" Apa selapar itu?" tanya Devon. Matanya terus mengiring setiap gerakanku, ada kegelian di dalamnya.
" Yep. Dan ini salahmu, membuatku olahraga kasur terus" gerutuku. Menggigit mozarella stick ku yang ke tiga belas.
Kami memesan dua lusin mozarella stick, satu beef garlic double burger, plus dua gelas besar bir. Karena aku bukan pemamah daging maka mozarella menjadi satu-satunya pilihanku, terlebih itu makanan favoritku ( catat : sudah bukan camilan lagi)
Kami sedang makan malam merangkap siang di restauran cepat saji bernama Dr.Kims Lunch yang terletak di seberang Motel tempat kami menginap. Setelah nyaris seharian Devon dan tubuh seksi lezatnya menjebakku di atas ranjang. Staminanya dalam urusan apapun memang luar biasa namun untuk bercinta, seakan dia mempunyai jutaan tenaga tambahan. Sedangkan aku, well, sebut saja aku seperti api jika sudah menyangkut gairah.
" Kenapa memandangku seperti itu? dan jangan terus tersenyum" bentakku kesal.
Devon terkekeh, meletakkan tangannya di atas meja, meraih tangan kananku lalu melilitkan jemari besar dan kasarnya dengan jemariku. " Orang bilang seks hebat dengan orang tepat memang benar" kemudian dia mencium punggung tanganku dengan lembut serta lama.
Aku meleleh di buatnya. Dadaku bergemuruh oleh perasaan hangat juga bahagia. " Memangnya kamu apa? Tuan Shakespeare..." godaku. Wajahku pasti memerah karena malu.
" Permisi, apakah ada hal lain yang bisa saya bantu" seorang pelayan berambut pirang platina ikal sebahu, dengan tubuh sintal serta payudara berukuran buah melon yang siap tumpah di balik seragam pink seksi berkerah 'v' nya muncul lagi.
Gadis bertag name Sassha itu sudah menaruh matanya pada Devon sejak kami pertama kali memasuki tempat ini. Dia bahkan menggoda Devon secara terang-terangan. Benar-benar perempuan murahan.
Sassha menjilat bibirnya sambil mengedip genit ke arah Devon, membuatku memutar bola mata dan Devon terlihat sangat kesal. " Kurasa aku dan Istriku sudah cukup kenyang. Jadi tidak, terima kasih"
Perkataan Devon barusan membuatku melotot, dan Sassha sampai mendengus saking kagetnya. Aku memandang Sassha, melihat wajahnya berubah semerah sup tomat buatan Nenekku dulu.
" Ehm, sebenarnya sayangku, aku memang ingin memesan sesuatu. Apakah restauran ini menyediakan minuman semacam punch your face? ( menghajar wajahmu) itu adalah sejenis mocktail jenis baru" suaraku terdengar berat dengan penekanan di setiap kalimatnya. Mataku memancarkan kejengkelan terhadap perempuan genit tak tahu malu itu.
Ekspresi Sassha seperti habis kutampar, terbatuk, dia berusaha bicara namun aku tak mau melepaskan kontak mata kami. " Ehm...maaf Nyonya saya rasa tidak ada minuman seperti itu di sini. Kalau memang sudah tak ada lagi, maka saya permisi"
Sassha menundukkan kepalanya, memutar badan lalu berlari secepat dia bisa kembali ke balik konter makanan. Aku tanpa berusaha menutup-nutupi tertawa terbahak-bahak, merasa puas karena bisa mengalahkan satu lagi wanita murahan gila perhatian.
Aku berbalik dan melihat Devon memandangiku dengan ekspresi lembut. " Ada apa? ada yang salah?" tanyaku
Dia menggeleng, tangannya terjulur ke wajahku, jemarinya membelai lembut pipiku, ketika dia melakukan itu aku menutup kedua mataku. Debaran itu semakin kencang, jantungklu bertalu mirip nyanyian musik cinta berirama lembut. Sentuhannya terasa membakarku, aku bisa merasakan cinta yang besar darinya untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD AND ROSE
RomanceDitujukan untuk 19++ mengandung konten kekerasan dan erotisme Yvone Deveraux (20) melakukan serangkaian perjalanan bersama pria yang sangat dia cintai dan kebetulan adalah Pamannya sendiri Devon Deveraux (36).Ada sekelompok psikopat gila mengejar-ng...