~°~ Got the power 3~°~

13 3 2
                                    

POV Elizabeth

          Aku membuka mataku dan melihat jam dinding di ruang tamu, ruangan tersebut begitu gelap dan dingin, aku tak bisa melihat jam berapa sekarang ini, tenggorokanku begitu kering rasanya tak bisa mengucapkan sepatah kata apapun, segera ku ke dapur untuk mengambil minum dan setelah itu aku kembali ke sofa untuk tidur kembali tetapi, aku mendengar ada yang mengambil minum juga tetapi tak ada siapa" aku pun membangkitkan tubuhku lalu dengan pelan" aku menghampiri suara itu dan aku melihat seseorang yang berjalan pelan sekali ke arah kamar Eva. Sosok itu menoleh ke arah ku, awalnya aku tak merasa ketakutan sama sekali tetapi rasa takut itu muncul setelah mata dari sosok itu menyala berwarna merah ia menatapku tanpa berkedip, tubuhku kaku tak bergerak.

" s-siapa? K-kau siapa.. " kataku sambil memundurkan langkahku.

" ce Eliza? Kenapa cece tergagap seperti itu? " tanya sosok itu.

Seketika aku mengenal suara ini,
Ini pasti Eva, kenapa dia begitu aneh?

" E-Eva bukan? " tanyaku.

" tentu lah ce, ada apa? " tanyanya.

" p-pasti kamu capek, kembalilah ke kamar " kataku dengan di jawab anggukan.

Aku kembali lagi ke sofa dan tertidur lagi.  Tetapi saat aku memejamkan mata tiba-tiba suhu ruangan pun kembali normal tetapi saat suhu itu kembali normal ada suara jeritan yang berusaha mengganggu tidurku.

" ELIZA!!!! ELIZA BANGUN!!!!!! KEBAKARAN!!!! RUMAH LIANA KEBAKARAN!!!!! " kata suara itu.

Aku terbangun dan melihat bara api di sekitarku aku terjebak di antara api-api ini tetapi anehnya aku tak merasa kepanasan hanya suhu normal saja, aku melihat Benny berusaha untuk menyelamatkanku dan akhirnya di saat ia menyentuhku tangannya merasa kesakitan seperti kepanasan hingga merah.

" BENNY KELUAR DARI RUMAH!!!! " perintahku.

Ia pun menggelengkan kepalanya hingga pada akhir semua api ini terpadam seketika seperti menghilang secara misterius.

" apa yang terjadi? " tanyaku. Aku dan Benny keluar saat melihat Liana menangis air matanya keluar deras sekali seperti hujan. ada apa ini? kenapa kita begitu aneh?.

" Lia jangan menangis " kata Dillion.

" hiks hiks apakah apinya hiks apinya sudah redah? " tanya Lia.

" ELIZA!!! Hiks hiks aku sangat khawatir sama kamu!! " kata Lia khawatir.

Aku hanya bisa menepuk punggungnya saja dan ya kita pun diam sementara dan satu pertanyaan muncul di mulut adikku.

" ummm kalo boleh tau di mana ko Nico? Kok pas kita sadar dari benturan tadi, kok dia tidak ada? " tanya Emma.

" OH IYA!! Dimana Nicolas!? " tanya Vanny.

" ayo cari dia!! " perintah Alberto.

Ya.. Butuh waktu 2 jam untuk menemukannya saat sudah jam 5 pagi.

" itu Nico di atas genteng tetangga!! " kata Benny.

What!!?? Di atas genteng? kok bisa? Dan kita pun segera menurunkanmya dari atap rumah orang lain secara pelan-pelan dan berusaha membangunkan dia selama setengah jam dan pada akhirnya ia terbangun dengan mata berwarna hijau terang kita terkejut juga sih dan saat jam 7 pagi kita membawanya ke dokter mata di belakang rumah Lia.

" jadi hasil tes nya sih normal saja tak ada silinder atau pun minus matanya normal dan warna matanya juga normal " jelas sang dokter.

" t-tunggu dok! Apa mesin dokter konslet atau apa? Mata teman kami ini silinder loh apalagi kaca matanya tebel kayak kulit ikan paus gak mungkin normal mendadak dia itu sering baca buku di sembarangan tempat! " jelas Benny.

" oh begitu kah? Mungkin kalian salah matanya normal bagus sekali penglihatannya juga normal dan ia bisa baca jarak jauh atau dekat sekalipun ia juga merasa pusing saat memakai kacamatanya kembali " jelas dokter.

" ok terima kasih dok atas penjelasannya " kata Lia.

" jadi mataku beneran normal? Yeayy gak usah pakai kacamata!! " katanya.

Nicolas itu orang kutu buku dan sangat pintar dalam matematika atau pun fisika, tetapi ia juga orang yang suka usil bikin kita jengkel.

" ayo ke toko roti sebenter mau beli roti buat stock di rumah " kata Lia.

Yup toko roti kesukaan Lia dan keluarganya, aku tak terlalu suka roti tawar tapi aku lebih suka roti tawar pake mentega dan misis, mumpung di toko roti ya.. Jadinya aku beli kue cup cake karena aku suka cup cake.

" wah kalian juga beli? Beli apa aja kalian? " tanya Lia.

" aku puding coklat dengan vla yang manis " jawab Eva.

" aku cup cake sama kayak ceceku " jawab Emma.

" aku potongan rainbow cake " jawab Sela.

" aku satu kotak cheese cake " jawab Dillion.

" aku sih bagi dua sama Vanny yaitu roti sobek " jawab Gezy.

" yaa aku juga bagi-bagi sama Dillion " jawab Benny.

" sama " jawab Alberto, Andre dan Nico.

" haisshhhh mintaan beli sana! " bentak Dillion.

" gak ada duit bro " jawab keempat laki-laki itu.

" ya udah yuk kita nyebrang ke depan sana ada tokoh bunga " kata Lia.

Sampai sini aku punya firasat buruk terhadap Lia. Aku dan Benny nyebrang duluan dilanjut yang lain, Lia dan Dillion ketinggalan jadi mereka menyebrang susulan, saat jalan lagi sepi mereka menyebrang tetapi kresek belanjaan Lia jebol dan semua roti yang Lia beli jatuh di tengah jalan apalagi jalannya luas sekali.

" yaampun belanjaanku! " keluh Lia.

" sini aku bantu bawa " kata Dillion.

Tak beberapa menit terdengar suara mesin mobil dari kejauhan kelihatannya kecepatan mobil itu sangat tinggi aku pun segera ingin membantunya.

" astaga barang bawaannya Lia banyak sekali aku juga ikut bantu !! " teriakku.

Aku menoleh kearah suara mobil itu ternyata ada balapan mobil yang lewat sini tetapi Lia dan Dillion lekas belum selesai juga, mobil itu sangat cepat aku baru sadar sebentar lagi mobil itu akan menabrak dua orang itu.

" L-Lia.. LIA!! DILLON MENYINGKIRLAH DARI SANA!!! " bentakku sambil berlari ke arah mereka.

" DILLION!!! Li... "

" BRUK!! "

Continue..

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The twelveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang