Hal pertama yang diliat Anthony saat buka matanya adalah punggung.
Punggung seorang Jonatan Christie. Kaos putih yang dia pake semalem belum diganti. Aroma parfumnya juga masih ngelekat. Anthony kedip. Kesadaran makin naik. Kepalanya agak pusing karena kurang tidur.
Perlahan. Tangannya ia angkat. Mendekat. Sentuh punggung Jojo. Takut masih mimpi. Tapi, hangat. Telapak tangannya remes pundak Jojo. Hangat. Dielus punggung Jojo, hangat. Anthony akhirnya bisa nafas lega. Dia remes kaus Jojo. Lalu, elus lagi. Lega. Jojonya masih balik.
Jojonya masih di sini sama dia.
Jojo mulai gerak. Anthony berhenti ngelus punggungnya. Jojo, dengan setengah sadar. Dia noleh. Matanya natap Anthony. Dia benerin posisi. Renggangin badan sebentar, terus ubah posisi badannya; balikin badan sekarang ngehadap ke arah Anthony. Tangannya ambil jari Anthony yang tadi elus punggung dia.
"Pagi." Sapa Jojo serak. Matanya masih ngantuk. Gemesin.
"Pagi." Bales Anthony. Satu tangannya sibuk dimainin sama Jojo, tangan satunya lagi mulai naik elus pipi Jojo, remes rambutnya, terus akhirnya tepuk-tepuk pipi Jojo dengan lembut.
Jojo kasih senyum. Ngecup tangan Anthony di genggamannya.
"Pulang jam berapa?" Tanya Anthony.
"Lima, kayaknya." Jojo bales. Taruh telapak tangan Anthony di pipinya. Mulai manja. "Hotelnya pada penuh, sampe pusing nyari yang available."
"Terus dapet di mana?" Tanya Anthony. Sekarang lagi elus pipinya Jojo.
"Di daerah PIK." Jojo nguap. Ngerang pegel. Lalu, mulai ulurin tangan buat peluk pinggang Anthony. Dibawa ke pelukan. "Nungguin gue ya, Kak?"
Anthony diam. Dia tempelin keningnya di dada Jojo. Denger suara detak jantung cowo itu yang nenangin.
"Maaf." Jojo bisik.
Dengernya bikin Anthony mau marah sekaligus lega, juga bikin pingin nangis. Inget pertengkaran mereka semalam.
"Maaf udak teriak ke elu semalem." Jojo ucap lagi. Taruh dagunya di puncak kepala Anthony. "Gue cuma khawatir aja, Kak. Lu tau banget alasannya."
"Paham." Anthony jawab. "Tapi..." Dia sekarang remes kaos Jojo. Jilat bibirnya lalu bisik lirih. "Jangan teriak lagi kayak gitu, Jo."
Dia ga bisa bales. Kalau Jonathan udah teriak semurka itu sama dia, plus dikasih pandangan mata kecewa yang nusuk hatinya, Anthony ga bisa tidur mikirinnya. Dia biasanya bisa bales semua omongan Jojo, tapi dia ga bisa bales teriakan Jojo. Dia ngerasa tunduk tanpa alasan.
"Iya." Jojo eratin pelukannya. "Ga lagi-lagi. Gue cuma panik aja semalem."
Ngerti. Anthony tahu alasan Jojo. Tapi, dia juga sesaat pingin lupa sama alasan itu. Sekali aja, dia pingin menang. Dia pingin dipilih sama Jojo. Ga sendiri lagi. Ga kalut lagi nunggu Jojo pulang. Dia pingin dijadiin yang nomor satu.
"Jaga pagi, kak?" Jojo nanya. Dagunya ada di puncak kepala Anthony.
"Iya. Jam sembilan." Anthony jawab. Dia nikmatin banget masa di mana Jojo ngasih perhatiannya gini, seluruhnya. Cuma buat Anthony. "Mau sarapan apa?" Tanya Anthony.
"Apa aja, deh. Mie juga boleh."
"Pagi-pagi sarapan mie. Cepet mati lu."
Jojo ketawa. "Yaudah gue mah apa aja, deh. Lu mau bikinin batu direbus aja gue makan."
"Halah." Anthony mulai senyum. Lemah sekali dia ini. Disakitin beberapa jam lalu, terus disembuhin secepet ini. "Yaudah awas, ah. Gue mau mandi."
Jojo ngerang. Ogah lepasin pelukan.
"Pewe banget ini guee." Jojo kasih alasan. Ga berkutik. Masih meluk. Padahal Anthony udah gerak-gerak lepasin Jojo. "Mandinya ntaran aja, bisa ga?"
"Ga bisa." Anthony ketawa. Ini si Jojo kuat banget, astaga. Dia bahkan gagal angkat lengan Jojo yang lagi meluk pinggang dia. "Nanti gue telat, Jooo."
"Gue anter." Jojo kasih alasan.
Nyerah. Anthony akhirnya berhenti gerak-gerak.
"Murah banget sih gue." Anthony bisik. "Disogok bakal dianterin aja gue nurut."
Jojo ketawa. "Tidur lagi, Kak. Gue peluk."
Tawarannya menggoda sekali. Anthony balik meluk Jojo. Cowo itu udah mejamin matanya. Udah elus-elus punggungnya Anthony lembut supaya si mungil balik tidur.
"Hhh, murah banget sih gue." Anthony gumam setengah tidur. "Disogok pelukan aja gue manut."
Jojo cuma senyum. Kecupin pelipis Anthony. Ga lama kemudian, dia bisa rasain nafas teratur Anthony yang mulai kembali tertidur. Dia peluk Anthony. Erat. Selagi yang ia bisa.
Selagi hatinya milih buat tinggal sama si mungil ini.
...
(Continueted from Elegi)
This will be Jonatan X Anthony love story; the struggles, sweetness, bitter, the fight, anger, love, jealousy, it will be all in one package.
Jonathan itu sulit dimengerti, peringainya pelik untuk dipahami, hatinya bingung untuk memilih, namun, Anthony masih saja kukuh mencintai.
.
.
.Ini baru permulaan HOHOHO.
Ditunggu yaaa~