00

72.5K 8K 3.5K
                                    

Jeno bersungut sembari menyesap rokoknya, kemudian membuang asapnya ke udara, sebelum akhirnya jari-jarinya aktif mengetik kalimat cacian dan makian di kolom komentar.

Jeno sedang war tentang agama di media sosial, yang padahal sama sekali tidak Jeno mengerti.

Ia memiliki agama, namun hanya ktp.

Karena keluarganya juga bukan tipe yang begitu memperhatikan soal agama, jadi Jeno pun sama.

Ibunya orang Indonesia dengan agama muslim, sedangkan Ayahnya orang Korea, dan seorang mualaf -karena mau menikahi Ibunya-. Keduanya sama-sama hanya menjadikan agama untuk mengisi data.

Disaat Jeno sedang asik-asiknya memikirkan kalimat yang tepat untuk membalas komentar lain, Ibunya malah memanggil.

"Jeno!!!"

"Iya Bunnn?! Apaan?!"

"Keluar kamar sini! Anterin ini ke tetangga depan!"

Jeno berdecak, ia segera mematikan rokoknya dan meletakan sisanya di asbak, sebelum akhirnya ia bergegas keluar kamar sembari mengantongi ponselnya.

Jeno pergi ke dapur dan melihat Ibunya, atau biasa ia panggil Bunda tengah menyusun kue di atas piring.

"Habis nyebat kamu?" tanya Bunda sebelum akhirnya menyerahkan piring berisi kue itu pada Jeno.

"Asem Bun kalok gak nyebat." Balas Jeno sembari menerima piring tersebut.

"Rumah yang mana?" tanya Jeno.

"Yang cetnya pink putih, samping rumah yang pas banget di depan kita." Balas Bunda.

Jeno bergumam sebelum akhirnya pergi. Bandel juga, Jeno ini tipe yang patuh sama orang tua, dia gak gengsi kalau Bundanya menyuruh dia mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan perempuan, atau hal-hal yang remeh sekalipun.

Jeno sampai di depan sebuah rumah ber cet pink putih yang sudah lama tidak ditempati, tapi dua hari ini baru ada penghuni.

Jeno tanpa ragu atau gerogi mengetuk pintu, tak berselang lama pintu bercat putih itu terbuka, menampilkan seorang gadis dengan hijab instan panjang berwarna putih, dan baju piyama panjang berwarna pink pastel, membuat rahang Jeno seketika terjatuh.

'Buset, cantik banget.' Batin Jeno.

Gadis itu tak lama tersenyum pada Jeno, sembari bertanya. "Ada apa ya Mas?" dan itu sukses membuyarkan lamunan Jeno.

"Ini, gu- aku, aku tetangga depan, mau ngasih kue." Kata Jeno sambil senyum lebar juga dan menyodorkan piring berisi kue yang dibawanya.

"Wahhh, makasih banyak Mas." Kata gadis itu.

"Eh jangan panggil Mas deh, kayaknya kita seumuran, nama aku Jeno." Kata Jeno sambil ngulurin tangan kanan buat jabatan.

"Nama saya Kamila. Maaf gak bisa jabat tangan, hehe." Kata cewek yang ternyata memiliki nama Kamila itu.

Sontak Jeno menarik tangannya. "Oh iya gak mahrom ya? Aduh, aku gak tau apa- apa nih, jadi malu." Kata Jeno sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya.

"Mau masuk dulu? Ada orang tua sama Kakak saya di dalem." Kata Kamila.

"Ah gak usah, gak sekarang maksudnya, hehe. Belum siap ketemu mertua, kalok gitu aku pulang dulu, assalamualaikum." Setelah berkata demikian Jeno langsung berlari pergi.

Kamila tercengang dan mematung di depan pintu. Tak lama ada yang menepuk bahu Kamila dari belakang.

"Siapa Mil?" tanya cowok yang tadi menepuk bahu Kamila.

Hijrah | Jeno. L ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang