#1 : Saka Nara yang Sederhana

168 16 0
                                    

Nara menghela nafas panjang sambil mengedarkan pandangan nanar miliknya ke segala arah. Sudah tiga jam terakhir ia duduk di depan laptop miliknya, berkutat dengan pikirannya sendiri untuk mencari ide cerita yang akan dimasukkan ke dalam rubrik cerpen majalah sekolahnya bulan depan. Ini semua gara-gara bulan lalu dan bulan ini ia sukses dengan dua judul cerpennya, lantas ketua ekskul jurnalistik memintanya kembali untuk menuliskan cerpen untuk bulan depan.

Otak menulisnya yang biasanya mudah diajak meliar mendadak beku seketika, ide-ide yang sudah mengendap di kepalanya bahkan tidak bisa ia tuangkan ke dalam tulisan. Sia-sia semadinya barusan selama tiga jam karena pada kenyataannya, ia masih kebingungan tentang apa yang harus ia tulis.

Nara melirik ponselnya sejenak, belasan panggilan tak terjawab dan puluhan pesan singkat dikirimkan oleh Saka. "Elah, gak tau apa nyari ide susah. Lagian gue, kan, bukan anak jurnal, jadi gue sebenernya gak ada kewajiban, dong, buat ngerjain ginian," gerutu Nara sambil mengklik tanda blokir pada kontak Saka.

"Emang anak buahnya gak ada yang bisa nulis, apa? Ngerecokin gue aja, deh."

Nara bersiap memasuki lamunannya lagi sampai sebuah suara bariton yang ia kenal benar siapa pemiliknya memecahkan konsentrasisnya. "Kalo ditelepon tuh dijawab, Nararya Elvarette."

Nara menggeram kecil sambil mau tidak mau menoleh ke arahnya. Sial. Ketua jurnalistik yang sedang sangat ia benci saat ini—Prisma Saka Erlangga berdiri tepat di hadapannya. "Elah, diblok di line malah nyamperin. Dasar kejur bangsat," gumamnya pelan. Sialnya lagi, di ruangan ini hanya ada mereka berdua dan suaranya belum cukup pelan untuk bisa lolos dari telinga ultrasonik Saka.

"Bangsat-bangsat juga lo mau, kan?" goda Saka iseng. Nara lagi-lagi mendengus sebal, ah, semesta seakan berkonspirasi untuk melawannya hari ini. Ketua jurnalistik SMA Nasional yang hari ini berkali-kali lipat lebih menyebalkan itu berstatus sebagai sahabatnya. "Iya juga, ya, kenapa gue mau sama lo, ya, Sak? Pake pelet apaan, lo?"

Saka tertawa renyah, lantas memeluk Nara dari belakang. "Ini cewek sembarangan aja mulutnya ya, mau gue hukum? Cerpennya gue dobel, mau?" Saka mencubit bibir Nara gemas. Gadis ini memang benar-benar asal ceplos.

"Eh jangan, wah, bener-bener lo, ya, kejur bangsat." Nara melepaskan cubitan yang menempel di bibirnya dengan paksa. "ini aja belom kelar, enak aja lo main nambah-nambahin."

"Gue cabut dulu deh, ya. Biasa, orang sibuk," ujar Saka lalu berlalu. Nara bersorak sambil mendorong tubuh Saka keluar dan menjauhi ruang jurnalistik tempatnya berimajinasi.

"Astaga, bisa-bisanya gue mau sama dia, Nara, what are you thinking about when you accepted him as your friend?"

"Because I am handsome, obviously," sahut Saka dari luar ruangan. Nara berteriak gemas, "Jangan gangguin gue, dasar kejur bangsat! Udah pergi sana! Jangan gangguin gue!"

"Ya udah, dagh, babe," ujar Saka dengan nada jahil. Ia tahu benar Nara adalah tipe wanita yang sangat tidak menyukai panggilan-panggilan semacam itu. Menurut Nara, lebih baik dipanggil dengan nama aneh daripada dengan panggilan menggelikan seperti itu.

Saka menghitung mundur dalam hati. Tiga... dua... satu. "SAKAAAA!!" Nara berjengit geli dari dalam ruangan kemudian bergegas beranjak ke luar untuk memberikan Saka pelajaran. "Minta ditabok apa digantung di toilet?" tanya Nara sinis sambil sesekali menggertakkan giginya gemas.

"Dinikahin aja," sahut Saka menimpali. Dibuatnya Nara semakin gemas ingin meninju wajahnya seandainya mereka sedang tidak berada di lingkungan sekolah. "Nikah nikah gigilu sejuta!"

"Ih ngambek, udah sana buruan kerjain cerpennya. Deadline jam empat, atau dobel." Saka tertawa puas meninggalkan gadisnya yang saat ini sudah cemberut tidak karuan. Ah, jangan melupakan ketepatan super jam milik Saka. Bahkan ia tidak pandang bulu, dengan sahabat baiknya sekalipun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saka & Nara : Sebuah Dunia AlternatifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang