Prelude: Arjuna Dasa Mandala

508 47 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ENTAH kenapa malam ini langit terlihat lebih kelam. Hitam pekat, tanpa ada semburat cahaya putih dari sang rembulan. Angin bertiup semakin kencang, membawa butiran air yang siap menyapa bumi.

Juna mengeratkan jaketnya. Tasnya ia peluk didepan agar tidak basah terkena air hujan. Jam menunjukkan pukul delapan malam yang membuatnya sedikit ragu. Haruskah dia cepat-cepat menuju rumahnya agar terbebas dari hujan malam ini, ataukah ia hanya perlu berjalan sedikit lebih lamban dan tidak peduli akan rintik hujan dan angin malam yang menyerang tubuhnya?

Sejujurnya sejak kemarin malam badannya memang sedikit melemah. Demam disertai flu yang membuat Arjuna memutuskan untuk bolos les hari ini. Sangat beresiko, Juna tahu. Bahkan seharusnya sekarang ini dia baru saja menyelesaikan tiga pelajaran. Satu pelajaran tersisa hingga pukul setengah sepuluh dimana Arjuna baru bisa merebahkan tubuh di kasur empuknya.

Masa bodoh, Juna pikir. Dia tidak mau mengalami kejadian konyol seperti pingsan ditengah jalan lalu terlindas truk semen. Akan semakin merepotkan tentunya. Maka, dia mengerahkan seluruh sisa tenaga untuk berlari 20 meter menuju rumahnya.

Lelaki basah kuyup itu terengah-engah kala membuka pintu. Di ruang tengah tampak orangtuanya yang sedang makan malam. Hening, tanpa suara. Lucu, pikirnya. Ayahnya sibuk memegang iPad, tak jauh berbeda dengan ibunya yang asik bermain ponsel.

Lucu. Makan malam macam apa ini?

"Kenapa udah pulang? Ini jam berapa?" Tanya ibunya curiga.

Arjuna terdiam. Dia berjalan pelan menuju sofa dan melepaskan jaket basahnya.

"Kamu bolos les? Lagi?!"

Arjuna menghela nafas. Lagi yang dimaksud ibunya adalah kali kedua Juna bolos selama duabelas tahun dia mengenyam pendidikan. Apa itu sebuah dosa besar?

"Aku nggak enak badan." Jawabnya singkat tanpa menatap sang ibu yang sudah beranjak dari meja makan.

"Alasan."

Juna meletakkan kembali tasnya diatas karpet saat ia hendak membawanya ke lantai atas. Dia menatap ibunya penuh tanya. "Ma, dari semalem aku demam. Flu, tenggorokan aku sakit. Daritadi aku gak bisa fokus belajar karna kepalaku pusing,"

Ibunya berjalan menghampiri dengan tatapan tajam. "Sejak kapan kamu manja?"

Seharusnya Juna tahu, dengan mengutarakan semua keluh kesahnya, itu hanya membuang-buang waktu. Lihat. Apakah ada belas kasihan dan kasih sayang seorang ibu pada diri ibunya? Nol besar.

"Segini aja kamu ngeluhnya kayak disuruh menyelamatkan dunia. Lihat, kakak kamu. Dia bisa ngelewatin itu semua. Dia nggak manja, nggak banyak ngeluh kayak kamu!"

sandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang