Satu : awal dari sebuah cerita

17 4 0
                                    

"Arsayna Zahra, mana buku catatanmu?" Panggil ibu Sena-guru bahasa indonesia yang membosankan baginya. Arsayna lebih senang berkhayal dan mendongeng di hatinya sendiri daripada mendengarkan apa yang disampaikan gurunya.

Gadis itu masih melamun dan teman sebangkunya- Aprilia sigap menyenggol siku gadis itu. Arsayna tersadar dari lamunannya, Aprilia melotot. "Lo kenapa dah melotot gitu, gue colok nih." Jawab Arsayna dan memutar bola matanya malas.

Ibu sena berteriak keras dan tegas, "ARSAYNA." ia kesal pada muridnya tersebut, murid cewek yang seharusnya ayu dan pendiam tapi tidak untuk Arsayna, ia adalah cewek yang cerewet dan dan galak, hanya ketika Arsayna melamun atau berkhayal saja, ia bisa dijinakkan.

Arsayna cengengesan, "Ibu sena cantik, ada apa, Bu?" Arsayna bertanya tanpa rasa bersalah, membuat guru muda itu berdecak kesal.

"Mana buku catatanmu, Arsayna Zahra?"

"Lupa bawa bu, hehehe." Arsayna tertawa dibuat-buat, dia tidak tahu kalo catatan itu bakal dikumpul harini.

"Lari sepuluh putaran di lapangan, CEPAT!"

"Siap laksanakan komandan." Ucap Arsayna cepat sambil hormat di depan ibu sena.

***

Arsayna, Aprilia, Sanah, dan Resa duduk di kantin sekolah. Perut mereka sudah meronta minta diisi makanan.

"Lo kemarin kemana sama pacar lo, Res?" Aprilia membuka suara.

Resa menjawab antusias, Resa tidak ada bedanya sama Arsayna, cukup cerewet walau tidak ada tahi lalat di bibir. "Biasa, gue kemarin bosen di rumah, terus gue ajak dia nonton sama makan deh, tapi tetep dia yang bayar." Resa ketawa, ia sangat suka kalo dapet cowok tajir.

"Ya Allah, lo masih aja pacaran, Res. Pacaran itu dosa, yang boleh itu nikah." Sanah ceramah singkat, Sanah cewek yang paling alim diantara mereka berempat.
Gadis berkacamata dan berhijab itu cukup dibilang manis, banyak cowok yang mendekatinya, tapi gadis itu tidak mau pacaran sebelum menikah.

"Gue setuju sama lo, Sanah." Arsayna menjawab semangat, gadis berbadan cebol itu masih jomblo. Gadis itu manis dan cantik, tapi karena sifatnya yang galak banyak cowok yang tidak jadi mendekatinya. Arsayna mempunyai prinsip, 'hidup-hidup gue ngapain kalian yang repot.'

"Kalo lo emang jomblo karatan, Arsa. Gak ada yang mau sama lo." Aprilia ketawa, diikuti tawa kedua temannya yang lain.

"Lo ngebully gue mulu, awas aja lo kalo gue udah punya pacar." Arsayna berkata sinis, gadis itu juga menyipitkan mata.

"Emang lo bakalan punya pacar?" Aprilia kembali menyerang Arsayna, muka gadis itu memerah, ia marah dan malu dikatai jomblo karatan oleh temannya, dan juga ini tempat umum, banyak yang mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Sialan lo semua, tapi gak buat lo, Sanah, hehehe." Gadis itu ketawa dan mengangkat tangannya untuk mengajak tos Sanah, tapi Sanah hanya memandang tangan Arsayna.

"Ahh, Sanah juga sialan."

Ketiga teman Arsayna ketawa, sudah menjadi hobi mereka untuk membully Arsayna, karena gadis itu mempunyai ekspresi yang imut setiap kali kesal.

"Yaudah yuk balik kelas, bentar lagi masuk." Sanah mengajak ketiga temannya masuk kelas, tapi Arsayna belum juga berdiri, gadis itu masih ngambek karena ulah temannya.

"Lo mau dimarahin Pak tukul? Cepetan berdiri." Aprilia menarik tangan Arsayna dan mereka berempat berjalan serempak menuju kelas.

***

Arsayna menyikut lengan Aprilia, jam kosong selalu membuat Aprilia mempunyai kesempatan untuk tidur, "Pril, gue mau cari pacar, tapi bukan dari sekolahan kita, nggak ada yang ganteng disini, cuma ketos tapi udah punya pacar." Arsayna menangkup kan pipinya di meja sambil menunggu jawaban Aprilia.

"Lo nggak pantes punya pacar, Sya."

"Jahat banget mulut lo."

"Emang kenyataan."

"Cih. Bodo ah." Arsayna memutar bola mata malas, tidak berguna saran dari sahabatnya itu.

love or rasis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang