01 - Awal

75 10 1
                                    

Hari ini, langit tampak sangat muram padahal waktu masih menunjukkan pukul 16:20 WITA. Sudah lima menit berlalu, namun suara petir dan cahaya kilat masih belum juga selesai. Entah terjadi perang di atas langit atau bagaimana, yang jelas saat ini hujan masih turun dengan begitu deras. Pemadaman listrik terjadi dimana-mana, jalanan menjadi begitu sepih, hanya ada suara guyuran hujan yang deras.

Gelap, dingin dan terasa menusuk.

Vas bunga melayang bebas di udara lalu menghantam dinding, beling bertebaran dimana-mana. Nyaris saja mengenai pelipis dari seorang lelaki yang kini jatuh terduduk dengan peluh serta air dari kelopak matanya yang mulai menetes. Keadaan disekitarnya begitu kacau. Terdengar suara tangisan dari seorang wanita paruh baya yang di iringi suara hujan yang begitu deras. Di rumah itu pencahayaan begitu minim, bahkan sebatang lilin pun tak ada.

Terdapat noda bercak darah pada seragam putih abu-abu yang dikenakan lelaki itu. Lebam memenuhi wajah dan tubuhnya. Lelaki itu meringis sembari menekan perutnya yang terasa sangat nyeri. Belum juga selesai sampai disitu, kerah seragam lelaki itu kembali ditarik paksa untuk kembali bangkit. Seorang pria paruh baya berkumis dengan sorot mata yang sangat tajam kembali melayangkan pukulan tanpa ampun pada lelaki dihadapannya.

Tanpa menghiraukan jeritan seorang wanita yang terus-terusan meraung menarik pria tua itu, ia terus saja menghajar lelaki yang ada di hadapannya. Tak peduli lelaki ini akan mati setelahnya sekalipun yang ia pukuli adalah 'anaknya sendiri', darah dagingnya sendiri. Pria tua itu sudah gelap mata, rasanya saat ini juga ia ingin sekali menghabisi anaknya itu.

Merasa terganggu dengan wanita yang terus-terusan mencegahnya, pria itu kemudian mendorong wanita tua itu dengan begitu kasar sehingga tubuh wanita tersebut menghantam sebuah meja kaca yang ada tepat di belakangnya.

Terdengar suara jeritan yang begitu pilu dari mulut wanita yang kini kesakitan setengah mati akibat benturan keras dengan meja kaca itu. Dengan mata sayu yang sudah 'sangat kelelahan' lelaki yang masih berseragam itu menyaksikan ibunya yang menjerit kesakitan akibat seseorang yang adalah ayahnya.

Waktu terasa melambat. Dadanya terasa begitu sesak. Tenggorokannya terasa terlalu sulit untuk menelan salivanya sendiri. Rasanya sakit sekali, sangat sakit.

Bahkan luka-luka dan lebam yang ada pada sekujur tubuhnya tidak berasa apa-apa lagi dibandingkan menyaksikan ibunya yang meraung-raung, menjerit, menangis dan kini jatuh terduduk dengan darah segar yang mengalir dari lengan baju ibunya yang kini telah sobek.

Dengan sisa tenaga yang ada, serta rasa sakit, marah, kecewa yang selama ini lelaki itu tahan, ia bangkit dari duduknya kemudian menghempas dengan kasar kedua tangan dari pria yang selama ini membuat segalanya terasa begitu sulit.

"GUE BUNUH LO!!!" teriak lelaki itu dengan begitu kencang. Seperti orang kesetanan, lelaki itu melayangkan pukulan bertubi-tubi terhadap 'ayahnya' yang masih mencoba menyerang balik.
"SELAMA INI.. SELAMA INI GUE SELALU BIARIN LO!! PUKUL GUE! LO MAU BUNUH GUEPUN TERSERAH! TAPI JANGAN BERANI LO SAKITIN IBU GUE!!" teriak lelaki itu dengan kemarahan yang selama ini ia tahan.

Kekacauan yang terjadi di rumah itu terdengar hingga tanpa sadar beberapa warga telah berkumpul di rumah itu dengan pakaian yang basah kuyup serta penerangan yang hanya berupa senter. Beberapa warga mencoba memisahkan ayah dan anak itu.

Namun lelaki itu masih belum puas, baginya ayahnya itu belum mendapatkan hal yang setimpal. Beberapa warga yang lain telah membawa ibunya kerumah sakit, kini mereka mencoba melerai kedua lelaki itu. Nyeri yang terasa luar biasa kembali menyerang tubuhnya, rasanya sakit sekali, akhirnya lelaki itu menyerah dengan keadaannya. Ia sangat lelah, lelaki itu melepaskan tangan-tangan warga yang mencoba menahannya kemudian menjauh dari ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

26 Hari Mulai dari SekarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang