LIMA

24 10 0
                                    

Saat ini Hazel tengah duduk di kursi kayu panjang sekitar pelataran istana. Ia dapat melihat banyak orang hilir mudik di sekitar istana. Beberapa diantara mereka adalah penduduk setempat yang jika dilihat dari raut wajahnya tampak segan dan serius ketika harus berhadapan dengan Dave, king of Ar, lebih tepatnya ayah kandungnya. Meskipun ia sulit menerima kenyataan ini, namun secara perlahan ia akan terbiasa dengan semuanya.

Hazel mengingat kembali awal mula terjadinya insiden tak mengenakan yang menimpa dirinya pada malam itu. Saat itu Hazel tengah terburu-buru pulang ke rumah sehabis mengerjakan tugas tambahan di sekolahnya. Ia tahu benar, bahwa tak baik jika seorang gadis pulang  terlalu larut dalam keadaan sendiri, apalagi ditambah suasana mencekam dan rintik hujan yang membasahi dirinya. Namun apa boleh buat tak ada pilihan lain bagi Hazel, selain menerobos hujan dan memilih untuk menunggu bus di halte.

Rentetan kejadian mengejutkan yang terjadi padanya seakan berputar-putar di kepalanya. Hazel tak pernah menyangka bahwa kehidupan normal yang ia dambakan seolah direnggut paksa oleh takdir yang telah digariskan Tuhan padanya.

Kata-kata yang dilontarkan Dave beberapa saat yang lalu, tiba-tiba melintas di kepala Hazel. Ia mencoba untuk tetap tenang saat ini, walaupun hatinya berontak untuk segera meminta penjelasan yang lebih.

Flashback on

"Hazel, besok adalah hari penting bagi bangsa Pedra atau kami biasa menyebutnya breaker. Mereka akan mengangkat sang putra mahkota dan memberi gelar King of Pedra. Kau tahu maksudku kan, sudah sepantasnya kau sebagai Princess of Ar menghadiri perhelatan sakral itu" ucap Dave lugas "Aku sudah menyiapkan gaun untuk kau kenakan pada hari itu my dear".

"Tapi, bukankah aku baru beberapa hari tinggal disini. Bukankah mereka tidak mengenalku ?" Dave hanya tersenyum santai mendengar apa yang diucapkan Hazel "Dan emm.. bukankah katamu aku ini diincar oleh bangsa lain ? Bagaimana jika ternyata bangsa Pedra yang mengincarku. Aku  takut jika mereka akan menyakitiku ayah"

Hazel berusaha beralibi pada ayahnya, ia masih shock dengan kejadian kemarin. Melihat seseorang dibunuh dengan kejam tepat dihadapan kepalnya, siapa yang tidak bergidik ngeri ?
Tentu saja Hazel tidak ingin hal itu terulang kembali.

"Trust me honey, you will be okay" Dave berusaha untuk meyakinkan Hazel "Mereka orang baik, mereka membantu kita untuk melindungimu. Semua ras sorcerer adalah sekutu nak"

Flashback off

Hazel membuang napasnya kasar, memejamkan matanya, mengihirup udara segar disekitarnya. Hanya itu yang dapat menenangkan dirinya saat ini. Ia kembali menatap luka di kakinya. Hanya ada bercak cokelat disana, kondisinya mulai membaik.

"Emm..Hai!" Sapa seorang gadis bersurai mahoni dengan poni panjang di kedua sisinya.

Hazel tersadar dari lamunannya dan beralih menilik siapa yang telah menyapanya pagi ini "H..hai"

"Boleh aku duduk?" Tanya sang gadis.

Hazel menatap sisi kosong disebelahnya dan mengangguk mempersilahkan sang gadis untuk duduk di sebelahnya.

"Kau.. pasti princess Hazel." Gadis tersebut mengetukkan jemarinya di dagu runcing miliknya.

"Ahh, panggil saja aku Hazel." Jawab Hazel tersipu.

"Sungguh beruntung sekali aku bisa duduk disampingmu, apakah kau tidak keberatan akan hal itu?"

"Tentu saja tidak, sepertinya aku butuh teman disini." Ujar Hazel
"Kau sudah tahu namaku, bukankah aku harus tahu namamu?"

Holyblood Princess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang