuannya.

"Aku baik-baik saja, hanya saja suasana kantin yang terlalu rame membuatku malas bicara. Ya kalau terdengar, kalau tidak?" Sahutku dengan bahu terangkat dia tersenyum manis.

"Iya kamu benar sebaiknya kita makan dengan cepat dan tak terlihat agar tidak menjadi bahan bullyan seperti biasanya" ucapnya mendengus membuatku tertawa tanpa bisa ditahan.

Sebuah bully-an adalah hal biasa untukku bahkan terkesan sudah tidak berasa sama sekali. Tapi mungkin berbeda dengan Winda. Winda adalah sosok yang lemah mental dan selalu memikirkan perkataan orang. Bukan dia mudah baper. Hanya saja dia sedikit sensitif dengan fisiknya. Padahal menurutku dia sudah cukup manis dengan rambut sebahu yang di kuncir kuda serta poni yang terjepit. Meskipun Winda lebih tua setahun dariku. Tapi tidak membuat Winda menjadi sosok pemimpin yang tegas. Winda itu lebih cocok seperti bunga putri malu. Ketika di sentuh dia akan mengatup secepat kilat. Tapi akan terbuka kembali meski dengan waktu yang cukup lama. Intinya berikan seorang Winda WAKTU!!!.

Hari ini aku dan Winda mendapat lantai yang sama. Sebenarnya adahal yang membuat kami selalu tak bisa dipisahkan seperti saat ini. Kami akan selalu menempel meski pekerjaan kami yang berjarak. Seperti layaknya magnet yg kembali jika sudah menemukan kutub yang pas. Kadang atasan kami sampai memarahi kami yang seperti permen karet. Tapi tidak untuk hari ini. Kami satu lantai! Bayangkan saja bahagianya aku. Karena cuma Winda yang cukup membuatku nyaman. Aku punya banyak teman disini hanya saja tidak se akrab dengan Winda. Intinya Winda teman yang menyenangkan!.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang