Jujur aku sebenarnya tidak suka dengan laki-laki yang bertato, tapi untuknya itu menjadi pengecualian. Untuk dia tato-tato itu terlihat bagai karya seni yang tertuang indah dalam balutan kulit sebagai kanvasnya.
Namanya Alex, pria tinggi, maskulin, mapan, seorang pengusaha di London. Awal pertemuan yang tidak disengaja saat dia datang ke Jogja untuk liburan. Tak pernah terbesit bahwa aku dan Alex akan terlibat dalam hubungan romansa seperti ini.
Saat itu aku sedang menikmati makan pecel untuk makan siangku di Pasar Bringharjo, dan dia duduk tak jauh dari tempatku duduk. Warna rambut coklat gelap yang menjadi fokusku. Sangat menawan membingkai wajahnya yang maskulin. Tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek, sangat pas. Tak sengaja manik matanya mengarah kepadaku, membuatku gugup. Kualihkan pandanganku kepada sepiring pecel yang sedang kunikmati. Berpikir bahwa mungkin pria itu sudah tak menatapku, saat aku mengarahkan kembali mataku ke tempat dia berada, dia sudah pergi.
Aku melanjutkan makan siangku, dan kembali ke tempat penginapanku setelah menyelesaikannya. Ya, aku sedang berlibur juga pada saat itu. Berlibur saat liburan semester kuliah, sebelum kewajiban kuliah lapangan dimulai pada semester berikutnya.
Setelah pertemuan itu aku tidak lagi bertemu dengannya. Mungkin memang hanya menjadi kenangan dari liburanku, sampai pada waktu pertemuan kedua di Jakarta. Tadinya aku berpikir bahwa aku sedang salah lihat, tetapi tidak. Dia berdiri disana, di taman tengah fakultasku dengan senyuman diwajah rupawannya.
Pada saat itu aku mengira mungkin dia memiliki urusan dengan pihak kampus, jadi saat dia berjalan ke arahku—masih dengan senyuman, aku mematung. Sosoknya terasa tidak nyata tetapi dapat ku sentuh.
"It's been a long time. After I looking up for you, and now finally I can meet you again." Dia lalu tertawa —tawa yang indah.
Mulutku mengatup, tak dapat mengatakan apapun. Dia memelukku dengan erat, dan mengecup dahiku perlahan dan dalam. Rasanya terasa asing, namun menyenangkan. Aku tidak berani mengangkat wajahku dari pelukannya. Mendengar siulan dari beberapa teman-teman sefakultasku, aku merasa malu. Mungkin mereka juga bingung sama seperti yang aku rasakan, seorang laki-laki, foreign, datang ke kampus lalu memeluk seseorang. Jika mengenal maka tak masalah, namun aku belum mengenalnya. Sosok pria dewasa yang datang untuk meminangku secara mendadak karena pertemuan mata yang tidak disengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL.Ex [✓]
Short StoryTampan? Cek. Mapan? Cek. Tinggi? Cek. Bertato? Errrr cek. Hanya cerita pendek bagaimana imajinasi berjalan di dalam kepala.