untuk mereka yang tak diterima
sama hal nya dengan hilangnya harga diri.
Debaran gelisah yang sejak tadi ia rasakan tak jua pergi. Mengiringi langkah beratnya menyusuri koridor bangunan megah yang sering ia sebut sebagai rumah. Woojin melangkah masuk mengetuk pintu sebelumnya. Mengais napas dalam-dalam lantas mengembuskannya perlahan. Ia harus tenang.
"Oh, kau disini nak? Duduklah, kami sudah menunggumu."
Woojin tersenyum tipis. Menjejalkan bokong dikursi empuk ruangan yang dapat juga disebut 'ruang pertemuan' atau 'ruang diskusi keluarga'. Para tetua ikut andil disana. Memerhatikan gelagat si alpha tampan dengan tatapan menyelidik.
Sang ayah yang kini masih memegang peranan pemimpin pack, menatap putra sulungnya serius.
"Kau, mendapat tandamu?"
"Ya. Sebuah lotus yang indah." Sahutnya diselingi senyuman samar.
"Kalian dengar? Matenya adalah seorang luna!" Sahut tetua gembira. Tanpa Woojin tau, ayahnya menghembuskan napas lega. Putranya telah menemukan belahan jiwanya, kini ia tak perlu lagi cemas. Setrlahnya ia hanya akan menghabiskan masa tuanya dengan membaca buku dan bermain dengan cucu-cucunya kelak.
"Bagaimana ia? Luna - mu, apa ia seorang omega yang cantik?"
Woojin diam-diam memunculkan bayangan wajah manis si carrier. Meski ia yakini jika Hyungseob memiliki tempramen buruk, namun Woojin akui wajahnya amat manis.
"Ia carrier yang manis dan sedikit pemarah." Ia terkekeh.
"Carrier? Mate-mu omega resessif?" Woojin mengangguki ucapan ayahnya dengan tenang. Lagi pula, carrier bukan lagi sesuatu yang 'aneh'. Beberapa temannya pun, mengklaim carrier bahkan diantaranya telah memiliki wolfie-wolfie yang menggemaskan.
"Apa yang bisa dilakukan oleh omega carrier !? Tubuh mereka terlalu lemah untuk menampung bayi!"
"Omoni. "
Napas Woojin menyesak ketika menyadari sang ayah mengeluarkan aura alphanya. Menekan seluruh jiwa dengan feromon dominan milik si pemimpin pack. Woojin tau ayahnya merasa tak nyaman dengan ucapan nenek dari ibunya. Sebab, sang ibu sendiri adalah omega yang cantik dengan rambut panjangnya yang menjuntai halus bak sutra. Ibu adalah seorang luna. Woojin rasa, wajar jika tetua dari pihak ibu merasa keberatan dengan matenya yang seorang carrier.
"Dongjun-ah." Tegur sang ibu. Diantara pack mereka tak ada satupun yang berani menantang ayahnya kecuali sang ibu. Dan adik perempuannya-Sara.
"Ini sudah menjadi tradisi pack kita. Siapapun, yang ditakdirkan menjadi mate calon pemimpin pack, tak ada yang bisa mengubahnya. Tidak ada yang bisa menolaknya. Ini ketentuan yang telah dijalankan oleh para leluhur."
"Kapan kau akan membawa omega mu ke hadapan ayah?"
Woojin tersenyum tipis, ada ragu terselip dibalik iris tajamnya. Namun ia berusaha yakin dapat membawa omeganya. "Ku harap secepatnya."
▪ i am you ▪
"Terimakasih atas kerja samanya!"
Haknyeon segera mengarahkan tim majalah untuk segera menyantap hidangan yang telah disiapkan. Sementara alpha bersurai pirang tak juga melepaskan tatapannya dari sosok manis berpipi tembam. Omeganya. Dengan melihatnya saja mampu membuat dadanya berdegup berisik, ah Woojin jadi semakin percaya dengan istilah soulmate.
"Kim Namjoo-ssi, izinkan aku untuk berbicara dengan Hyungseob-ssi."
"Berdua saja." Lanjutnya penuh penekanan.
Si surai madu membolakan matanya. Melempar tatapan yang seolah-olah berteriak 'mau apa kau sialan!'. Namun sayangnya Woojin tak peduli. Ia harus berbicara dengan omega garang itu. Suka tak suka. walau sebenarnya woojin sangat suka.
"Ah, ye daepyo-nim."
"Ya! Kim Namjoo! YA!! Tetap ditempatmu!"
Woojin menahan tawanya. "Tak pantas seorang omega berteriak kepada beta."
Hyungseob mendecih tak suka. Bersedekap dengan tatapan sinis. "Menjadi omega bukan berarti aku harus merendah kepada semua golongan dibangsa werewolf, tuan alpha."
Woojin suka ini. Dapat disimpulkan jika omeganya ini seorang yang pemberani, alih-alih merasa takut dengan status yang lebih tinggi darinya.
"Kau mendapat tanda? Boleh aku melihatnya?"
Omega semampai itu sempat mematung. Tatapan tajamnya menghilang terganti dengan gelisah yang mudah sekali untuk Woojin ketahui.
"Tandaku sebelumnya adalah bulan sabit. Tempo hari menghilang dan tergantikan dengan lotus. Ini- milikmu?"
Woojin menyikap lengannya. Menunjukan tattoo lotus cantik disekitar pergelangannya.
"Ah. Jadi bulan sabit jelek ini milikmu? Bagaimana bisa menempel padaku? Apakah kau tau cara menghapusnya? Ini sedikit mengganggu."
"Itu karena, kau omega-ku. Aku alphamu."
Respon yang diberikan selanjutnya jauh dari ekspetasi Woojin. Hyungseob terbahak sembari memegang perutnya. Omega carrier itu tertawa lepas usai Woojin mengatakan hal demikian. Apakah menurutnya ini lelucon?
"
Oh astaga lucu sekali. Kau bilang aku omegamu?"
Woojin menggeram pelan. Harga dirinya sebagai alpha merasa diremehkan. "Kau soulmate- ku." Itulah sebab mengapa Woojin dapat mencium feromon sang omega, meski orang lain tak mampu menciumnya. Karena mereka takdir. Mereka terhubung.
Si omega mendengus. "Yang benar saja! Ini bukan lagi era peperangan. Kita berada dimasa modern. Kau bahkan bekerja diatas beton yang hampir menyentuh langit. Lalu sekarang kau masih menganut kepercayaan tentang soulmate? tch! Jangan munafik tuan."
"Kau luna-ku!! Aku alphamu, omega!"
"BERHENTI BERBICARA TENTANG AKU MATEMU!! AKU MENOLA- u-ugghhh."
Hyungseob jatuh terduduk. Membiarkan tungkainya membentur lantai. Tubuhnya melemas diiringi panas melingkup. Sial..
Heatnya datang disaat yang tak tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am YOU ;jinseob. [discontinued]
FanfictionSoulmate. Banyak makna yang terkandung didalamnya. Cinta. Takdir. Ikatan batin. Belahan jiwa yang abadi. Woojin -alpha yang digadang-gadang menjadi pemimpin pack selanjutnya, tentu memegang teguh tradisi yang telah dilakukan turun temurun oleh lel...