1. PESAWAT KERTAS

71 24 21
                                    

Kakiku mengayuh sepeda angin dengan cepat. Pedal sepeda yang terasa berat membuatku harus mengeluarkan tenaga extra untuk bisa sampai ke sekolah. Jarak rumahku dari sekolah sebenarnya lumayan dekat, tapi ini sudah melebihi pukul tujuh pagi jadi ada kemungkinan besar aku telat dan akan mendapatkan hukuman dari Bu Wati, guruku BK.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit aku sampai di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat dan juga ada Bu Wati yang selalu setia menunggu siswa-siswinya yang terlambat.

Kan benar kataku, aku telat dan akan segera mendapat hukuman.

Bu Wati menatapku bosan, "Kamu lagi?!"

"Iya Bu, tadi bangunnya kesiangan," jawabku dengan menundukkan kepala.

Ya, aku lagi. Aku adalah salah satu siswa yang sering terlambat dengan alasan bangun kesiangan.

Bu Wati menggelengkan kepalanya, "Pak Gipto tolong bukain gerbangnya," perintah Bu Wati kepada Satpam sekolahku.

"Masuk kamu! Parkir sepeda kamu, temui saya di lapangan basket!" Katanya dengan nada tegas.

Aku mengikuti perintahnya, masuk kedalam area sekolah lalu memarkirkan sepedaku terlebih dahulu dan selanjutnya aku menghadap Bu Wati yang katanya menungguku di lapangan basket.

Aku berjalan santai menuju lapangan basket. Sengaja sih, biar saja Bu Wati yang menungguku terlalu lama. Terlihat nakal sih memang, namanya juga anak SMA kalau gak nakal ya gak bakalan ada cerita yang asyik untuk dikenang.

Dari kejauhan nampak Bu Wati yang berdiri di pinggir lapangan basket, ia menungguku sambil menepi di pohon asem. Seketika aku tertangkap basah sedang memperhatikan Bu Wati dikejauhan, memperlihatkan wajahnya yang mulai sedikit kesal kearahku, tak ingin mendapat hukuman yang lebih berat aku segera berlari menuju Bu Wati.

"Bagus ya, kamu nyuruh saya nunggu kamu!"

Dan lagi lagi aku hanya menundukkan kepala, merasa bersalah.

"Ibu itu sudah pusing ya sama kamu. Kamu itu udah keterlaluan! Masak iya, seminggu hampir dua kali kamu terlambat. Mau jadi apa kamu besok kalau hidup kamu aja gak disiplin seperti ini?!" Nada Bu Wati terlihat marah. Marahnya seperti sudah berada dipuncak tinggal meledakkan saja kemarahannya.

"Maaf bu, saya itu telat karena saya tidurnya kemalaman."

"Ngapain kok bisa tidur kemalaman? Emang orang tua kamu gak bisa bangunin kamu? Orang tua gak marah ke kamu karena tidurnya malam? Tidur kamu itu jam berapa sih? Kok bisa telat sampai jam setengah delapan gini? Gak lupa jadwal masuk sekolah kan kamu? Apa perlu saya chat kamu buat ingetin kamu jam masuk sekolah?"

Aku melongo bingung harus jawab pertanyaan Bu Wati yang mana dulu. Aku saja lupa pertanyaan Bu Wati yang diucapkan barusan, maklum saja lah otakku tak mampu menyimpan memori terlalu lama.

Dan alhasil, aku hanya menunduk tanpa menjawab.

"Kamu ya malah nunduk, jawab pertanyaan saya!" Ucap Bu Wati sambil berkacak pinggang.

Aku menggaruk belakang kepala yang tidak gatal, "Saya lupa pertanyaan Ibu tadi, soalnya pertanyaan Ibu banyak banget jadi saya gak bisa inget satu-satu. Kalau mau saya jawab pertanyaan Ibu, boleh gak ulangi satu-satu Bu?"

Bu Wati memutar kedua bola matanya, seketika menghela nafas berat. "Sudah gak usah diulangi, saya capek omong sama kamu sebenarnya. Masuk ke kelas aja, hari ini Bu Wati lagi gak mood ngehukum anak,"

Aku melongo tak percaya, "serius nih Bu? Saya masuk ke kelas?"

"Iya serius. Gara-gara kamu kepala saya jadi pusing," kata Bu Wati setelah itu ia melenggang pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SementaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang