02: Gerakan Bagas Pindah Hati

27 3 4
                                    

Rumahnya baru kembali damai di pukul sebelas setelah Aida merengek minta diantar pulang oleh Dedi dan yang lain pun pamit. Bagas keluar dari kamar mandi dengan kaus putih dan celana hitam. Di kasur dekat jendela ada Keanu-adiknya yang setahun lebih muda-yang menatapnya, penasaran.

"Bang, beneran mau move on dari Dea? Emang ada yang lebih cantik?" Bagas langsung melempar bantalnya ke arah Keanu. "Beneran yak? Kok? Bukannya minggu lalu masih sibuk nyari kado buat Dea?"

Bagas menghela napas, melirik pada kardus di bawah meja belajarnya. Di dalam kardus tersebut ada serial Harry Potter cetakan pertama, khusus untuk ulang tahun Dea yang ke 17. Minggu lalu Bagas masih sibuk mencari bola snitch sebagai pelengkap kado, tetapi hari ini ia sudah menetapkan pilihan untuk berhenti berusaha.

"Ya, gitu deh." Bagas membalas seadanya. Ia mengecek ponselnya sebelum berbaring, ada dua pesan dari Dea yang dikirim lima jam lalu.

Dea(r) Gas
Dea(r) Tadi pas di koridor maksudnya apa?

Bagas Ya masa gak tahu sih De? Selama ini gue suka tapi lo udah sama yg lain, yaudah gue mundur. Langgeng sama kak Bima!

Dea(r) unsent message.

Bagas kembali menghela napas kemudian menaruh ponselnya di atas nakas dan memejamkan mata. Malam ini ia ingin bertemu Ronaldo dan Beckham saja, bukan Dea!

⭐⭐⭐

Anak 11 IPS 1 itu paling malas upacara dan pramuka. Segala cara dilakukan agar tidak ikut kegiatan sampai satu baris kelas mereka hanya berisi lima orang, itu juga karena alasan untuk pulang lebih dulu ditolak. Tentu Bagas bukan salah satu diantara lima orang tersebut karena dia kini bersembunyi di dalam toilet. Bukan bersembunyi juga karena perutnya memang sakit, salahkan sambal yang dibawa oleh Yolanda.

Ya, memang paling enak menyalahkan orang lain. Padahal salah Bagas sendiri yang memaksa makan sambal ketika dirinya tidak kuat makan pedas. Berakhir di toilet dengan perut melilit deh. Kebiasaan anak 11 IPS 1 juga selalu membawa sabun cair ke sekolah-meski hanya Intan sih yang membawanya-ya namanya sakit perut siapa yang tahu waktu?

Setelah lima belas menit Bagas keluar dari toilet dengan kaki keram. Kelamaan jongkok jadi begini. Saat keluar, ternyata upacara pramuka sudah selesai dan masuk jam bebas. Emang rejeki Bagas ini mah. Lelaki itu langsung masuk ke kelas, eh menemukan Naufal dan Fikri malah berbaring pulas di pojok belakang. Bisa-bisanya gak ketahuan.

Bagas membiarkan keduanya tidur dan keluar kelas dengan tas di pundak kanan. Niat awalnya mau langsung ke 11 IPS 3 tetapi Bu Zen belum datang, Bagas jadi males. Sekarang malah membuka COC, main sedikit sambil menunggu waktu. "Weh, cabut gak ngajak-ngajak!" Dedi berujar sambil duduk di samping Bagas.

"Kaga cabut yak, berak-berak gue tadi." Balas Bagas, masih fokus dengan ponselnya.

Dedi tertawa, "ya lagi sok-sokan makan sambel. Makan saos aja kejang-kejang lo."

"Ye! Sembarangan!" Balas Bagas sambil menendang Dedi hingga lelaki itu jatuh. Bagas tertawa, puas melihat Dedi jatuh. "Mampus."

Dedi mendecik, sebal kemudian memeperkan keringatnya ke baju Bagas. "Makan nih keringet!" Setelah itu Dedi kabur, sebelum Bagas sempat membalas.

Bagas melirik ke arah 11 IPS 3 yang berada di seberang kelasnya, Bu Zen sudah berjalan ke arah kelas itu. Seseorang menepuk pundaknya, membuat ia menoleh. "Eh, Ai, kenapa?"

Aida menunjuk kelas 11 IPS 3 dengan dagu. "Yok, remed biar cepet balik. Abis ini lo gue traktir es krim."

Lelaki itu mengangguk kemudian berjalan di sisi Aida. "Kalo lo kau traktir biasanya ada apa-apa nih." Tebakan Bagas membuat Aida nyengir. 'Kan, Bagas sudah paham pokoknya sama anak kelasnya tuh.

"Hoh, paham gue paham." Bagas mengangguk-angguk. Lelaki itu kemudian melanjutkan, "Tar lo duduk di samping gue aja."

Mendengar itu Aida langsung tersenyum lebar. "Asiap, bos!"

Paham, Bagas paling paham memang.

Sampai di kelas, Bu Zen langsung membagikan kertas ulangan. Keduanya langsung duduk di pojok baris ke dua. Bu Zen mengetuk meja dengan spidol, menarik perhatian para murid. "Untuk yang nilainya di atas 70 bisa mengerjalan ulang 1 soal dari ujian kemarin dan yang din bawah 70 kerjakan 2 soal. Di bawah 50 kerjakan 3 soal dan di bawah 40 kerjakan 4 soal."

Aida langsung mengucap syukur. Nilainya 70 dan dia cukup percaya diri mengerjakan satu soal, pun sama dengan Bagas yang langsung mulai mengerjakan. Tak sampai sepuluh menit keduanya sudah mengumpulkan kembali jawaban mereka dan pamit.

Bagas menghela napas, lega. "Moga kaga remed lagi dah." Lelaki itu menoleh, merasa tak enak. "Eh, tapi gue kaga bantuin lu jadi gak usah traktir dah."

Aida langsung manyun, oh, tebakan Bagas salah berarti. "Orang bukan itu! Gue mau cerita bege."

Bagas menggaruk tengkuknya, tak enak. "Eh, sori yak."

Cewek mungil di sampingnya mengangguk, kemudian nyengir menampilkan behelnya yang bulan ini berwarna biru. "Selow, niat sebelumnya juga mau minta bantuin sih, hehe."

Bagas langsung menjitak puncak kepala Aida, membuat gadis itu tertawa. Keduanya melangkah turun dari tangga dekat lab bahasa. Di dekat sekolah mereka ada mini market yang cukup nyaman untuk cerita, jadi mereka langsung ke sana. Anak 11 IPS 1 sudah pulang terlebih dahulu, kecuali yang masih remedial.

"Masalah cowok bukan?" Tanya Bagas saat mereka melewati lapangan. Aida mengangguk kecil, "Hah! Tau nih gue, si tiang yak?" Tebakan Bagas membuat Aida menoleh dengan cepat dan menyikutnya.

"Jangan bacot dulu ih!" Aida membalas dengan tatapan tajam. Bagas langsung membuat gerakan mengunci bibirnya. "Dah, ayo buruan ke MiMi, aus gue!"

Bagas tertawa, alasan Aida itu sih untuk menutupi rona di wajahnya. Kalau diliat dari belakang gini Aida keliatan imut banget, mirip anak SD. Tentu Bagas hanya akan menyimpan pemikiran tersebut dalam hati, kalau Aida tahu sudah pasti gadis itu akan menghajarnya.

Dengan cepat Bagas menyamakan langkah dengan Aida. "Heh, bocil, curhat sama gue gak bisa cuma es krim yak! Cilor 7 rebu juga wajib."

Aida memutar manik matanya, kesal. "Iye, Mali, paham gue paham."

Bagas langsung nyengir. Senang dia kalau dapat makanan gratis. MiMi berada di sebelah kanan setelah melewati tanjakan. Sudah tak terlalu ramai karena yang lain sudah pulang setelah Pramuka tadi. Aida yang membeli es krim, Bagas memesan cilor yang berada di sisi kiri MiMi. Sebenarnya nama mini markernya adalah Sean Store, tetapi anak kelasnya lebih sering menyebut MiMi yang merupakan kependekan dari mini market. Alasan lain karena mereka sering ke tempat ini untuk membeli minum jadi sering ngomong: bentar, beli mimi dulu, aus bet dah. Eh, entah bagaimana satu sekolah ikut menyebut MiMi juga. Plangnya kini juga sudah diganti dengan nama MiMi, bukan Sean Store lagi.

Bagas kembali dengan dua piring plastik berisi cilor yang akan menemani curahan hati Aida. Sementara si gadis mungil sudah duduk manis di pojok dekat pot kaktus dan stop contact. Di atas meja sudah ada dua es krim rasa mangga dan air mineral dingin. Sudah pasti curahan hatinya akan lama melihat dari persiapan Aida.

Jasa Bagas Curhat Dong resmi dibuka.

"Eh, tapi, emang lo beneran mau move on?" Tanya Aida, Bagas langsung diam.

⭐⭐⭐

curhatannya rahasia
-Ritonella

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bagas Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang