❘ ❙ Kirana Adartha ❙ ❘

22 3 0
                                    

        Oppa~ Saranghae
        Nado Saranghaeo
        Oppa, jeongmal sarangha-  
Tap.

Perlahan, kepala gadis itu mendongak. Seketika ia menelan salivanya saat ia melihat wanita paruh baya yang baru saja menutup laptopnya tanpa aba-aba.

Ah, tradisinya menonton drama korea menjadi terganggu. "Ini udah sore, kamu udahan nonton korea-korean. Mandi, terus belajar!" Ucap wanita paruh baya itu, penuh penegasan.

Gadis dihadapannya mengangguk kemudian memberi hormat layaknya hormat pada upacara bendera. "Bunda, lain kali laptopnya jangan ditutup gitu. Ntar cepet rusaknya."

"Oh iya ya? Yaudah kan kalau rusak tinggal beli baru." Ucap wanita tadi sambil berjalan ke arah jendela kamar gadis itu, lalu menutup gordennya.

"Hah, seriusan Bun?" Tanya sang gadis antusias. Wanita yang kerap dipanggil bunda oleh sang gadis pun menoleh, "Tentu saja tidak." Jawaban itu seketika membuat wajah sang gadis menjadi datar, dengan berat ia menarik handuk dan berjalan menuju kamar mandi.

"Kirana!" Manila memanggil sang anak, namun tak ada jawaban dari bilik kamar mandi. Hingga kesabarannya habis, ia menarik nafas dalam-dalam. "KIRANA ADARTHA!"

Sang gadis yang merasa namanya terpanggil, langsung membuka pintu dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu. "I-iya Bunda?"

"Kamu kebiasaan. Udah Bunda bilang bungkus makanan jangan ditaruh di tempat tidur."

Kirana langsung menoleh ke arah tempat tidur dan menemukan bungkus makanan yang ia makan tadi. Refleks tangannya menepuk jidatnya pelan. "Kirana lupa bun. Nanti Kirana buang kok."

Setelah itu ia langsung menutup pintu dan melanjutkan mandinya yang tertunda.

"Kirana.. Kirana." Manila hanya  menggelengkan kepala melihat kelakuan putri satu-satunya itu.

.
.

He-llo!
Welcome to my second project.
Kritik dan saran sangat aku butuhkan. Jangan sungkan memberi krisar. Okay? ~♡

You Completed MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang