Please

1.1K 127 11
                                    

Oxygen Provide

Please

Wong Yukhei x Mark Lee

Cerita ini terinspirasi dari sebuah komik 4 panel yg gk sengaja lewat di teel. Semoga kalian suka ( ̄ω ̄)

 Semoga kalian suka ( ̄ω ̄)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆Let's get it☆
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku terkenang pada masa lalu. Itu pedih, tak kuharapkan melewati impresiku kembali. Tapi keadaan seakan memaksa, karena aku hanyut pada kondisi yang membuatku membuka mata.

Waktu itu, kedua netra kita berjumpa di malam penuh suar. Kau menatapku penuh iba, penuh kemauan untuk membawaku ke rumahnya. Aku ingat, uluran tanganmu, rangkulanmu, bibir simpulmu--untukku. Kau menggendongku dan mendongeng padaku tentang apa yang dapat kulakukan di kediamannya. Itu tak membuatku responsif, bisa saja kau memberiku intensi yang abortif.

Memangnya siapa kau? Kau adalah salah satu dari sekumpulan daging sok banyak akal yang bergaya menguasai buana, kau adalah bagian dari ciptaanNya yang disiden paling tulen. Aku sampai tidak dapat menghitung berapa banyak tendangan dan umpatan yang mereka jeritkan padaku. Perasaan antipati ini mengakar kuat dari dalam jiwaku yang paling inti.

Rupanya, itu cuma tuduhan yang tidak signifikan. Aku terlalu banyak berburuk sangka, kau berbeda dari yang kuduga. Basuhanmu yang hati-hati, usapan handukmu yang pelan-pelan, serta sentuhan ajaibmu yang menyembuhkan luka-lukaku---seakan memutar ideologiku seratus delapan puluh derajat pada personamu, yang ternyata tak bisa ku satu levelkan dengan mahluk kebanyakan.

Kuperhatikan, bagaimana tegasnya punggungmu jika dilihat dari belakang. Kokoh bagai Tembok Cina, lalu dengan caramu memberiku hidangan, begitu berkenan dan penuh keceriaan. Aku menatapmu aneh, biasanya mahluk sepertimu itu selalu cemberut sambil bersungut, terlampau egois dan juga bengis. Tapi kamu, amat berlainan. Kedua iris aswad itu berbinar-binar memandangiku, disertai cengiran lebar yang terkesan jujur dan lugu. Pikiranku tetiba pisu, aku jadi salah perilaku. Tapi sungguh, kau tampan, rupawan, menawan. Terakhir kali yang kuakui ketika memakan hidangan darimu, adalah pernyataan cinta yang hanya aku dan Tuhan yang tau.

Balas budiku takkan pernah habis untukmu dan setelah itu, aku menaruh eigendomku padamu. Sama seperti yang kau lakukan padaku dengan memberiku sebuah nama.

Mark.

☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・

Musim dingin kulewati dengan memuja sosokmu yang bagai batara. Tidak pernah kupalingkan minatku selain pada gerak mata dan tanganmu---yang mengamatiku penuh cinta dan mengelus kepalaku kaya kama. Aku kelewat bahagia, ingin rasanya kuteriakkan kosakata manis asmara sambil menyebut namamu lantang-lantang---LUCAS!!!

Di musim dingin awal tahun, berselang beberapa lusa setelah kau memungutku, banyak hal menyenangkan terjadi. Dari dirimu yang selalu memanggil namaku, sampai mengajakku jalan-jalan dan berguling-guling diatas kasur salju. Sudah lama aku tidak menikmati salju seperti ini, karena tiap butiran kristalnya mengandung sejuta emosiku pada masa lampau. Namun kali ini, aku melihat hanya putihnya. Aku merasakan hanya dinginnya. Aku menikmati hanya keayuannya. Ini karenamu, Lucas. Jika bukan, selamanya aku melaknat salju ini.

Bersamamu, membawakan begitu banyak transisi pada garis hidupku. Sebelumnya aku terlantar dan terlupakan. Menjadi salah satu mahluk yang tidak begitu beruntung dan serasa tak mustahak berhadapan dengan dunia yang kacak. Tapi sekarang, aku berpikir kalau hidup tidak sejahanam itu. Sebab seorang bidadara sepertimu takkan tinggal di istana Hades, makanya aku mulai percaya pada mukjizat pada terra yang fana.

Sebelum ini, kau bercerita padaku tentang terra. Diluar sedang hujan angin, kita berdua meringkuk didalam selimut dan kau bergumam pelan.

"Aku khawatir."

Mataku terbuka mendengar suaranya.

"Jika suatu saat aku ditelan bumi, apa yang akan kau lakukan, Mark?"

Pertanyaannya tak kujawab dengan lafal, melainkan dengan pelukan yang paling kau hafal. Kuingin kau tidak memikirkannya, karena hanya untukmu dan bersamamu, kata selamanya adalah pernyataan absolut yang kutelan bulat-bulat.

Mauku hanya ini. Bersama Lucas, bersamamu. Sederhana. Aku tidak butuh yang muluk-muluk. Ketika alam berusaha membuatku menoleh, hatiku sama sekali tak tergerak demikian. Fokusku hanya kamu, tidak ada yang lain. Kau seperti jantung dari gravitasi, yang selalu menarikku kedalam ardi milikmu sendiri.

Aku ingin begitu.

Hidup bersamamu, hanya berdua bersamamu.

Sampai sekarang hasrat itu masih tertanam kuat didalam sukmaku. Aku duduk dan menyenderkan kepala padamu. Kuhela napas pelan, hendak menyusuri alam rasian. Kau begitu kedinginan, aku ingin mengambil selimut dan menutupimu dari angin yang kalut. Tapi jika kulakukan, aku takut kau sendirian disini dan mencariku.

Lucas, aku ingin kau tau kalau aku akan terus menunggu disebelah gundukan tanah tempat dirimu ditelan. Kau pergi kedalam sana tanpa berpamitan denganku. Aku tidak mengerti kau pergi kemana dan untuk apa, tetapi aku akan tetap setia menunggu kepulanganmu. Meski sekarang sudah di penghujung akhir tahun, kuberharap kau disini dan merayakan satu tahun kebersamaan kita.

Lucas, aku memang hanya seekor anak anjing yang lancang. Aku mencintai dirimu yang jelas-jelas seorang keturunan anak adam. Kita, berbeda. Lamun akan kuberikan cintaku secara prasaja. Tidak apa kalau kau tidak membalas cintaku dengan sama, yang terpenting, kita berdua bersama selamanya.

Karena itu, kumohon.... cepat pulang, ya.

☆End☆

☆End☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Please ❀ Lucas, MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang