05

445 73 6
                                    

Minggu ini aku bosan, tak ada yang mengajak jalan. Biasanya Jyuㅡ owh.. aku harus move on.

Di rumahku tak ada siapa siapa. Papa dan mama seperti biasa bekerja, padahal ini weekend.

Aku memutuskan untuk kerumah sebelah, rumah Jihoon. Aku ingin mengajak adiknya pergi jalan bersamaku.

Aku sangat dekat dengan Jina, karna dia dan aku punya banyak kesamaan.

Saat aku membuka pintu, sudah ada Jihoon dengan tangan yang terangkat hendak mengetuk pintu.

"Kalo keluar bilang dong. Untung gak jadi ngetuk" ujarnya sedikit mengomel.

"Ngapain kesini?"

"Ngapain ya?"

"OK! Aku maklum kamu lupa, udah tua sih" kataku mengejek.

"Dih" dengusnya lalu menarik tanganku keluar dan mendudukan aku di kursi teras rumahku.

Setelah itu dia memainkan ponselnya dan menghiraukanku. Aku tak habis pikir dengan apa yang dilakukannya. Aku kira ia akan mengatakan sesuatu ternyata tidak.

Aku sangat bosan dan segera berdiri untuk meninggalkannya. Aku pikir ia tak menyadari jika aku ingin pergi.

"Mau kemana?" tanya saat itu.

"Mau main sama Jina"

Aku keluar dari perkara rumahku dan menuju rumah sebelah milik Jihoon berserta keluarganya dengan dia mengekor dibelakangku.

"Kak Liana!" pekik Jina saat aku memasuki rumahnya.

"Kamu seneng banget kayanya" kataku.

"Habis ditembak cowo tuh" kata Jihoon.

"Bang Damian mah ga bisa diem, padahal gue mau cerita sendiri ke kak Liana" dengus Jina.

"Dia udah move on dari pacar lo" bisik Jihoon di telingaku.

Ya, aku tahu tentang Jina yang menyukai mantan pacarku.

Aku memutar bola mata jengah, dengar kalimat Jihoon barusan membuat mood-ku sedikit turun.

"Mantan pacar, please!" kataku mengoreksi dan Jihoon malah terkekeh.

Apa ada yang lucu?

"Kak Liana udah putus?" tanya Jina yang mungkin dengar percakapanku dengan Jihoon. Aku mengangguk sebagai jawaban.

Lalu Jina menarikku ke kamarnya, aku tahu jika ia pasti akan bercerita banyak.

"Gue ikutan boleh gak?" teriak Jihoon.

"Gak boleh!" balas Jina.

Seseru itu lihat interaksi adik dan kakak ini. Rasanya aku juga ingin mempunyai sodara. Tapi Jihoon selalu saja bilang jika punya adik itu merepotkan.

Apa benar?

Sejauh ini yang kulihat sepertinya menyenangkan.

"Jadi siapa pacarmu?" tanyaku memulai obrolan.

"Aku gak punya pacar kak" kata Jina lalu duduk di sofa yang memang ada di kamarnya. Sebelahku.

"Kata Jihoonㅡ"

"Dia nembak tapi belum aku jawab"

"Kasian tuh dia digantung" ucapku sedikit mengejek.

"Ishh.. Kak Liana mah, jangan nyebelin dulu" rengeknya dan aku tertawa.

"Siapa namanya?" tanyaku sambil mengunyah nastar.

"Yedam"

Aku hampir tersedak mendengarnya.

"Yedam Aldiansyah?" tanyaku lagi dan dia mengangguk.

"Yang kelas 10 itu. Kakak tau kan?"

"Tau kok, terus kenapa gak kamu terima?"

"Aku gak suka anak kecil" aku tertawa mendengarnya.

Yedam emang dibawah Jina umurnya, tapi jika dilihat dari penampilan, Yedam lebih dewasa dari Jina. Setidaknya itu yang ada dipikiranku.

"Kamu jangan lihat umur, lihat seberapa tulus dia sayang ke kamu"

Jadi, hari itu ku habiskan bersama Jina dengan sesi curhat dan kadang kami bergosip tentang Jihoon. Katanya Jina, doi lagi suka sama seseorang tapi orang itu gak peka.

Kasian banget ya nasib sahabat aku?

🍂🍂🍂

Not The First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang