“Tuan, hari ini dia sudah genap 22 tahun. Apa anda akan menemuinya sekarang?”
Lelaki itu tak bergerak sedikitpun dari tempatnya, ia masih menatap jauh keluar jendela, seulas senyum terukir di balik bibir tipisnya.
“belum saatnya, perlahan saja. Tunggu hingga saat itu datang. Aku sudah lama menanti ini”
Mengeluarkan sebuah foto di balik celananya, mata tajam itu menatap potret seorang wanita yang berdiri sembali memegang bunga dengan dress pink soft selutut.
“kau tumbuh dengan baik sayang, telah lama aku menanti mu”.
Gumamnya sendiri tanpa memerduikan bawahannya yang masih memandanginya dengan tatapan datar.
“segera persiapkan segalanya hingga saat itu tiba, aku tak ingin terjadi kesalahan apapun”.
Tegasnya tanpa berbalik menatap si bawahan. Yang juga di balas anggukan oleh si bawahan yang segera pergi dari tempat tersebut.
***
“JIHOON!!!” Pekik seorang yang baru saja memasuki pintu cafe yang membuat seisi cafe menatap si pelaku teriakan. Yang di panggil hanya menutup wajahnya dengan buku, malu memiliki teman seperti itu. Merasa tak mendapat respon, si pelaku tadi menghampiri temannya itu, memukul kepalanya dengan tangan karena kesal tak mendapat respon.
“yakkk, hyungseob. Mengapa kau memukul kepalaku?” si pelaku hanya tersenyum tak berdosa yang menampakkan deretan giginya. Pantatnya ia daratkan pada kursi di depan jihoon.
”salahmu yang tak menjawabku tadi”. hyungseob merengut kesal dengan bibir mempout lucu dan tangan bersedekap di dada. Kali ini jihoonlah yang menunjukkan senyum tak berdosanya.
“salahmu juga yang berteriak di depan umum, wajar saja jika aku malu”. ayolah, mereka berdua tak sadar membuat seisi cafe menatap mereka? Benar-benar tak punya malu.
“ji...?” tanya hyunseob ragu.
“hmm?” jihoon hanya bergumam, tanpa menoleh sedikitpun dari buku yang sedang ia baca.“ishh, lihat ke aku dulu” sahabatnya ini benar-benar ingin cari mati rupanya, mengganggu acara membacanya saja. perlahan ia balikkan wajahnya dengan senyum terpampang di wajahnya.
“ada apa seobie..?”
“tadi woojin, umm.. itu.. woojin menyatakan perasaanya kepadaku” kata hyunseob, terlihat jelas semburat merah di wajahnya.
“ohh, hanya itu..” ucap jihoon datar, kemudian melanjutkan kembali kegiatan membaca bukunya.
“hey, kenapa kau biasa saja? Baru saja ada yang menyatakan perasaanya kepada sahabatmu ini. Apa kau tak ingin mengucapkan sesuatu? Pantas saja hingga sekarang kau masih sendiri, kau tak peka”. Ucap hyunseob kesal.
Jihoon menghembuskan nafasnya sejenak, meletakkan buku itu ke dalam tas dan menatap kembali sahabatnya yang kini merengut kesal.
“memangnya kau menerimanya? Bukankah kalian selalu bertengkar? Dan lagi, hey! Aku hanya tak ingin membuang-buang waktu hanya untuk meladeni semua laki-laki kurang ajar itu. Aku hanya ingin fokus untuk menyelesaikan kuliahku saja saat ini” ucap jihoon sarkas, memang benar mereka, hyunseob dan woojin selalu bertengkar.“ya-yakk, itu hanya agar suasana lebih mencair saja. Kami baik-baik saja selama ini”. Jawab si tersangka dengan santai, tentu saja hyunseob membela dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Destin (Deepwink ; GS)
Fantasy"Siapa kau?" "Aku adalah takdirmu" "Aku pasti sudah gila" "Kau adalah milikku" "Kau tak nyata" "Aku mencintaimu, sangat" Sebuah fakta bahwa mimpi tak sekedar sebuah mimpi. Takdir membawa kita kemana pada akhirnya, kita takkan tahu Rated🔞- Fantasy-G...