PART 2

24.3K 205 5
                                    

" Apa  selapar  itu?" tanya  Devon. Matanya  terus  mengiring setiap  gerakanku, ada kegelian di  dalamnya.

" Yep. Dan ini salahmu, membuatku  olahraga  kasur  terus" gerutuku. Menggigit  mozarella  stick ku  yang  ke tiga  belas.

Kami memesan  dua  lusin  mozarella  stick, satu  beef garlic  double  burger, plus  dua  gelas  besar  bir. Karena  aku  bukan  pemamah  daging  maka  mozarella menjadi  satu-satunya  pilihanku, terlebih  itu  makanan  favoritku ( catat : sudah bukan  camilan  lagi)

Kami  sedang  makan  malam  merangkap  siang  di  restauran  cepat  saji  bernama  Dr.Kims Lunch  yang  terletak  di  seberang  Motel  tempat  kami menginap. Setelah  nyaris  seharian  Devon  dan  tubuh  seksi  lezatnya  menjebakku  di  atas  ranjang. Staminanya  dalam  urusan apapun memang  luar  biasa  namun untuk  bercinta, seakan  dia mempunyai  jutaan  tenaga  tambahan. Sedangkan  aku, well, sebut  saja  aku  seperti  api  jika  sudah menyangkut  gairah.

" Kenapa  memandangku  seperti  itu? dan  jangan  terus  tersenyum" bentakku  kesal.

Devon terkekeh, meletakkan  tangannya  di  atas  meja, meraih tangan  kananku  lalu melilitkan jemari  besar  dan  kasarnya  dengan jemariku. " Orang  bilang  seks  hebat  dengan  orang  tepat memang  benar" kemudian  dia  mencium  punggung tanganku  dengan  lembut  serta  lama.

Aku meleleh  di  buatnya. Dadaku  bergemuruh  oleh  perasaan  hangat  juga  bahagia. " Memangnya  kamu  apa? Tuan  Shakespeare..." godaku. Wajahku  pasti memerah karena  malu.

" Permisi, apakah  ada hal  lain yang bisa saya bantu" seorang pelayan berambut  pirang platina ikal sebahu, dengan tubuh sintal serta payudara  berukuran buah melon yang siap tumpah di balik seragam pink seksi  berkerah 'v' nya  muncul  lagi.

Gadis  bertag name Sassha  itu  sudah  menaruh  matanya  pada  Devon  sejak  kami  pertama  kali memasuki tempat  ini. Dia  bahkan  menggoda  Devon  secara  terang-terangan. Benar-benar perempuan  murahan.

Sassha  menjilat  bibirnya  sambil  mengedip  genit  ke  arah  Devon, membuatku memutar  bola  mata  dan  Devon terlihat  sangat  kesal. " Kurasa  aku  dan  Istriku  sudah  cukup  kenyang. Jadi  tidak, terima  kasih"

Perkataan  Devon  barusan  membuatku  melotot, dan  Sassha  sampai mendengus  saking  kagetnya. Aku memandang Sassha, melihat  wajahnya berubah  semerah  sup  tomat  buatan  Nenekku  dulu.

" Ehm, sebenarnya  sayangku, aku memang  ingin memesan  sesuatu. Apakah  restauran ini menyediakan minuman  semacam  punch your face? ( menghajar wajahmu) itu adalah sejenis  mocktail  jenis  baru" suaraku  terdengar berat  dengan  penekanan  di setiap  kalimatnya. Mataku memancarkan  kejengkelan  terhadap  perempuan  genit  tak  tahu  malu  itu.

Ekspresi  Sassha  seperti  habis  kutampar,  terbatuk, dia  berusaha  bicara  namun  aku  tak mau melepaskan  kontak  mata  kami. " Ehm...maaf  Nyonya  saya  rasa  tidak  ada  minuman  seperti  itu  di  sini. Kalau  memang sudah tak ada lagi, maka saya permisi"

Sassha  menundukkan  kepalanya, memutar  badan  lalu  berlari  secepat  dia  bisa  kembali  ke  balik konter  makanan. Aku  tanpa  berusaha menutup-nutupi tertawa  terbahak-bahak, merasa  puas  karena  bisa mengalahkan  satu  lagi  wanita murahan  gila  perhatian.

Aku  berbalik  dan  melihat  Devon memandangiku  dengan  ekspresi  lembut. " Ada  apa? ada  yang salah?" tanyaku

Dia menggeleng, tangannya  terjulur  ke  wajahku, jemarinya membelai  lembut pipiku, ketika dia melakukan itu aku menutup kedua mataku. Debaran itu semakin kencang, jantungklu bertalu mirip nyanyian musik cinta berirama lembut. Sentuhannya terasa membakarku, aku bisa merasakan cinta yang besar darinya untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLOOD AND ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang