Part 1 :

100 12 1
                                    


Hidup ini terkadang memang menyakitkan.

Diluar jendela tertulis jutaan puisi yang tak tersampaikan oleh lisan.
Aku memaki keras tentang diriku yang penuh penyesalan.

Apa hidupku terlalu menyusahkan?
Atau mengesankan?

Biarlah aku menikam perasaan yang hilang akan kehausan.
Maaf aku lemah,
Maaf aku menyedihkan,
Maaf aku terlalu banyak mengeluh.

Entahlah, mungkin kalian tidak akan memaafkan aku.
Aku tau..

-Perempuan Hujan

Gadis itu menutup kembali bukunya dengan pilu yang menyakitkan,  lagi dan lagi ia harus menangis.
Teringat masa-masa itu..

Ayolah..
Sekali lagi ia terisak, air matanya menetes.
Mata yang dulunya mengandung sumber kebahagiaan, kini mata teduh itu berubah menjadi sumber kesedihan.

Auristela Allisya, adalah gadis berumur 16 tahun, merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri yang sibuk di dunia perbisnisan.
Hal itu menyebabkan keduanya saling sibuk tanpa memperhatikan satu sama lain termasuk anak tunggalnya.

Auris bersekolah di SMA terbaik di Jakarta, SMA Cendekia Harapan.
Sekolah elite yang diduduki oleh siswa-siswa  yang tentunya sangat berprestasi. Auris juga sangat pintar, sama seperti teman nya yang lain. Ia meraih juara umum,ia selalu juara olimpiade sains, ia pandai dalam berbahasa inggris, ia pandai menyanyi, bahkan pernah meraih juara 1 dalam ajang pencarian bakat.
Hanya saja, kemenangan yang ia raih, entah untuk siapa ia tujukan, ia tidak pernah merasakan seperti anak lain yang selalu bersama dengan orang tuanya. Ia terlalu mandiri dalam hal ini.

Hari ini, pukul 07:00, Auris terlambat untuk bersekolah. Auris kesiangan!
Segeralah Auris beranjak dari tempat tidur, untuk mandi dan bersiap pergi kesekolah.
Sudah pukul 7:30, Auris benar-benar terlambat, alhasil ia harus merasakan hukuman dari Pak Bobi. Pak Bobi adalah guru dibidang kesiswaan yang sangat disiplin, ia tidak akan membiarkan satu siswa pun lari darinya jika mempunyai kesalahan. Kali ini, Auris masuk kedaftar bahwa ia hari ini tergolong siswa yang terlambat.

"Heiii! Kamu berusaha lari dari saya?!" Teriak Pak Bobi pada seseorang, tetapi Auris merasa bahwa ia adalah seorang yang dimaksud Pak Bobi.

"Loh Pak, saya salah apa? Saya ga berusaha lari kok Pak " Tanya Auris pada Pak Bobi.

"Gausah geer kamu, saya bukan neriakin kamu, tapi saya neriakin siswa saya yang disana itu" Auris membelalakan matanya dan segera menengok ke arah yang Pak Bobi tunjuk.

Disana, terdapat seorang laki-laki yang mencoba untuk lari dengan memanjat pagar sekolah, yang disayangkan ia ditahan oleh Pak Bobi.

"Kalian berdua saya hukum atas ketidak disiplinan kalian yaitu terlambat. Hukuman nya adalah kalian harus membersihkan toilet yang ada disekolah ini! Kamu Reiki jangan coba-coba kabur dari saya! Bersihkan toilet sampai selesai! PAHAM!?" Ucap Pak Bobi langsung meninggalkan Reiki dan Auris.

Reiki Savian Altezza merupakan anak sulung dari pembisnis yang sangat sukses. Ia sangat terkenal di sekolahnya sejak kelas 10 karena ayah nya merupakan pemilik dari sekolah tersebut.  Dengan itu ia berbuat seenaknya tanpa rasa takut yang ada didalam dirinya. Ia tidak takut dengan siapapun termasuk kepala sekolah, ia pasti akan membawa nama orang tuanya sebagai senjata.

Reiki adalah seorang playboy yang suka memacari wanita pun, dan yang dipacari tidak masalah baginya. Yang penting bagi wanita-wanita itu pernah menjadi pacar Reiki sudah sangat bangga. Reiki sendiri tidak pernah ada niat untuk menyakiti  perempuan manapun, ia hanya sekedar memacari ketika wanita itu meminta untuk menjadi pacarnya. Ia tidak menolak, bahkan ia  memacari  hanya sekedar kata 'kasihan' tanpa ada sedikitpun tumbuh rasa cinta.

Kini, Reiki bersama dengan Auris di sebuah toilet utnuk menjalani sebuah hukuman. Auris tetap membungkam, tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk memulai pembicaraan, bahkan perkenalan saja ia tidak akan mau sebelum laki-laki itu yang mulai.

Begitupun dengan Reiki, ia sebenarnya sangat kesal karena disuruh menjalani hukuman yang ia sendiri sebenarnya tidak mau menjalanin hukuman itu. Sekali-sekali Reiki melirik kearah Auris penuh dengan rasa heran, karena wanita itu tidak berbicara sedikitpun sejak Pak Bobi menyuruh mereka berdua membersihkan toilet.

"Hei" sapa Reiki membuyarkan lamunan Auris. Ya, begitulah Auris ia lebih sering melamun dibandingkan dengan berbicara ataupun bersenda gurau dengan teman separuh bayanya.

"Eh? Iya" terkejut lah Auris  ketika ada seorang yang meneriakinya.

"Lo kerja yang bener, masa iya sambil ngelamun gitu" ucap Reiki dengan nada yanng datar.

"Eh? Ini kan gue kerja" balas Auris sambil melanjutkan kerjaan nya, yaitu mengepel lantai toilet.

"Gue perhatiin lo dari tadi ngelamun terus, bukan kerja." Reiki sebenarnya bertanya-tanya mengapa gadis disebelah nya melamun sejak tadi.

"Ngapain lo merhatiin gue dari tadi?" Ucap Auris dengan heran.

"Ya lo mikir lah dari tadi ini gue semua yang ngerjain, awalnya gue diemin, tapi lama-lama gue keterusan ngerjain semuanya, lo daritadi diem aja di tempat sambil  ngelamun gitu, lo mau gue aduin ke Pak Bobi, hah? Emang lo kenapa si?" Ucap Reiki dengan nada yang sedikit meninggi.

"Biasa aja kali, gue juga denger ga budek kok" ucap Auris yang semakin lama kesal.

"Makanya nih kerjain!" Ucap Reiki sambil menyerahkan kain pel nya pada Auris.

"Loh kok ke gue semua sih?" Ucap Auris heran.

"Ya lo kan ga ngapa-ngapain dari tadi, jadi lanjutin nih kerjaan gue! Gue temenin disini" Ucap Reiki yang kini duduk di kursi nya.

"Ihh!" Auris mendengus kesal menghadapi laki-laki yang di hadapan nya sekarang.

Kini ia melanjutkan untuk mengepel lantai. Sedangkan Reiki diam memperhatikan gadis yang ada didepan nya lalu membentuk lekukan pada ujung bibir nya.

Gue jadi penasaran sama ini anak deh!
ucap Reiki dalam hati.

30 menit menunggu gadis itu mengepel lantai, kini ia berada di kantin, Auris sedang makan siomay dengan lahap nya.

Reiki terdiam melihat gadis di hadapan nya.

Lucu ya!

Lagi-lagi ia tersenyum melihat gadis itu.

Auris akui, ia tidak bisa lagi menahan rasa lapar nya. Ia belum makan 3 hari. Dikarena kan ia sering mengunci dirinya di kamar.

Entahlah! Kebiasaan Auris memang seperti itu, ia hanya menulis dan menulis meratapi nasib nya yang, yaaa.. seperti itu lah...kalian pastinya akan mengerti.

Hello! 
Simak terus yaa ceritanyaa..
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah baca cerita ini ya!
Vote+Comment+Share ke teman teman kalian.
see you!

selamat beraktivitas semuanya!

16/12/2018

Perempuan Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang