The Annoying Boy

30 0 0
                                    


Sindi's pov
Ingin rasanya gue memaki siapa pun yang sudah mengganggu tidur nyenyak gue dengan menelpon di pagi buta begini. Awalnya gue gak berniat untuk mengangkatnya dan melanjutkan tidur, namun siapa pun itu yang menelpon gue sepertinya gak berniat buat ngehentiin panggilannya ke HP gue. Akhirnya dengan pikiran yang belum sadar sepenuhnya gue mengangkat telpon tersebut.

"Sin lo dimana?" suara cempreng Siska seketika langsung terdengar sesaat setelah gue mengangkat telpon tersebut.
"Sis lo kayaknya kurang kerjaan banget ya pagi buta kayak gini malah nelpon gue, ganggu orang tidur aja" rutuk gue kesel
"ya ampun Sin jadi lo baru bangun? Udah gila kali ya lo jam segini baru bangun, mau mati lo di tangan Bu Sarah" teriak Siska yang sukses bikin kesadaran gue pulih sepenuhnya
"gak usah teriak-teriak juga bisa kali Sis, lo mau bikin kuping gue budeg ya"
"ya lagian lo gila jam segini baru bangun gak lihat tuh matahari udah keluar dari tadi, kesiangan baru tahu rasa lo"
"gak mungkin lah gue telat, lagian ini kan baru jam 06.50 WIB..." beberapa detik kemudian mata gue langsung melebar. "AHH.... gue telat" teriak gue panik dan langsung berlari ke kamar mandi.

Dalam waktu dua puluh menit gue udah berhasil sampai di sekolah, sejujurnya ini adalah rekor tercepat gue mengingat jarak rumah gue ke sekolah lumayan jauh, untung aja gue berhasil maksa tukang ojek yang nganterin gue buat ngebut biar cepet sampe ke sekolah. Gue sengaja gak minta dianterin Pak Ujang soalnya gue tahu sopir gue yang satu itu gak bisa bawa mobil ngebut-ngebut. Dan sepertinya keberuntungan memang sedang berpihak ke gue, satpam penjaga gerbang sekolah lagi gak ada di posnya sehingga memudahkan gue buat melompati pagar sekolah.

Gue segera berlari menuju kelas gue yang ada di lantai dua paling pojok dari gerbang sekolah. Perasaan ngeri saat mengingat bagaimana Bu Sarah menceramahi anak-anak yang telat selama sejam penuh ngebuat semangat berlari gue semakin meningkat. Namun belum sempat gue sampai di kelas, seseorang tanpa sengaja menabrak tubuh gue hingga terjatuh cukup keras di atas lantai.

Gue meringis saat merasakan pantat gue berdenyut nyeri. Gue menatap si penabrak dan terdiam seketika saat menatap wajahnya. Dia adalah seorang cowok dengan tubuh tinggi berotot disertai wajah yang tampan. Matanya yang tajam menatap gue sebentar.

"sorry" ucapnya lalu pergi begitu saja.

Cuma satu kata dan itu ngebuat gue melongo gak percaya. Dasar cowok resek, dia bahkan gak berniat ngebantu gue buat berdiri dan malah nyelonong gitu aja. Ingin rasanya gue tendang tuh mukanya yang songong.

Gue segera berdiri sembari membersihkan rok gue yang sedikit kotor, setelah itu gue kembali berlari menuju ke kelas. Gue cuma berharap Bu Sarah belum dateng ke kelas. Namun sepertinya keberentungan sedang gak berpihak ke gue, karena pada saat gue sampai di depan kelas gue bisa mendengar suara Bu Sarah yang lagi jelasin materi Fisika.

Gue sedikit menyembulkan kepala gue untuk melihat ke dalam kelas. Tempat duduk gue berada dekat dengan jendela di barisan ketiga, cukup dekat dengan pintu sehingga gue rasa gue bisa menyelinap masuk tanpa diketahui oleh Bu Sarah, setidaknya itulah yang gue pikirin.

Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian, gue mulai berjalan mengendap-ngendap layaknya seorang agent rahasia yang masuk kedalam sarang musuh. Satu langkah... dua langkah... semuanya berjalan dengan baik sehingga gue mulai bisa bernafas lega. Gue rasa gue bisa melewatinya. Hingga...

"Sindy Amelia Putri" suaranya yang menggelegar berhasil ngebuat tubuh gue merinding seketika.

Percayalah hanya dengan satu kalima itu tubuh gue berhasil merinding seketika. Atmosfir di kelas pun seketika terasa turun beberapa derajat, ditambah lagi semua tatapan teman-teman kelas gue yang menatap gue dengan pandangan ngeri sekaligus kasihan. Dengan perlahan gue membalikan tubuh gue ke arah Bu Sarah, matanya yang bulat terlihat sangat menyeramkan saat dipelototkan. Nyali gue kembali menciut melihat tatapan matanya.

"I...Iya bu"
"kemana aja kamu jam segini baru datang?"
"I..Itu..." entah kenapa semua kata yang ingin gue ucapin ngilang gitu aja, seakan-akan Bu Sarah punya kekuatan tak kasat mata yang dapat membuat lawan bicaranya kehilangan kemampuan untuk berbicara.
Bu Sarah terlihat menghela nafas sebentar, "Ya sudah kali ini ibu maafin kamu, tapi awas aja kalo kamu ulangi lagi"

Tunggu... gue gak salah denger kan? Bu Sarah guru paling killer di sekolah ini tiba-tiba mau ngelepasin gue gitu aja? Gue lihat semua teman-teman di kelas juga menatap gue dengan pandangan tak percaya.

"ngapain kamu masih disini? Mau ibu hukum?"
"enggak Bu, kalo gitu saya permisi duduk dulu" ucap gue sambil buru-buru melangkah ke tempat duduk sebelum Bu Sarah berubah pikiran. Ayolah gue gak mau menyia-nyiakan kebaikan Bu Sarah, lagian kapan lagi coba Bu Sarah jadi baik begini.

"ayo kita lanjutkan pelajaran"
Bu Sarah kembali melanjutkan pelajaran yang tadi sempat tertunda. Gue yang emang gak ada niatan buat dengerin akhirnya Cuma mengalihkan pandangan ke arah jendela. Pikiran gue kembali melayang mengingat kejadian tadi pagi, entah kenapa gue masih bisa mengingat dengan jelas wajah cowok resek itu. Bahkan saking ingatnya sekarang gue bisa lihat dia berdiri di depan kelas disamping Bu Sarah.

Tunggu...!!! dia ada di depan kelas? Gue pun mengucek mata gue beberapa kali untuk memastikan pendangan gue (siapa tau kan tiba-tiba mata gue kena delusi) tapi seberapa sering pun gue mengucek mata gue, cowok itu tetap ada disana dengan tampang sok kecakepannya.
"ngapain cowok itu ada disini?" batin gue

Hay author balik lagi dengan lanjutan cerita ini. Semoga kalian suka. Jangan lupa vote and comment karena vote and comment kalian sangat berarti bagi author.

Unperfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang