[5]

12 1 0
                                    

Mataku menatap kosong ke arah jendela. Rintik-rintik hujan mulai membasahi jalanan aspal di Seoul. Membuat suasana melankolis hatiku. Kuembuskan napas di kaca ini, lalu menuliskan namaku dan namanya dengan jari telunjuk. Senyunmku terukir tipis.

Di sampingku, Taehyung tengah tertidur pulas. Kurasa dia kelelahan menggendongku.

Pikiranku seakan ditarik keluar untuk tetap memperhatikan aktivitas di luar sana. Lalu-lalang orang berlarian berusaha menghindari hujan. Dari sekian banyak pejalan kaki, aku melihat seseorang yang familier. Dia menggunakan payung berwarna kuning.

Aku merubah posisiku untuk lebih jelas melihatnya. Mataku tak bisa terlepas dari pria itu, sampai wujudnya semakin jauh dan menghilang dari pandangan.

JM ...

"Sei Yi-ya, apa kita sudah sampai?"

"Oh, kau sudah bangun? Sebentar lagi sampai."

Deringan ponsel yang berada di dalam tas kecilku, menyeruak membuyarkan lamunanku.

"Yeoboseyo?"

"Seminggu lagi? Kau sudah memberitahu eomma?"

"Hm, annyeong."

Baru saja aku menerima telepon dari oppa-ku. Dia akan pulang seminggu lagi dari Amerika. Ini sudah tahun ke-3 dia berada di negeri Paman Sam itu. Entah bagaimana rupanya sekarang. Tentu saja aku sangat merindukannya.

Aku menekan tombol untuk menghentikan bus ini. Tak terasa sudah sampai di rumah. Hujan juga sudah mulai berhenti.

"Pukul berapa sekarang, Tae?"

Dia mengarahkan tangan kirinya di depan wajahku. "Lihat sendiri." Semalas itukah kau untuk bicara?

"Aku lapar. Kita tidak membeli makan tadi."

"Kau tunggu saja di rumah, maka makanan akan datang di hadapanmu."

"Caranya?"

"Aku akan menelepon adikku untuk mengantarnya."

"Wah, kau selalu memanfaatkan adikmu. Hyung macam apa kau ini."

Kami saling diam setelahnya. Berjalan menurun menuju rumah kami. Suhu udara di luar semakin dingin. Aku mengalungkan tanganku pada lengan Taehyung. Rasanya hangat sekali.

Sebuah sentuhan lembut kurasakan di kepalaku. Dia selalu berhasil membuatku nyaman di dekatnya. Beruntungnya aku memiliki teman sepertinya.

"Sepertinya kau sangat suka memeluk tanganku. Kita sudah sampai."

"Eoh? Akhirnya ...."

Begitu pintu pagar kubuka, Taehyung masuk lebih dulu meninggalkanku sendiri di depan.

"Taehyung-ah!"

Dia sudah masuk ke rumah, sementara aku sibuk mengunci pintu pagar. Cepat-cepat aku menyusulnya, udaranya mulai menusuk-nusuk kulitku.

"Taehyung-ah ...."

Kini aku sudah berada di sofa besar ruang tengah. Kurebahkan tubuhku di atas benda empuk ini. Taehyung segera menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Ya, menyingkirlah. Seharusnya aku yang melakukan itu padamu."

Pria ini malah memelukku seperti anak kecil yang sedang memeluk ibunya.

[POLAROID] (edit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang