Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya tentang kehidupan yang hari ini aku jalani dengan penuh kesunyian.
Kakiku harus melangkah sendiri untuk menciptakan kebahagiaan, meski demikian aku mencintai hidupku dengan sangat. Segala kesusahanku hari ini akan menjadi cerita yang membanggakan untuk anak-anakku kelak. Dan kupastikan bahwa luka yang masih mendarah daging di tubuh tabahku ini tidak akan dialami oleh anak-anakku kelak.
Terimakasih hidup yang rumit, karenamu aku tabah!Kesunyian mengajariku cara menabahkan hati. Aku memilih berdamai dengan diriku sendiri dan kenyataan yang aku hadapi.
Mengenai pertengkaran itu, aku bahkan mengingatnya sampai di usiaku yang sudah beranjak dewasa ini. Sejauh kakiku melangkah, ingatan itu masih tersimpan rapih dikepalaku. Bahkan di usiaku yang sekarang ini terkadang aku masih merasa sangat kesal, marah, kecewa dan sedih di satu saat yang sama. Dadaku sesak dan mengaktualisasikan semua perasaan tersebut dengan satu tindakan, menangis.
Aku pun sempat berfikir, bagaimana bisa aku bermimpi dan punya masa depan yang lebih baik sedang mereka tak "hadir" untukku, aku dibiarkan seorang diri merangkai asa dan harapan.
Aku masih belajar merelakan, mendidik rindu sebaik-baiknya agar ia tidak meledak. Karena jika tidak terdidik, mungkin aku sudah gila.Fisikku tidak terluka, akupun juga tidak berdarah, tapi, sakitnya awet.
Seperti bom waktu, beberapa rasa akan meledak kapan saja ia mau. Tanpa bisa dikendalikan.Aku adalah ia yang tak terlihat. Mataku memancarkan kebajikan, tanganku melakukan kebaikan. Namun tak terjamah, tak diberkat.
Aku adalah sebuah klarifikasi terhadap segala resonansi juga akan segala seleksi yang belum dan akan terisi.
Aku ada.
Aku tidak ada.
Tidak ada siapapun yang berada. Yang ada hanya impian.Teruntuk, aku.
Saat hidup makin terasa menyulitkan dan aku berpikir tidak sanggup lagi untuk bertahan, ketauhilah bahwa aku selalu mempunyai kemampuan.
Saat aku merasa tak mampu untuk berdiri sebab masalah yang datang silih berganti seakan tak ada habisnya menghujam diri.
Berhenti sejenak.
Keluarkan segala penat yang ada di dalam benak.
Lalu mulailah mengingat bahwa Aku sudah berkontribusi banyak untuk dunia ini.
Bahwa Aku sanggup melewati terjal meski sudah berkali-kali gagal.
Aku sanggup berdikari tak peduli banyaknya beban yang harus dilalui.
Aku sanggup untuk terus selalu kuat meski keadaan hampir membuatku sekarat.Aku, berbahagialah dengan bebas.
Jangan biarkan diriku terus menerus dihempas insekuritas. Jangan berhenti. Jangan biarkan pilu selalu datang menghampiri.Berterimakasilah pada rasa sakit karena dengan melaluinya Aku mampu untuk bangkit.
Aku berharga.
Diriku dan keluargaku berharga!Terimakasih kepada, aku.
Dan kepada tubuhku yang tabah.
Telah tabah dengan segala hal yang rumit, yang memilih kuat bahkan saat pilihan tersebut tidak tersedia, yang tidak peduli seabstrak apa kehidupan di depan sana, namun tetap percaya diri dan melangkahkan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
A K U
RandomPerkara dicintai dan mencintai, bagi seorang anak yang tumbuh dikeluarga yang tidak sempurna bukanlah hal yang mudah. Terimakasih, luka!