"Aku titip kunci kamar ku, Kook" Min Yoongi, 31 tahun, sedang liburan di sebuah resort dipulau.
"Exjusmeh?" Park Jimin, 24 tahun, artis terkenal, sedang terkena skandal jadi disembunyikan di pulau ini.
Yoongi melirik orang disampingnya yang sejak tadi berdiri di depan meja resepsionis. Penampilannya terlalu 'kota' untuk ukuran pantai yang biasanya hanya memakai pakaian yang nyaman.
"Excuse me" koreksi Yoongi santai.
Jimin tersentak.
"Yah! Kau pikir aku tidak bisa bahasa inggris?" Jimin berdecak tak percaya, jarinya bergerak menyentuh poninya , menyibak kebelakang.
Jungkook, anak pemilik resort yang bertugas menyambut tamu menatap keduanya bergantian.
"Dengar ya.. hey! Yah!" Jimin berteriak kesal saat Yoongi mengabaikannya dan memilih pergi tanpa peduli dengan Jimin yang ingin memarahinya.
"Jimin-ssi, ingat reputasimu" asisten Jimin, menarik tangan pria itu dan menutup paksa mulut Jimin dengan tangannya. "Jim, jangan marah-marah, bisa sajakan ada sasaeng disini. Reputasimu bisa semakin hancur" nasehat asistennya.
Mendengar nasehat asistennya, Jimin kembali tenang dan menepis kasar tangan asistennya.
"Kunci kamar" Jimin mengetuk meja resepsionis dengan jarinya, dagunya terangkat sombong membuat Jungkook mengernyit menatapnya.
"Kamarnya masih belum..."
"Ehem" Jimin berdehem keras sebagai kode, membuat asistennya memutar bola matanya.
"Kunci kamar yang sudah selesai dibersihkan saja" ucap asistennya pada Jungkook.
"Tapi kan..."
"EHEM" Jimin berdehem kesal, membuat Jungkook menatap bingung.
"Apa ada ruangan yang bisa kami pakai selama menunggu kamarnya selesai dibersihkan?" Tanya asisten Jimin sopan.
"Kalian bisa ke restoran sambil menunggu. Restorannya langsung menghadap laut dan..."
"Tunjukan dimana restorannya" Jimin memerintah dan berjalan menuju arah kanan.
"Restorannya sebelah kiri" cegah Jungkook membuat Jimin berhenti melangkah dan mengumpat kesal.
Sambil menyibakkan rambutnya, Tanpa mengatakan apapun, Jimin berjalan angkuh melewati Jungkook dan asistennya.
"Apa semua artis seaneh itu kelakuannya?" guman Jungkook heran.
.
.
.
"Sarapan tidak bisa diantar ke kamar" ucap asisten Jimin sambil menatap jengah pada Jimin yang masih telungkup diatas tempat tidur.
Mendengar ucapan asistennya, Jimin membalikkan badan dan menatap tak percaya. "Kau bilang apa?"
"Sarapan tidak bisa di antar ke kamar. Kalau mau sarapan, kau harus ke restoran"
Jimin menghembuskan nafas kesal, matanya menatap lurus pada asistennya dan berdiri dari tidurnya. "Harusnya kalian menyembunyikanku di amazon daripada di pulau ini. Pelayan buruk begini" gerutu Jimin.
"Di amazon tidak ada hotel"
"Jangan sok tau!" omel Jimin dan berjalan ke kamar mandi.
Entah untuk yang keberapa ratus kalinya, asisten Jimin menghela nafas. "Rasanya mau pensiun dini saja"
"AKU MENDENGARMU, ASISTEN NOMOR 14!" teriak Jimin dari kamar mandi.
Jimin berjalan dengan dagu terangkat ke restoran. Beberapa pengunjung yang mengenalinya membuat Jimin tersenyum sinis. "Siapa yang paling terkenal di Negara ini?"