Chapter - 2

8.2K 124 13
                                    


"Non..Non Arumi!" pekik seorang wanita paruhbaya teredam jendela mobil.

tuk..tuk..tuk..

Arumi mengerjapkan kedua mata hazelnya, seberkas cahaya lampu remang memasuki iris matanya. Gadis itu merenggangkan kedua tangan sebelum sadar akan dimana keberadaannya sekarang.

lantas saja ia menegakan tubuh dan segera membuka pintu mobil.

"Astga, Non Rumi, kenapa atuh jadi tidur di mobil?" tanya Bi Driah dengan mimik cemas, sebuah sapu tergantung di lengannya.

Arumi menyeimbangkan tubuhnya yang linglung, kepalanya terasa sangat pusing. Padahal ia tidak minum alkohol semalam.

"Ya ampun, Non. Sini bibi bantuin." ucap Bi Driah dengan cekatan merangkul tubuh lemah Arumi.

"Bi, aku bener-bener nggak tau apa yang terjadi semalam." lirih gadis itu.

"Udah, kamu jangan banyak omong. Mending kamu istirahat aja dulu, nggak usah sekolah." titah Bi Driah sambil membopong tubuh Arumi melewati pintu belakang rumah mewah itu.

Ayam berhenti berkokok, pertanda pagi telah menjelang. Dengan susah payah Bi Driah membawa Arumi menaiki tangga marmer yang berukiran indah.

Bi Driah merebahkan tubuh Arumi, lalu menyelimutinya.

"Makasih Bi." ucap gadis itu lirih.

"Bibi mau ambil piyama kamu dulu." kata wanita tua itu sebelum melenggang pergi.

"Bi nggak usah, aku mau sekolah." pekik Arumi cepat.

  Dua jam kemudian, sekarang gadis itu sedang mematut dirinya di depan cermin besar. Seketika ia teringat kejadian semalam, siapa lelaki itu dan apa niatnya. Apakah dia berniat jahat? Arumi tidak mengerti, lelaki itu terus menguntitnya.

Satu detik kemudian ada sesuatu yang mengganggu dirinya, dengan cepat gadis bermata hazel itu memalingkan pandangan menuju balkon besar di samping kiri.

Seperti ada sesuatu yang memperhatikannya, Arumi menarik nafas kuat. Ah, mungkin cuman perasaannya saja. Gadis itu melangkah keluar dan melewati beberapa pintu kamar utama yang terbuka.

"Oh, God..." ucap Arumi pelan ketika melihat apa yang sedang terjadi di depannya.

Wanita berumur 30-an bersama pria muda entah berapa umurnya sedang bercumbu di atas ranjang king-size itu.

"Enak, tan?" ucap Arumi meremehkan sambil menarik sudut bibirnya naik sebelah.Sedang tangan kanannya ditekuk menyentuh pintu.

Lantas saja Camila melirik gadis yang sedang memainkan rambut panjang coklat terang itu dengan tajam sebelum mengusap buliran keringat yang membasahi wajahnya.Sedangkan pria dibawahnya terus mengerakan naik-turun tubuh wanita diatasnya itu tanpa peduli kehadiran Arumi.

"Kurang..ajar, ahh- " ucap Camila terpotong desahnya, membuka dan menutup matanya sebelum berkata," jaga ucapanmu Arumi!"

"Bitch.." ucap gadis itu lirih sambil memutar bola mata bosan sebelum akhirnya berjalan melewati pintu kamar mewah itu.

Menyebalkan. Selalu saja setiap hari adegan ena-ena itu mewarnai paginya, ia sudah sangat muak dengan semua itu, semua yang telah dilakukan Camila Grey, si jalang haus belaian.

Arumi sangat tidak habis pikir, mengapa ayahnya menitipkan dirinya dengan Camila setelah ibunya meninggal tahun lalu dan ayahnya tidak pulang-pulang setengah tahun ini, tanpa sepatah kabarpun.

Sneakers hitam gadis bermata hazel itu menuruni anak tangga marmer dengan cepat, sebuah tas ransel tersampir dikedua bahunya. Rok abu-abu selutut dan kemeja putih sama sekali tidak mempengaruhi gerakan tubuh proporsionalnya.

BAD GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang