Mencintai tak harus memiliki, katanya.
Bohong.
Karena nyatanya, aku ingin bersamanya.Menjadi peta bagi segala arah;
Sepatu untuk setiap langkah;
Telinga untuk setiap curah;
Hati untuk segala rasa;
Obat pada setiap luka.Aku ingin menjadi rumah untuknya berebah, untuk pulang.
Tetapi tetap saja, aku bukan yang dibutuhkannya.
-Sugarcane
Bara merebahkan tubuh nya diatas kasur kesayangannya, matanya menelusuri setiap inci kamar. Berusaha memudarkan pikirannya akan gadis itu.
Andai saja tadi Bara dapat melakukannya, menahan Lula agar tetap berada disisinya.
Sayangnya, Bara tidak bisa melakukan itu.
Lula terlalu mencintai Radit, tidak akan mungkin Lula mengabulkan permintaan nya satu ini.Mereka berdua telah lebih dulu mengenal, Lula dan Radit telah berpacaran selama 3 tahun.
Sementara, Bara baru saja mengenal Lula dalam hitungan bulan.
Tapi sepertinya, gadis seperti Lula memang sangat mudah membuat siapapun yang ada di dekatnya jatuh hati. Seperti hal nya Bara saat ini.Bara hanyalah seorang teman terdekat bagi Lula saat ini. Teman yang selalu sigap setiap saat kapapun Lula membutuhkan Bara.
Bara selalu ada untuknya."Bar, gue pinjem jaket bas..." ucapan Nael seketika saja terhenti, saat ini Bara menatapnya dingin.
"Udah sering gue bilang kan ketuk pintu" tatapan Bara mengunci pergerakan Nael.
"Maaf gue emang sengaja, siapa tau kan lo lagi kebetulan telanjang"
"Kampret! Sini lo!" Bara bangkit berusaha mengejar Nael tapi gerakannya kalah cepat. Tangan Nael dengan cepat menggambil beberapa barang yang dia butuhkan kemudian berlari keluar kamar.
Kedua bersaudara itu memang sama konyolnya. Umur mereka yang hanya berbeda 2 tahun membuat hubungan mereka cukup dekat.
Bara mengambil gadget, dan menuliskan sesuatu disana.
"Calluella..." batinnya.
"Lo sibuk nggak?"
Bara mengirim pesan kepada Lula. Tak berselang lama balasan muncul.
"Nggak sih. Ada apa? Mau gue temenin gym? Sore inikan lo ada jadwal gym bukan?"
"Gimana kalo temenin gue cari angin"
(Calluella mengetik..)
"Yuuuuuukkkkk"
Kemudian Bara segera mandi dan bergegas menjemput Lula.
Sesampainya didepan rumah Lula dan memarkirkan motornya, Bara pun masuk kedalam."Eh, abang" sapa anak mungil yang sedang sibuk memakaikan baju boneka barbie miliknya.
"Mbak Lula nya mana dek?"
"Ada didalam kamar, mau pergi ya?" tanya Yona padanya.
"Iyanih. Mau titip belikan apa?"
"Yona mau milkshake ya bang. Yang rasa cokelat" jawab Yona dengan wajah tersenyum manis.
"Siap 86" Bara mengelus rambut Yona Pelan.
Lula keluar dari kamarnya. Mengenakan celana jeans donker dengan hoody abu-abu dan rambut yang terurai.
"Yuk, gue udah siap"
"Ibu sama bapak belum pada pulang ya?" tanya Bara pada Lula
"Udah kok. Dikamar istirahat"
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA
Teen Fiction"Aku baru saja mengenalnya, dan menyadari ini adalah sebuah kesalahan" -Bara Adi Kwangsa [Cerita ini akan Membolak-balikan perasaan kalian]