"Kamu udah makan?"Anthony senyum kecil denger suara Mama-nya yang penuh perhatian. Kangen rasanya. Pingin balik ke Cimahi. Pingin duduk di meja makan rumahnya sambil santap makanan buatan Mama-nya ataupun duduk di ruang tengah sambil minum teh anget ditemenin kue srikaya kukus buatan Mama-nya yang enak banget plus ngobrol apa aja sampe bosen.
"Udah. Tadi makan di kantin rumah sakit bareng anak-anak." Anthony jawab, "Mama udah?"
"Udah dong." Mama-nya jawab cepet. "Anak Mama sibuk banget ya akhir-akhir ini? Sampe telpon Mama aja jarang, chat Mama juga lama dibalasnya."
Anthony ketawa ga enak. "Iya, Ma. Maaf ya." Ucapnya nyesel. "Rumah sakit makin sibuk. Kemarin aku juga bantuin Rian nikahan. Jadi, aku jarang pegang hape."
"Sampein maaf Mama ke Rian ya karna ga bisa datang langsung ke acara nikahannya." Mama-nya ngomong gini. "Padahal Mama pingin banget ke Jakarta dan dateng. Sekalian pingin peluk Ony sama mau liat mukanya Jonatan." Suara Mama-nya jail, Anthony jadi senyum kecil dengernya.
"Mau apa emang kalau udah liat mukanya Jonatan?" Tanya Anthony. Dia buka jas dokternya, terus dimasukin ke dalam lokernya.
"Ya mau ucap terimakasih dong." Mama-nya jawab gini. "Terimakasih udah jagain anak Mama setahun terakhir. Mau liat langsung juga mukanya Jonatan, kasep ih. Nanti Mama rebut loh."
Anthony senyum kecut. "Menurut Mama Jonatan gimana?"
"Hm?" Mama-nya respon. Seakan bingung sama pertanyaan Anthony.
"Menurut Mama, Jonatan baik ga?" Anthony nanya lagi, jarinya tarik jas dokternya lagi lalu malah sibuk lipet jas dokternya, hape ada di antara kuping sama bahunya. Biar ga jatuh.
"Mama belum pernah ketemu Jonatan langsung." Mama-nya mulai. "Mama cuma tau mukanya dari foto yang kamu kirim doang. Mama juga tau sifat dia dari cerita kamu." Mama-nya jelasin. "Yang tau Jonatan kayak gimana; baik atau ga. Ya jelas itu kamu yang lebih tau."
Benar juga.
"Kalau kamu udah cinta, kadang pendapat orang lain ga akan bikin kamu berubah, Sayang. Karna yang bicara itu udah hati kamu." Mama-nya ngomong lagi. "Yang harus kamu percaya adalah diri kamu sendiri. Hati Ony sendiri. Orang boleh ngomong apa aja, dari kejelekannya maupun kebaikannya tapi tetep hati Ony yang akan nilai."
Anthony nunduk, cerna ucapan Mama-nya baik-baik.
"Ony yang jalanin, bukan Mama." Mama-nya ngomong begini, bikin Anthony jilat bibirnya. Emang, kalo lagi kacau paling enak curhat ke Mama-nya. "Selama Ony bahagia, maka Mama juga bahagia."
Anthony tiba-tiba jadi sendu, matanya panas. Dia senyum tipis. Ucapan Mama-nya tulus banget. Anthony jadi makin kangen.
"Aku kangen Mama." Anthony ucap gini, setengah ngerengek.
Mama-nya ketawa. "Mama juga kangen kamu." Balesnya. "Kalau lagi ga sibuk dan ada waktu tolong pulang ya, Nak." Pinta Mama-nya. "Bawa Jonatan, jangan lupa."
Anthony ketawa. Dia terus balik ngobrol banyak sama Mama-nya, tapi pikirannya terus aja muter ajakan Jonatan tadi siang.
Ajakan menikah.
Anthony dibuat ga konsen seharian.
Nikah.
Kedengeran indah banget, apalagi sama Jonatan.
Tapi entahlah.
Anthony belum bisa jawab untuk saat ini.
.
.
.
