2. Rencana Awal

82 8 2
                                    

“Wahai gadis lugu bersweter abu-abu, kamu cantik seperti ibuku”

***

Aurelia masih berdiam diri digelapnya hari. Setelah Gava membawanya pergi dari tempat menjijikan itu, Gava mengajak Aurel ke apartemen miliknya. Awalnya aurel sendiri ragu, mengingat ia sendiri belum 24 jam mengenal Gava tetapi sudah dibawa ketempat tinggal laki-laki itu membuat aurel sedikit takut. Ya, Aurel takut jika Gava melakukan hal macam-macam. Segala fikiran buruk teredam dikepala gadis itu ketika melihat Gava membuka pintu apartemen dengan membawa 2 kantong kresek berisi makanan dan minuman.

Keduanya saling terdiam, mengingat mereka tidak seakrab itu untuk disebut sebagai teman.

Canggung, itulah yang Gava rasakan. Melihat Aurel masih diam tanpa mengambil makanan yang ia beli tadi sedikit membuat Gava bingung harus bicara apa pada gadis ini.

“gue beli makan 2bungkus, gue tau lo laper. Jadi jangan gengsi, kalo mau makan makan aja”

Gava mengambil sebungkus nasi goreng miliknya dan membawanya ke kamar. Karena Gava mengerti, gadis itu malu dan juga sedikit tidak nyaman jika Gava berada didekatnya.

***

      Aurel sedikit menyunggingkan senyum tipis. Aurel fikir Gava adalah laki-laki yang penuh misteri. Karena datang secara tiba-tiba membawa teka-teki yang sulit untuk dimengerti.

Aurel memakan nasi goreng dengan lahap, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Gava sedang berdiri tepat 3 meter dihadapannya. Jangan lupakan saat ini Gava sedang tersenyum manis.

Gava masih mengingat 2 hari yang lalu saat berkumpul dengan Firga digudang. Kata-kata laki-laki itu sungguh ingin Gava rekam, mengingat bagaimana brengsek nya firga.

Gue yakin tuh cewek bakal bertekuk lutut dihadapan gue”

Semua orang di gudang itu tertawa jahat. Mengingat firga adalah laki-laki yang suka memainkan hati wanita tentu saja menurut mereka itu adalah hal yang mudah bukan?

“siapa lagi?”

Semua orang diruangan itu melirik Gava bingung. Sejak kapan laki-laki ini mau mengetahui urusan orang lain.

Gava yang ditatap orang-orang tersebut hanya mencebikkan bibir seraya memutar bola matanya seakan-akan mengatakan apa ada yang salah?

“Aurel, anak kelas 12 ipa 1 yang lugu itu” ucapnya terkekeh

“gimana bisa?”

Pertanyaan Gava itu mengundang gelak tawa Firga. Jelas saja bisa, Firga itu pandai memanipulasi keadaan. Muncul secara tiba-tiba seakan menjadi obat penyembuh luka, dan pada ujungnya akan memberikan racun mematikan bagi siapa saja yang telah masuk kedalam permainannya.

Biadab bukan?

“Anak kecil gak perlu tau”

Gava terkekeh, apalagi yang akan laki-laki ini lakukan? Jika saja mainannya adalah wanita jalang, maka Gava sendiri tidak akan perduli.

Gava, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang