-END-

1.6K 146 6
                                    

Gilang merapikan selimut Neo yang sebetulnya sama sekali tak berantakan.

Neo telah sadar kemarin dan itu membuat semua orang berteriak senang. Mala sendiri tengah ke pengadilan untuk memperjuangkan hak asuh mereka.

Tak ada percakapan di antara Gilang dan Neo. Gilang yang malu dengan dirinya sendiri dan Neo yang masih belum pulih dengan keadaannya sekarang.

Namun dari sikap yang Gilang tunjukkan, Neo memahami jika Gilang tak begitu membencinya dan ia mensyukuri itu. Awalnya ia begitu terkejut mendapati Gilang begitu ia tersadar sejak 5 hari ia tertidur di rumah sakit.

Hela nafas keluar begitu saja dari bibir Gilang. Ia ingin berbicara dengan Neo. Ingin sekali.

Walau tak bisa seperti dulu tapi ia ingin dekat dengan Neo. Tak di maafkan sepenuhnya tak mengapa asalkan Neo tak berkeberatan Gilang ada di sampingnya, ya hanya itu saja.

Kata-kata sudah ia susun di kepalanya namun bibirnya entah kenapa sulit untuk berucap barang satu patah katapun. Gilang meringis frustasi dengan wajah menunduk.

Sikap Gilang itu tak luput dari pandangan Neo. Sehingga pria kurus itu berusaha berbicara dengan suaranya yang minim.

"Lang--"

Gilang dengan cepat menatap Neo dan mendapati bibir pucat nan kering Itu tersenyum kepadanya. Meskipun lemah, namun senyum yang dulu menghiasi hari Gilang kini terlukis kembali.

"Makasih"

Gilang tersenyum kecil lalu menggeleng. "Tidak...... Tidak seharusnya kamu berterimakasih. Aku bahkan tak bisa melakukan apapun sejak lama. Ini bukanlah hal yang patut kamu ucapkan terimakasih"

Gilang menatap tangan Neo yang terbebas dari selang infus. Ingin sekali ia genggam tangan itu.

"Maaf---"

Gilang berujar lirih. Ia telah menguatkan hatinya untuk tak menangis di hadapan Neo. Namun apadaya air matanya berderai begitu saja.

"Maaf atas perlakuanku waktu itu. Maaf atas perkataanku yang menyakitimu. Sejak kamu tidak lagi ada di sisiku aku tersadar kan. Hahahaha----"

Gilang mengusap air matanya dan menatap Neo sambil tertawa lirih. Menertawai dirinya sendiri.

"Aku tak pantas mengatakan ini sebetulnya setelah apa yang aku lakukan. Setelah apa yang kamu alami. Aku baru menyadari perasaan ini setelah kamu pergi dariku. Aku sangat memalukan dan tak pantas tapi----"

Gilang menggenggam tangan Neo. Sementara Neo sendiri menggigit bibirnya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku mencintaimu Neo.... Sangat"

Tangis Neo terpecah. Inikah jawaban setelah rasa sakit nya selama ini? Apa ia boleh menerima atau menolaknya kali ini?

Tangannya dalam genggaman tangan Gilang ia tarik. Lalu dengan pelan ia membelai pipi Gilang.

"Maafkan aku yang tak bisa melupakanmu Gilang. Maaf karena aku jatuh cinta padamu. Maaf karena sampai sekarang pun rasa cinta itu masihlah ada. Tapi-----aku cacat Gilang. Tubuhku penuh luka dan aku tak pantas ada di samping mu. Aku juga tak bisa memberikanmu anak. Akan ada banyak cemooh yang akan kamu Terima jika kita----"

Gilang mengecup lembut bibir Neo yang kering. Tidak. Gilang tak sanggup mendengar akhir dari ucapan Neo.

"Berikan aku kesempatan. Akan aku buktikan jika aku mampu untuk ada di sampingmu. Kamu sangat pantas Neo. Walau tubuhmu penuh luka itu bukan penghalang bagiku. Sudah cukup aku bodoh dengan keputusan ku dulu"

Gilang mengecup lembut tangan Neo. Kemudian mencium bibirnya kembali dengan lembut dan hati-hati.

"Ayo menikah"
.
.
.
.
.
.

I'm Sorry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang