Gilang menatap Neo yang terbaring di tempat tidur. Tak ada luka serius. Hanya mengalami malnutrisi juga sepertinya gangguan psikis. Namun berita itu tak menyurutkan rasa ketakutan Gilang. Belum.
Billy hanya menatap nanar punggung Gilang juga sosok Neo yang terbaring. Andaikata mereka terlambat sedikit saja mungkin nyawa Neo tak akan tertolong. Billy tak habis pikir dengan wanita bernama Ajeng yang merupakan ibu tiri dari Neo. Menurut pengakuan Reza, Ajeng memang kerap kali menyiksa Neo. Juga Papa mereka tak memperdulikan Neo. Ajeng tak berani menyiksa Reza maupun Rena lantaran keluarga Mala memiliki kuasa di bidang hukum. Namun sepertinya Ajeng lupa bahwa Mala juga sangat menyayangi Neo. Mungkin saja Mala akan menuntut hal ini sampai ke meja hukum.
Billy meninggalkan ruangan tempat Neo di rawat. Begitu ia keluar ia menemukan seorang pria yang begitu ia kenal.
"Loh? Dion? Ngapain disini?"
Pria bernama Dion itu nyengir. Ia menarik lengan Billy dan menuntunnya duduk di kursi tunggu.
"Aku denger kabar dari pembantu kamu kalo kamu di Rumah Sakit ini. Pembantumu nyebut-nyebut nama Neo yaudah aku langsung kesini buat mastiin. Tadi aku tanya bagian administrai ruangan Neo di rawat. Gimana Neo?"
Billy mengelus kepala Dion. Ia merangkul Dion dan menghela nafas.
"Neo mengalami malnutrisi cukup parah. Ternyata selama tiga tahun ini dia disiksa sama ibu tirinya. Ini juga yang nekat nyari aku Reza sama Rena. Adik tirinya Neo"
Dion manggut-manggut sambil mengelus pelan paha Billy.
"Gilang gimana? Pasti dia merasa bersalah kan? Kisah mereka rumit banget. Gilang juga kenapa harus sadar sama perasaannya sendiri saat Neo udah gak sama dia?"
Billy mencium kening Dion. "Mau gimana lagi? Gilang itu gak peka. Dia mungkin gak jijik sama hubungan kita. Tapi dia sendiri menyangkal rasa sayangnya terhadap Neo"
Dion mengangguk setuju. "Kamu udah makan?"
Billy menggeleng. "Belum. Aku belum sempet makan dari tadi"
"Ke kantin yuk? Sekalian kita beli buat Gilang aja"
Billy mengangguk setuju. Ia menuntun Dion untuk menuju ke kantin Rumah Sakit.
Mala duduk di sofa sambil menatap Ajeng yang terduduk di lantai dengan pipi berhiaskan lebam juga rambut yang berserakan di lantai.
Mala hanya menatap penuh kebencian wanita di hadapannya. Ardi, kakak kandungnya yang seorang pengacara ternama hanya diam tak berbicara apapun. Bahkan Reza dan Rena hanya duduk diam di samping Ardi.
Dimas baru saja memasuki ruang keluarga dan ia mendapati istrinya dengan keadaan menyedihkan juga mantan istrinya yang kini memandangnya angkuh juga diliputi ekspresi marah.
"Apa-apaan ini?".
Dimas berteriak marah. Ia menghampiri Ajeng dan membantunya berdiri.
" Seharusnya saya yang bertanya disini. Apa yang sudah istri anda perbuat terhadap Neo?. Bukankah anda sudah berjanji kepada saya bahwa anda akan menjaga Neo, Reza dan Rena?".
Dimas terdiam.
Mala berdiri dan menghampiri Dimas. "Mungkin anda dulu memiliki kuasa tapi kali ini tidak. Saya akan mengambil alih hak asuh anak-anak. Juga, saya akan menuntut Ajeng ke pengadilan atas penganiayaan yang telah ia lakukan terhadap Neo".
Ajeng menggeleng memohon terhadap Mala. Ia tak ingin di penjara.
" Tidak Mala. Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan hal itu".Mala tertawa sambil menepuk tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry (END)
Teen FictionMaaf..... Maaf karena aku mencintaimu Maaf karena aku tak bisa melupakanmu Maaf karena aku sudah membuatmu susah maaf..... Tapi aku akan tetap mencintaimu, Gilang.