Bab 1

2 1 0
                                    

Sejuknya angin ditaman belakang sekolah ini menjadi tempat yang paling menenangkan bagi Frania. Angin yang berhembus menerpa kulit terasa dingin tapi menyegarkan.

Sekelebat memori tentang kejadian dua hari yang lalu membuatnya tak kuasa menahan senyuman, pipi gadis itu tiba-tiba terasa panas dan dadanya bergemuruh tanpa ampun.

Kazio Lukmanuela

Dia. Orang yang membuatnya kembali meyakini bahwa good boy itu masih belum punah.

Sosoknya yang tinggi dan atletis membuatnya banyak digilai siswi di SMA Cendrawasih. Apalagi statusnya yang menjabat ketua OSIS dan atlet renang yang menorehkan banyak prestasi di SMA ini membuatnya semakin digilai. Termasuk Frania.

Frania Namidya yang memiliki paham bahwa ia harus berpacaran dengan laki-laki baik. Dan Kazio adalah pria yang sangat masuk kedalam kriterianya.

Bukan karena wajahnya yang rupawan tapi karena hatinya yang lembut yang membawa gadis itu melambung keatas awan.

Pria itu dengan tulus menolong Frania dari Sillita dan gengnya yang membully-nya di rooftop sekolah kemarin.

Sill menjambak rambut Frania dan marobek seragamnya dengan bringas. Bahkan perlawanan Frania tidak cukup untuk menghadapi perempuan itu.

Beruntung Kazio yang entah sejak kapan ada di rooftop menolongnya dan mengusir Sillita dan keempat kawannya pergi.

Kazio bahkan memeluk dan menyalurkan semangat kepada Frania yang keadaannya sudah sangat berantakan akibat ulah Sillita. Dia bahkan menenangkan gadis itu dengan kalimat-kalimatnya yang terasa lembut di telinga Frania.

Kazio rela meminjamkan seragam olahraganya pada Frania yang tidak membawa baju ganti hari itu.

Sejak saat itu Frania kembali membuka hati yang awalnya tertutup oleh kabut ketidakyakinan tentang masih adanya pria baik-baik di era seperti sekarang ini.

Nyatanya Kazio Lukmanuela mematahkan asumsinya tentang punahnya pria baik-baik dizaman ini.

Frania kembali tersadar dari pikirannya tentang Kazio. Mengedarkan pandangannya disepenjuru taman. Sepi. Tenang. Tapi terasa berbahaya.

Taman ini adalah tempat siswa ketika bertengkar karena lokasinya yang cukup jauh dari ruang kelas. Dan tebak sekarang apa yang ia lihat?

Tiga lawan satu.

Pertengakaran yang cukup sengit.

Tapi yang mencengangkan adalah pria berambut cepak itu berhasil mengimbangi tiga orang lawannya.

Tiga orang itu ambruk seketika karena pria berambut cepak itu tampak penuh emosi dan tanpa ampun menghajar ketiga pria itu.

Luar biasa.

Dia bukan tipenya. Pria kasar penuh emosi.

Bad boy sangat bukan kriteria Frania.

Frania langsung memblacklist pria berambut cepak itu dari kriteria calon pacarnya.

Kasian sekali tiga orang yang terkapar tidak berdaya itu.

Bukannya ia tidak mau menolong. Hanya saja gadis itu terlalu terpaku dengan pertengkaran itu yang membuat lututnya lemas seketika.

Awalnya ia mengira ini pembullyan seperti yang dilakukan Sillita padanya, karena ia mengira pria berambut cepak itu akan kalah karena harus melawan tiga orang sekaligus nyatanya dia bisa melibas habis lawannya meskipun sendirian.

Apa dia ketua geng yang sangat ditakuti disekolah ini? Apa namanya Frania lupa. Karena ketua geng itu terkenal hebat dalam bertarung bahkan ia pernah membuat dua puluh orang bertekuk lutut padanya dalam bertarung meskipun ia melakukannya sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remain Me To Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang