1

22 5 1
                                    

12 Desember 2017

Seperti biasa hari ini aku pulang malam. Angin bertiup kencang hari ini. Beruntung salju tidak turun begitu deras, jika iya mungkin aku akan mati kedinginan sekarang. Bus yang ku tumpangi begitu sepi. Biasanya pada jam - jam ini banyak yang berbondong - bondong menaiki bus. Namun sepertinya tidak untuk hari ini. Cuaca yang sangat dingin hingga hampir menusuk ke dalam tubuh membuat mereka enggan untuk keluar dan memilih menghangatkan diri di dalam rumah.

Jarak dari Kampus ku ke rumah bisa dibilang lumayan jauh. Aku harus menaiki setidaknya 2 bus. Namun jika aku beruntung, aku bisa pulang dengan hanya menaiki satu bis yang bisa langsung turun di halte sekitar rumah ku.

Dan hari ini aku beruntung.

Saat aku turun, saat itu lah aku melihat untuk kesekian kalinya. Laki-laki itu, laki-laki yang selama satu minggu ini duduk dengan tatapan kosong dan seolah olah hancur, di halte sekitar rumah ku. Pakaiannya berantakan, rambutnya yang acak - acakan dan ya... aku pun bisa mencium aroma alkohol.

Lelaki ini tampan

***

14 Desember 2017

Cuaca hari ini benar - benar buruk. Sangat buruk. Angin yang kencang, salju yang turun dengan derasnya, dan suhu yang menyentuh angka minus. Semua orang benar - benar ogah untuk menginjakkan kaki ke luar rumah. Namun tidak dengan ku. Hari ini aku harus mengejar dosen yang akan membimbing tugas praktikum ku tahun depan. Proposal dan semua alat telah di siapkan, namun tidak dengan persetujuan dosen pembimbing ku.

"Halo"

"Kapan kau pulang? Cuaca hari ini sangat dingin. Mau aku jemput?"

"Tidak. Terima kasih."

"Hey, ayolah. Apa kau benar benar masih marah padaku? Aku minta maaf. Aku akan menjemput mu di kampus tu-"


"Apa kau mendengar ku, Lee Taeyong? Aku bilang tidak ya tidak. Sudahlah, berbahagialah dengan kekasih baru mu. Dan jangan pernah hubungi aku lagi. Mengerti?"

"Tapi hayeon... Ya! Ahn Hayeon den-"


Aku langsung memasukan ponsel ku ke dalam saku dan segera merapatkan mantelku. Setelah selesai dengan dosen pembimbing ku, aku langsung pulang. Rasanya aku bisa mati kedinginan hari ini. Angin yang berhembus benar benar dingin dan hampir saja membunuh ku. Ditambah dengan adanya fakta bahwa aku alergi dengan kedinginan. Unik bukan?

Setelah menaiki bus aku baru bisa bernafas sedikit lega karena akhirnya suhu nya sedikit lebih hangat. Aku mengecek ponsel ku. Eomma ku yang begitu mengkhawatirkan alergi dingin ku kambuh, tidak berhenti menanyakan kabarku.

"Aku baik baik saja."

"Bagaimana jika kau pingsan dijalan?"


"Tidak eomma, aku baik baik saja. Sebentar lagi aku akan sampai. Aku akan turun satu halte lagi."

"Baiklah. Aku percaya pada mu. Jika terjadi sesuatu kabari aku, yujin atau johnny. Mengerti?"

"Aku mengerti."

"Hati - hati sayang."

Sial. Setelah sampai di halte sekitar rumah ku. Hujan salju begitu deras dan sialnya aku tidak membawa payung. Aku pun meraih ponselku dan mencoba menghubungi adikku, Yujin. Lagi - lagi keberuntungan tidak berada di pihak ku. Ponsel ku mati.

Midnight Sky [nct,AU!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang