[7]

6 1 0
                                    

Momen tadi malam masih membekas sampai sekarang. Mimpiku dipenuhi dengan kehadirannya. Hah, dokter itu membuatku gila. Gila sampai aku tak mau berhenti untuk memikirkannya walau sedetik.

Hatiku resmi tertawan olehnya.

Pagi ini aku mendapat pesan dari oppa-ku untuk menjemputnya di bandara. Malas sekali rasanya. Lagipula, dia bisa naik taksi sendiri. Manja.

SeiYi26: Pukul berapa Oppa sampai di Korea?

HyunSoo: Mungkin, sekitar pukul 11.00

Masih ada waktu untuk berbenah rumah. Dia akan marah kalau rumah ini berantakan. Sangat perfeksionis. Dan aku benci hal itu. Tidak heran kalau kami seperti anjing dan kucing. Bagaimana jika dia menikah nanti? Aku rasa istrinya akan stres mempunyai suami seperti dia.

Mulai dari kamar, aku merapikan barang-barangku pada tempatnya. Aku berdiri mengamati sekitar kamarku. "Ini seperti galeri foto." Hasil jepretan kamera polaroid yang kukumpulkan memenuhi setiap dinding kamar, lemari, hingga cermin pun menjadi sasarannya.

Didominasi foto pria yang kini membuat hari-hariku bahagia. Selama seminggu sejak kepulanganku dari Indonesia, aku terus memfotonya. Tapi lain halnya dengan sekarang—aku tak melakukan hal itu lagi. Jika ingin melihatnya, aku bisa datang menemuinya di rumah sakit atau mengajaknya bertemu. Semudah itu, jika dibandingkan sebelum aku mengenalnya.

"Hah ...."

Tempat tidur sudah rapi, pun dengan foto-fotonya di dinding. Lalu pertanyaannya, apakah hanya ada foto Si pria itu saja? Aniyo. Ada juga fotoku dan Taehyung yang kuletak di atas meja nakas. Foto dengan memakai seragam SMA. Sisanya, ada di sebuah album kecil yang sengaja kubuat untuk kenang-kenangan. Itu pun tidak banyak.

Aku baru menyadari sekarang, kenapa di foto itu hanya ada Taehyung? Bukankah Jimin juga teman dekatku? Molla, memikirkannya membuat kepalaku sakit. Aku tak ingat apa-apa akibat kecelakan mengerikan itu.

Saatnya membersihkan ruang tengah dan seterusnya. Wah, aku menjadi pembantu di rumah sendiri. Sangat melelahkan ternyata. Satu jam lebih kuhabiskan waktu untuk membuat rumahku tampak lebih rapi dari sebelumnya. Biasanya aku selalu mengandalkan eomma yang sekarang ada di Indonesia.

"Lihatlah, Oppa. Adikmu telah bekerja keras untuk semua ini."

Tubuhku terkapar di lantai sambil memandangi langit-langit plafon rumahku. Peluh berjatuhan dari kedua pelipisku.

"Aku akan mandi sekarang."

***

Untuk menyambutnya di bandara nanti, sengaja aku menuliskan kalimat penyambutan di atas kertas besar yang sudah kusediakan sebelumnya. Ini konyol. Baru kali ini aku melakukan untuk seseorang. Memalukan jika membayangkan diriku di sana sambil mengangkat tinggi-tinggi kertas ini.

"Ah, ini gila. Apa aku bisa melakukan ini?"

Mengingat perkataan Taehyung yang membuatku sedikit sakit hati tentang penampilanku, ternyata memang benar. Jika diperhatikan, aku tak terlalu peduli dengan apa yang kupakai. Mulai detik ini, aku akan mengubah penampilanku yang tomboi. Mungkin saja dengan penampilan baruku ini, dia akan lebih tertarik padaku. JM.

Sudah waktunya untuk pergi ke bandara. Semuanya sudah kusiapkan di dalam tas punggung berukuran sedang. Aku tidak sabar melihat ekspresinya nanti. Apakah dia masih ingat wajah adiknya ini? Siapa tahu dia lupa.

Aku mengecek line sebentar untuk memastikan ada-tidaknya notifikasi darinya. Begitu sambungan dataku terpasang, ada banyak notifikasi yang muncul.

[POLAROID] (edit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang