2

12 2 4
                                    


"Ah begitu rupanya." Johnny sedari tadi hanya mengangguk sambil menyeruput Latte saat mendengarkan cerita dari lelaki bernama Jaehyun itu. "Tapi kenapa kau selalu menunggu di halte yang sama? Maksud ku, kau sama seperti orang yang ingin bunuh diri. Mengerti kan? Udara dingin, badai salj-"

"Berapa kali sudah ku bilang, wanita itu selalu turun di halte itu. Dan ya... di halte itu terlalu banyak kenangan."

"Jadi kau menunggu nya kembali?"

Jaehyun menhela nafas panjang dan kemudian mengangguk pelan.

"Dan mengapa kau meminta permen pada Hayeon?"

"Memangnya ada peraturannya?"

"Ya... tidak. Lagipula jika kau tahu itu Jaehyun harusnya kau ajak kerumah saja." kata Johnny sambil melirik ke arah ku. "Kan Jaehyun bisa makan dan tidak sakit seperti kemarin."

"Mana aku tau, Titan. Memangnya aku akan menyangka bahwa orang ini yang kutemui selama seminggu berturut turut di halte adalah sahabat mu?"

"Iya juga. Ah sudahlah, aku dan Jaehyun harus kembali lagi ke studio. Pulanglah, cuaca nya semakin dingin, aku tak ingin kau mati di jalan." katanya sambil mengacak rambutku.

"Kau yang menyuruhku kesini titan." kataku sambil mendengus kesal. Akhirnya aku pergi meninggalkan mereka.

***

20 Desember 2017

"Tidak." katanya.

Sudah kuduga ini akan terjadi.

Sangat jelas bukan? hasil risetku yang sudah ku susun selama berbulan bulan di tolak mentah oleh dosen pembimbing ku sendiri.

"Tapi pak, aku sudah melakukan riset untuk mengambil penelitian ini. Mulai dari persentase jumlah penduduk yang menggunakan sampai berapa banyak jumlah konsumen tetap penggunaan obat ini." kataku sambil memasang wajah memelas.

"Memang bagus hasil riset mu, namun aku tidak yakin jika ini akan berhasil. Penggunaan pil penenang tidak merata ke seluruh masyarakat. Dan mereka yang mengonsumsi nya, tidak akan terang terangan untuk mengaku kalau mereka mengonsumsi obat tersebut."

Aku menghela nafas panjang, benar juga.

"Waktu mu masih banyak, kau bisa kapan saja menemui ku di waktu senggang. Sekarang, istirahat lah dirumah dan persiapkan semuanya untuk natal. Kau tidak boleh sakit disaat natal. Pelan pelan namun pasti Hayeon-ah." kata Pak Moon seraya berjalan meninggalkan aku di koridor kampus.

Aku menghela nafas panjang.
Haruskah aku menggantinya? Bodoh. Tentu saja.

"Hayeon-ah."

Refleks, aku langsung memutar balik badan ku.

Sial, dia lagi.

"Hayeon-ah dengarkan aku dulu." katanya sambil menggenggam tangan ku.

"Lepaskan. Kau mau apa lagi?" Kata ku sambil menarik tangan ku.

Lelaki ini, Lee Taeyong. Seseorang yang benar benar brengsek yang pernah hadir di hidupku. "Pergilah, aku tak ingin melihat wajah mu lagi."

"Ahn Hayeon, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud meninggalkan mu seperti ini. Aku benar benar masih menyayangi mu. Kau tahu itu kan?"

"Tidak. Pergilah." Aku langsung pergi meninggalkan Taeyong. Namun tidak hanya sampai disitu, Taeyong mengejar dan langsung menggenggam tanganku.

"Apa lagi, Lee Taeyong? Bukan kah ini semua sudah jelas? Kau, Minjoo. Kalian sudah membuat ku muak, jadi berbahagia lah."

"Tidak, aku masih menyayangi mu. Sungguh. Aku memang bersama Minjoo, tap-"

"Bukan kah ia sudah bilang bahwa ia tidak ingin bertemu dengan mu?"

Suara ini...

"Jaehyun?" Kata ku saat terkejut melihatnya di hadapan ku. "Kenapa kau ada disini?"

Jaehyun sama sekali tidak menghiraukan perkataan ku dan langsung melepaskan genggaman Taeyong.

"Sekarang kau sudah punya kekasih baru rupa nya." Taeyong benar benar memasang wajah kesalnya sekarang.

"Lihatlah. Dia begitu tampan, tinggi dan kuat. Benar benar tipe ideal mu bukan, Ahn Hayeon?" Taeyong mengamati Jaehyun dari atas ke bawah. Setelah itu ia tersenyum puas.

"Kau tahu kan, aku paling tidak suka jika masalah pribadi ku di ganggu? Kau pikir kau siapa?" Taeyong langsung menarik kerah Jaehyun.

"Dan kau tahu apa? Aku paling tidak suka melihat seorang wanita disakiti oleh pria brengsek seperti mu. Pantas saja Hayeon mening-"

Bugh!

"LEE TAEYONG. HENTIKAN." Aku pun langsung membantu Jaehyun yang sudah tersungkur di lantai.

"Lee Taeyong. Aku benar benar muak dengan mu. Kau sungguh tidak pernah berubah. Pergilah. Aku tak ingin melihat mu lagi"

"Begitu? karena kekasih baru mu? Aku sudah tahu, kau memang seorang jal-"

Bugh!

"Aku memang bukan kekasih Hayeon, namun aku tidak akan membiarkan siapapun memanggil apalagi memperlakukannya seperti jalang. Kau mengerti?"

Aku melihat Jaehyun. Dia terlihat sangat marah. Tangannya pun masih mengepal keras. Mukanya masih memerah. Nafas nya masih berderu keras. "Ayo kita pulang." Jaehyun menggenggam tangan ku lembut. Terlihat berbeda dengan sebelumnya.

***

"Apa yang kau lakukan di kampus ku, Jaehyun-ssi?" Tanya ku pada Jaehyun yang masih fokus menyetir.

"Johnny meminta ku untuk menjemputmu karena hari ini sangat dingin." Jawabannya sama seperti cuaca hari ini. Sangat dingin.

"Ah..." aku mengangguk pelan. Jujur, aku masih merasa tidak enak dengan Jaehyun yang ikut campur masalah ku dan Taeyong. Dia bahkan baru mengenalku sekitar 24 jam yang lalu.

"Kau... tak apa?" Tanyaku lagi. Dia hanya diam. Dia sama sekali tidak peduli dengan omongan ku. "Hey."

"Kau berisik." katanya sambil menyuapi ku sebuah permen yang ada di kantongnya. "Aku hanya tidak suka ada laki-laki yang memperlakukan seorang wanita seperti itu. Jadi kau tidak usah salah paham." Lanjut Jaehyun sambil kembali menyetir.

"Siapa juga yang salah paham. Aku hanya bertanya." Kata ku sambil mendengus kesal. Aku pun langsung membanting tubuh ku untuk bersandar di jok mobil sambil melipat kedua tangan di dada.

"Kau menggemaskan." gumam Jaehyun.

"Kau bilang apa?" Tanya ku. Sambil membenarkan posisi duduk ku.

"Apa? Memangnya aku bilang apa?" Balas Jaehyun dengan wajah datarnya.

"Ck. Menyebalkan" aku kembali bersandar dan memandangi pemandangan dibalik jendela mobil ini.

Jaehyun Tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Midnight Sky [nct,AU!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang